• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung manis

Jagung manis merupakan tanaman semusim yang tergolong herba monokotil (Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998). Tanaman ini termasuk ke dalam famili Gramineae sub famili Panicoidae serta tergolong suku Maydae. Tipe pembungaan jagung manis tergolongmonociousdengan bunga jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Berdasarkan tipe penyerbukan, jagung manis termasuk tanaman menyerbuk silang dengan persentase penyerbukan silang sebesar 95%. Jagung manis memiliki tipe pertumbuhan determinate. Secara fisik maupun morfologi sulit untuk membedakan tanaman jagung manis dengan jagung biasa. Perbedaan biasanya terletak pada warna bunga jantan dan bunga betina. Malai jagung manis berwarna putih sedangkan malai jagung biasa berwarna kuning kecokelatan. Rambut jagung manis berwarna putih sampai kuning keemasan sedangkan pada jagung biasa berwarna kemerahan. Selain itu, tongkol jagung manis mempunyai dua atau tiga daun yang tumbuh di sisi kiri dan kanan.

Perkecambahan pada jagung manis diawali dengan pembentukan sistem perakaran dan struktur daun. Sistem perakaran jagung manis relatif dangkal sebagai akar adventif dan berserabut dengan percabangan yang amat lebat untuk memberikan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Akar layang jagung manis tumbuh di atas permukaan tanah sebagai penunjang supaya batang tumbuh tegak dan membantu dalam penyerapan hara. Batang jagung manis berkisar antara 1.5-2.5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang-seling(Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998). Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat panjang batang utama. Percabangan (batang liar) umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar merupakan batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah. Tongkol yang tebentuk pada batang liar berkembang lebih lambat dan kurang produktif. Diameter batang jagung manis bervariasi dengan ukuran maksimal mencapai 4 cm dan jumlah buku

berkisar antara 10-20 buku per tanaman. Panjang ruas juga bervariasi dan dapat digunakan sebagai pembeda varietas.

Bunga jantan berbentuk malai longgar (tassel) yang terdiri bulir poros tengah dan cabang lateral. Ketika bunga jantan matang, bunga bagian tengah malai tassel menjadi mekar (anthesis) terlebih dahulu. Serbuk sari dari spikelet bertangkai pada bulir poros tengah keluar lebih awal, kemudian diikuti oleh spikelet yang tidak bertangkai sehingga waktu penyebaran tepung sari menjadi lebih lama. Serbuk sari yang dihasilkan untuk menyerbuki setiap tangkai putik sekitar 25000 tepung sari. Tersebarnya tepung sari dipengaruhi oleh suhu, pergerakan udara (angin) dan kultivar. Waktu anthesis antara 3-10 hari setalah kotak serbuk sari pecah. Tersebarnya tepung sari dimulai sebelum putik betina muncul (silking) sehingga lebih memungkinkan terjadinya serbuk silang.

Bunga betina terbentuk sebagai spikelet yang berpasangan pada poros tengah batang lateral yang dikenal sebagai tongkol. Rambut pertama berasal dari putik pada dasar tongkol dan ada satu helai rambut untuk satu biji jagung manis yang terbentuk. Rambut pada tongkol jagung manis biasanya muncul antara 1-3 hari setelah tepung sari tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika rambut sudah keluar dari kelobot. Waktu yang diperlukan agar rambut pada tongkol tumbuh sempurna antara 2-7 hari, tergantung suhu dan kegenjahan tanaman. Jagung manis umumnya membentuk biji antara 3-5 hari setelah rambut pertama muncul. Suhu yang tinggi selama penyebaran tepung sari dan munculnya rambut dapat mempengaruhi proses pengisisan biji.

Jagung manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Biji jagung manis terdiri dari endosperma yang mengelilingi embrio. Endosperma biji merupakan tempat menyimpan gula dan pati. Perbandingan antara gula dan pati pada jagung biasa adalah 1:3, sedang pada jagung manis jumlah patinya lebih sedikit dengan komposisi yang berbeda. Jagung manis diyakini berasal dari jagung biasa yang mengalami mutasi.Wolfe et al.(1997) menyatakan bahwa mutasi endosperma jagung manis terjadi pada gen sugary1

(su1), shrunken2 (sh2), sugary enhancer (se), rapuh (bt2), extender amilosa (ae), kusam (du) dan lilin (wx).

Pada jagung biasa, gen Su 1 untuk biji berpati adalah dominan homozigot

(Su 1 Su 1). Sementara pada jagung manis, gennya adalah resesif homozigot (su 1

su 1). Jagung manis dengan gen su 1 menimbun gula lebih banyak daripada pati. Gen su 1 menyebabkan tanaman lebih cenderung menimbun gula sekitar 15%.

Gen su 1 juga berpangaruh dalam memperlambat perubahan gula menjadi pati.

Gen sugary enhacer 1 (se1) merupakan peningkat kadar gula pada biji dan

memungkinkan masa panen lebih lama dengan kehilangangula yang lebih sedikit. Pada kulitivar se 1 kandungan gula meningkat tanapa mengurangi fitoglikogen sehingga laju perubahan gula menjadi pati relatif sama denga tipe su 1 normal. Gen se 1 memiliki kandungan gula yang lebih tinggi di awal sehingga rasa manis dapat bertahan lebih lama. Gen shrunken 2 (sh 2) menghasilkan kandungan gula tertinggi (50% bobot kering biji), namun berakibat pada penurunan fitoglikogen. Laju perubahan gula menjadi pati lebih rendah daripada tipe su 1 normal. Meskipun gen sh 2 mampu mempertahankan kemanisannya untuk jangka waktu yang lama, perikarp cenderung liat dengan tekstur yang relatif kasar. Biji kultivar

sh 2 memiliki cadangan pati sedikit sehingga pada biji yang matang menunjukkan endosperma yang sangat menyusut(Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998).

Tabel 1. Sifat endosperma jagung manis Tipe endosperma mutan Kemanisan (hari)a Perkiraan konsentrasi gula (%)b Tekstur endosperma Tekstur perikarp

su 1 manis (1-2) 8-18 halus lembut

se 1 sangat manis (4)

15-40 halus sangat lembut

sh 2 manis luar biasa

(10)

20-50 kurang halus agak lembut keras

Keterangan : a jumlah hari rasa manis dapat bertahan selama jagung manis disimpan pada suhu rendah (0-50C) dan kelembapan tinggi (95%) b

perkiraan konsentrasi gula pada 22 hari setelah penyerbukan Sumber : Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998

Gen lain yang mempengaruhi kualitas endosperma adalah remah-1 (bt

1-brittle 1), keras tetapi mudah pecah, remah-2 (bt 2- brittle-2) kandungan amilosa

yang lebih banyak (ae 1- amylose extender-1), kusam (du 1- dull-1), dan berlilin

(wx 1- waxy-1). Kultivar dengan genotipe tipe endosperma bt 1 dan bt2 tumbuh

satu gen endosperma mutan. Keuntungan yang diturunkan dari gen mutan endosperma tidak semuanya positif, tetapi sering berkaitan dengan beberpa sifat yang tidak diinginkan.

Tepung sari dari satu kultivar dapat berpengaruh terhadap beberapa sifat biji kultivar lain, salah satunya warna biji.Xenia merupakan gejala

pengaruh langsupollen) pada

tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ tetua betina. Xenia yang memengaruhi fenotipe buah disebut

Tabel 2. Pengaruh tepung sari terhadap warna biji jagung manis (metaxenia)

Sumber tepung sari Warna biji genotipe yang diharapkan Hasil

Kuning Putih Di antara biji puti, beberapa biji berwarna kuning

Campuran (putih/kuning)

Putih Di antara biji putih, hanya sedikit yang berwarna kuning

Kuning Putih/kuning Putih dan kunin, dengan biji kuning lebih banyak daripada biji putih

Putih Kuning Biji kuning, tidak ada pengaruhnya Putih Putih/kuning Putih dan kuning, tidak da pengaruhnya Sumber : Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998

Budidaya Jagung Manis

Jagung manis mempunyai wilayah adaptasi yang relatif luas dan dapat ditanam sampai ketinggian 3000 mdpl. Benih jagung manis ditanam langsung dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm dalam barisan dan 75-90 antarbarisan. Penanaman berkelompok (hill) dengan benih lebih dari satu per lubang tanam dilakukan dengan jarak yang lebih lebar sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menghasilkan tongkol ganda. Adisarwanto dan Widyastuti (2002) menyatakan bahwa jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting mendapatkan hasil jagung manis yang maksimal. Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan menggunakan jarak

tanam yang tepat. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman akan mempengaruhi tingkat persaingan antara tanaman dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya. Penjarangan tanaman harus dilakukan sebelum tanaman setinggi 20 cm.

Jagung manis dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, dengan syarat berdrainase baik. Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan adalah 5.5 sampai dengan 7.0. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung manis berkisar antara 210C sampai 270C. Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu antara 21-270C. Suhu rendah kurang berpengaruh pada fase bibit, tetapi pada fase selanjutnya suhu harus lebih tinggi untuk pertumbuhan yang baik. Suhu panas merupakan suhu ideal untuk pertumbuhan vegetatif dan tongkol, sedangkan suhu sedang optimum untuk akumulasi pembentukan karbohidrat.

Perkembangan tanaman dan pembungaan jagung manis dipengaruhi oleh panjang hari dan suhu. Pada hari pendek, tanaman jagung manis lebih cepat berbunga, tetapi pertumbuhan vegetatif tanamannya tidak memadai untuk mendukung perkembangan tongkol dan biji sehingga hasil tanaman rendah. Jagung manis memerlukan air 200-300 mm per bulan. Kekurangan air akibat kelembapan yang rendah dan cuaca panans akan mempengaruhi pembentukan fotosintat sehingga hasil tongkol menjadi rendah.

Pemanenan jagung manis dilakukan antara 18-24 hari setelah penyerbukan (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998). Biasanya ditandai dengan penampakan luar rambut tongkol yang mengering, kelobot yang ketat, dan tongkol yang keras ketika digenggam oleh tangan. Tongkol dipanen dengan menarik tongkol ke bawah menjauhi batang tanpa merusak batang utama sehingga memungkinkan tongkol tersisa tidak terganggu pertumbuhannya. Keseragaman posisi tongkol pada arah dan ketinggian dari atas permukaan tanah merupakan faktor penting untuk memudahkan dalam pemanenan dengan tangan dan meningkatkan efisiensi panen dengan mesin. Laju respirasi jagung manis cukup tinggi sehingga perubahan komponen gula menjadi pati cenderung berlangsung dengan cepat. Suhu yang rendah dan kelembapan yang tinggi diperlukan ketika panen untuk menjaga kualitas tongkol jagung manis.

Pemuliaan Tanaman Jagung Manis

Pemuliaan tanaman banyak ditekankan pada usaha mempertinggi produktivitas hasil pertanian dengan menyediakan varietas yang lebih produktif sebagai hasil dari sistem fisiologi yang lebih efisien (Allard, 1989). Syukur et. al.

(2012) menyatakan bahwa pemuliaan tanaman jagung manis secara umum bertujuan untuk mendapatkan varietas-varietas yang mempunyai kuantitas dan kualitas hasil tinggi serta resisten terhadap hama dan penyakit penting (penyakit bulai). Adisarwanto dan Widyastuti (2002) menyatakan bahwa arah varietas jagung manis adalah varietas bersari bebas (open pollinated) dan varietas hibrida. Pembentukan benih bersari bebas berbeda dengan varietas hibrida. Benih varietas berseri bebas merupakan varietas yang benihnya berasl dari tongkol tanaman yang sesuai dengan varietas bersangkutan sehingga dapat digunakan terus-menerus pada setiap penanaman. Varietas bersari bebas dapat dibagi menjadi dua, yaitu varietas sintetik dan varietas komposit. Benih varietas komposit merupakan hasil dari campuran sejumlah plasma nutfah yang telah mengalami perkawinan acak. Sementara benih varietas sintetik berasal dari campuran dua atau lebih galur persilangan sendiri.

Kelebihan menggunakan benih bersari bebas antara lain harganya relatif murah dan dapat ditanam beberapa kali tanpa mengalami degenarasi yang serius. Hanya saja potensi hasil jagung manis bersari bebas lebih rendah dibandingkan hibrida. Di masa mendatang pembentukan varietas bersari bebas akan tetap dilakukan dengan asumsi penggunaan jagung hibrida yang belum berkembang pesat, khususnya pada daerah terpencil, daerah dengan lahan marjinal, dan di daerah yang petaninya masih belum sanggup membeli benih hibrida. Metode seleksi untuk membentuk varietas bersari bebas antara lain seleksi massa, half sib,

full sib, self progeny, modifikasi, atau kombinasinya. Bahan yang digunakan

untuk pembentukan varietas bersari bebas berasal dari koleksi plasma nutfah, introduksi, dan pool galur-galur hasil persilangan. Dari bahan seleksi tersebut dipilih sifat-sifat yang diinginkan untuk dimasukkan ke dalam varitas baru yang dibentuk, antara lain ketahanan terhadap penyajit, toleran cekaman lingkungan, dan potensi hasil yang tinggi.

Varietas hibrida merupakan generasi FI hasil dari suatu persilangan sepasang atau lebih tetua galur murni yang mempunyai karakter yang unggul (Syukur et. al, 2012). Istilah benih hibrida menunjukkan populasi F1 yang dipakai sebagai benih penanaman tanaman komersil yang diperoleh dengan mengawinkan silang klon-klon, varietas penyerbukan bebas, galur inbred, atau populasi lain yang secara genetik tidak sama (Allard, 1989). Artinya, benih varietas hibrida harus selalu disediakan melalu persilangan tetua galur murni. Penanaman benih hibrida pada generasi berikutnya akan menghasilkan tanaman yang tidak unggul karena adanya segregasi tanaman pada generasi selanjutnya. Syarat pokok dalam pembentukan varietas hibrida, yaitu persilangan dapat dilakukan secara mudah dan masal, benih dapat diproduksi dengan biaya yang memebri keuntungan, dan lebih unggul dari varietas tipe lain.

Sebagian besar tanaman hibrida adalah hasil dari “single-cross” yang dibuat dengan menyilangkan dua individu atau dua inbreed (Brewbeker, 1964). Untuk tanaman jagung manis, biji hibrida yang dikomersialkan berasal dari

double cross”, yaitu hasil persilangan dua hibrid single cross. Pada umumnya

hibrida komersil akan menampilkan sifat terpilih yang lebih baik daripada induknya. Namun, ada juga hibrida komersil yang menghasilkan produksi yang tidak melebihi produksi inbreed induknya. Semakin tinggi tingkat homozigositas induk inbreed, maka hibrida yang dihasilkan semakin seragam dan tidak bervariasi. Tujuan utama bagi peggunaan hibrida adalah vigor yang bagus dan kestabilan genetik. Serbuk sari jagung manis dapat terbawa angin dengan jarak sampai 1 km. Isolasi jarak biasanya digunakan untuk memproduksi benih hibrida (Raymond, 1999).

Keunggulan hibrida terjadi karena adanya heterosis, yaitu keunggulan hasil persilangan (F1) yang melebihi nilai rataan kedua tetuanya. Kemungkinan terjadinya heterosis disebabkan oleh adanya rangsangan fisiologis terhadap pertumbuhan yang cenderung meningkat seiring peningkatan besarnya perbedaan gamet yang menyatu. Sedangkan tangkar dalam (inbreeding) merupakan gejala kebalikan dari heterosis. Inbreeding merupakan persilangan antara individu yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Istilah ini digunakan juga pada penyerbukan sendiri (selfing) untuk tanaman menyerbuk silang. Inbreeding dapat

mengakibatkan penurunan karakter-karakter pada tanaman, terutama pada tanaman menyerbuk silang. Efek heterosis yang terkendali pada jagung manis memmpunyai perkembangan yang besar karena morfologi bunga mapu menghasilkan sejumlah besar biji yang diperlukan untuk memproduksi benih hibrida secara komersil dengan sangat ekonomis. Heterosis dan depresi inbreeding berhubungan dengan sifat-sifat yang menentukan “ketahanan” (fitness) individu dan dalam kaitannya dengan proporsi kontribusinya pada generasi berikutnya (Brewbeker, 1964)

Keseragaman pada suatu tanaman merupakan suatu yang disengaja karena efisiensi menghendaki keseragaman. Cara paling ideal untuk mengendalikan penyakit pada jagung manis adalah dengan mengembangkan varietas tahan penyakit. Tujuan utama dari pemuliaan ketahanan tanaman terhadap penyakit yaitu mengidentifikasi dan menggunakan secara efektif gen-gen ketahanan dalam menghasilkan varietas yang tahan dan hasilnya tinggi. Ketahanan peyakit dapat tergantung pada satu gen, beberapa gen, banyak gen (poligen atau multigen), dan gen-gen sitoplasmik. Penciptaan varietas baru tahan penyakit dilakukan pemulia tanaman dengan memanipulasi gen-gen dan kromosom dari kumpulan keragaman genetik yang diambil dari bank plasma nutfah untuk digabungkan menjadi varietas tahan penyakit atau memiliki sifat yang diinginkan (Crawder, 1986).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata berkisar antara 21.4-35.120C dan curah hujan sebesar 258.7 mm per bulan dengan hari hujan rata-rata 8 hari per bulan(Deptan, 2013).

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah satugenotipe jagung manis, yaitu SD-3 sebagai kontrol.Varietas jagung manis bersari bebas dan hibrida yang digunakan sebagai varietas pembanding yaitu Supersweet, Bonanza, Sweetboy, dan Sugar 75 (SG 75).

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk urea 300 kg/ha, pupuk SP-36 200 kg/ha, dan pupuk KCl 200 kg/ha. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida berbahan aktif Carbofuran, herbisida berbahan aktif Mesotrion 50 g/l dan Atrazin 500 g/l dengan dosis 4.7 cc/l yang dilarutkan dengan surfaktan non-ionik 1.6 cc/l, dan Metalaxyl 35% dengan dosis 2 gram/kg benih dan 2 gram/l air sebagai fungisida.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan budidaya tanaman standar, patok bambu, timbangan, jangka sorong, meteran, dan refraktometer untuk mengukur kadar Padatan Total Terlarut (PTT) pada biji jagung manis. Untuk melakukan penyerbukan sendiri dibutuhkan kantong kertas, tali, spidol, dan stapler.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal. Perlakuan yang diberikan menggunakan satu genotipe jagung manis (SD-3) dan empat varietas pembanding, yang masing-masing varietas diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 satuan percobaan.

Setiap satuan percobaan terdiri atas plot berukuran 4 x 5 m2.Jarak antar plot 0.5 cm dan jarak antar blok 1.5 m. Dalam satu plot terdapat 5 baris tanaman dengan jarak tanam antar baris 70 cm dan dalam baris 25 cm. Setiap lubang tanam terdiri atas 2 benih jagung manis. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman contoh dalam setiap satuan percobaan. Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua tanaman selain tanaman contoh di setiap plot saat tanaman berumur 46–53 hari setelah tanam (HST). Hasil pengamatan terhadap peubah kuantitatif diuji F untuk menganalisis pengaruh perlakuan. Pada peubah yang berpengaruh nyata dilakukan uji nilai lanjut menggunakan uji Dunnettpada taraf 5%. Sementara itu, hasil pengamatan terhadap peubah kualitatif akan dilakukan perbandingan dengan menggunakan tabel deskripsi sebagai standar.

Pelaksanaan Penelitian

Luas lahan yang digunakan untuk pertanaman adalah ±400m2.Lahan diolah satu minggu sebelum penanaman kemudian diratakan dan dibagi menjadi empat blok. Setiap blok terdiri dari lima plot. Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% dengan dosis 2 g/kg benih. Pupuk dasar diberikan satu minggu setelah tanam dengan dosis sepertiga pupuk urea serta seluruh dosis pupuk SP-36 dan KCl. Pemberian pupuk dilakukan dengan sistem tugal berjarak 5–7 cm dari lubang tanaman.

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, pengairan, penjarangan, pembumbunan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pengairan dilakukan untuk mencegah tanaman kekurangan air dikarenakan curah hujan yang rendah. Pengairan diberikan sebanyak dua kali setiap minggu selama musim pertanaman dengan cara menggenangi parit-parit yang terletak di antara petak-petak percobaan. Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida berbahan aktif Mesotrion 50 g/l dan Atrazin 500 g/l saat tanaman berumur 2 MST. Tanaman jagung manis dibumbun pada saat 3 MST. Pemupukan kedua, yaitu pemberian urea sisa dilakukan saat tanaman berumur 4 MST. Pengendalian hama dengan pemberian pestisida berbahan aktifCarbofuran ± 5 butir per lubang tanam saat penanaman. Selain pengendalian

hama, dilakukan pengendalian penyakit bulai dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% saat umur tanaman 2 MST.

Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua tanaman selain tanaman contoh di setiap petak satuan percobaan saat tanaman berumur 46–53 HST. Persiapan penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menutup malai dengan kantong kertas saat anther mulai pecah bagian porosnya dan menutup tongkol dengan kantong plastik transparan sebelum tongkol keluar rambut. Penyerbukan dilakukan pada saat tongkol sudah muncul rambut yang siap diserbuki dengan panjang > 2 cm. Tongkol yang sudah diserbuki ditutup menggunakan kantong kertas. Tongkol yang diserbuki sendiri digunakan sebagai sampel pengukuran kadar PTT.

Pemanenan dilakukan pada saat tongkol jagung sudah terisi sempurna ditandai oleh rambut tongkol yang sudah berwarna coklat kehitaman dan mengering (18–22 hari setelah penyerbukan atau sekitar 68–72 HST). Pengukuran kadar PTT dilakukan setelah dilakukan pemanenan pada tongkol hasil penyerbukan sendiri.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman contoh dalam setiap satuan percobaan. Tanaman contoh diambil dari dua baris tanaman tengah setiap plot. Pengamatan ditujukan pada peubah-peubah yang mencerminkan penampilan tanaman di lapangan, pertumbuhan vegetatif dan generatif, kuantitas, dan kualitas hasil. Peubah-peubah yang diamati adalah :

1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai dasar malai 2. Tinggi tongkol utama (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai buku di

mana tongkol teratas berada

3. Diameter batang (cm), diukur pada batang 10 cm diatas permukaan tanah setelah tassel muncul

4. Rebah batang (%), dihitung pada tanaman yang mengalamai patah pada batang bagian bawah tongkol dan dihitung pada saat 2 minggu sebelum panen 5. Bentuk batang

6. Warna batang, ditunjukkan sampai tiga warna batang sesuai dengan frekuensi pada saat berbunga.

b. Kemerahan (sunred) c. Merah

d. Ungu e. Coklat

7. Bentuk ujung daun pertama 1. Runcing 2. Runcing ke bulat 3. Bulat 4. Bulat ke lidah 5. Lidah 8. Warna daun

9. Panjang daun (cm), diukur dari buku tempat melekatnya daun sampai ujung daun. Pengukuran daun pada daun di atas tongkol (yang paling atas) setelah berbunga

10.Lebar daun (cm), diukur pada daun yang sama yang digunakan untuk mengukur panjang daun, diambil dari titik tengah panjang daun

11.Umur muncul tassel (HST), diukur pada saat setelah diproduksinya serbuk sari oleh malai sebanyak 50% tanamansetiap plot

12.Warna malai (anther),

13.Umur reseptif (HST) diukur ketika putik bunga jagung manis telah keluar

(silking) dari tongkol sepanjang >2 cm sebanyak 50% tanaman setiap plot

14.Warna rambut 15.Umur panen

16.Bobot tongkol berkelobot (g) pertanaman, tongkol ditimbang beserta seluruh kelobotnya

17.Bobot tongkol tanpa kelobot (g), tongkol ditimbang tanpa kelobot dan tangkai tongkol

10000 m2 luas per plot (m2) Bobot 10 tongkol tanpa kelobot

Bobot tajuk atas 10 tanaman + bobot 10 tongkol tanpa kelobot a. Mengerucut

b. Silindris mengerucut c. Silindris

19.Panjang tongkol (cm), yaitu diukur dari pangkal muncul biji sampai ujung tongkol

20.Diameter tongkol (cm), diukur pada tiga bagian yaitu pada pangkal. tengah.

Dokumen terkait