• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Power Otot Tungkai

Power merupakan salah satu unsur penting untuk menunjang kemampuan

keterampilan setiap cabang olahraga. Setiap atlet dituntut untuk memiliki kemampuan power secara maksimal, selain unsur-unsur lainya yang dibutuhkan dalam setiap penampilan.

Meskipun banyak olahraga lebih memerlukan kelincahan, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi faktor-faktor tersebut harus dikombinasikan dengan power (Sajoto, 1988)

Menurut Harsono (1988: 200) bahwa “Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal, dalam waktu yang sangat cepat”. Sedangkan M. Sajoto (1995: 8) menyatakan bahwa Daya ledak otot (Muscular

power) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum,

dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

Menurut tim Fisiologi Manusia (2010 : 45) Power (daya ledak) ada 2 bagian :

1) Kekuatan daya ledak; kekuatan ini digunakan untuk mengatasi resistensi yang lebih rendah, tetapi dengan percepatan daya ledak maksimum. Power sering digunakan untuk melakukan satu gerakan atau satu ulangan (lompat jauh, lempar cakram).

2) Kekuatan gerak cepat; gerakan ini dilakukan terhadap resistensi dengan percepatan dibawah maksimum, jenis ini digunakan untuk melakukan gerakan berulang-ulang misalnya lari, mengayuh.

Sajoto (1988), menyatakan bahwa salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik sebagai unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah power.

Power adalah kekuatan untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang

digunakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, tendangan tinggi atau tendangan jauh (Harre,1982). Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Daya ledak ialah kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal.

Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam tendangan lurus ) atau benda (peluru yang ditolakkan) melintasi udara, dimana otot-otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai

suatu jarak. Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984). Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya.

Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas tendangan , tolak peluru, serta gerak lain yang bersifat eksplosif. Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada kontraksi otot (Fox,1988). Ada dua unsur penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara : a) Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada kekuatan, b) Meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan, c) Meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan.

Daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Untuk meningkatkan daya ledak maka seseorang tidak hanya berlatih untuk meningkatkan kekuatan ototnya saja akan tetapi juga harus dilatih kecepatan geraknya, karena kedua unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk mendapatkan power yang besar pada saat akan melakukan

tendangan dollyo chagi maka atlet harus melakukan awalan yang cepat sebelum melakukan tendangan yang disertai dengan ayunan tungkai dari arah belakang kedepan.

Pemanfaatan kekuatan otot tergantung pula pada regangan panjang awal sebelum melakukan gerakan tendangan dollyo chagi dimana otot akan berkontraksi lebih kuat bila diregangkan sebelum melakukan gerakan. Dengan demikian, jelas power merupakan satu komponen kondisi fisik yang dapat menentukan hasil prestasi seseorang dalam keterampilan gerak, Sedangkan besar kecilnya power dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus tungkai tersebut. tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai alat gerak aktif dan tulang alat gerak pasif. Dasar (basic) untuk pembentukan daya ledak (power) adalah kekuatan. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak secara kuat.

Sebagian otot tubuh ini melekat pada kerangka otot yang dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka. dalam suatu letak tertentu. Lebih lanjut Suharno,HP (1984), menyatakan bahwa otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis, dingin, dan sebagainya.

Fox (1988) menyatakan bahwa dalam keadaan sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf

motoris. Dengan demikian apabila seorang memiliki Power otot tungkai yang baik akan dapat menentukan tingkat keterampilannya didalam olahraga. Pada teknik tendangan dolyo chagi, power terhadap otot tungkai ikut memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan melakukan gerakan tendangan

dolyo chagi dalam upaya memberikan tekanan pada pihak lawan.

Tehnik tendangan dolyo chagi dilakukan dengan kekuatan melakukan ayunan tungkai secara eksplosive dengan melakukan tendangan satu kaki disertai dengan ketepatan waktu (timing) serta power dari kaki tumpu untuk menendang. Berikut ini akan diuraikan beberapa otot tungkai yang terlibat dalam kegiatan tendaqngan lurus antara lain: otot tensor fasialata, otot abductor paha, otot

gluteus maximus, otot vastus lateralis, otot sartorius, otot tibialis anterior, otot rectus femoris, otot gastrocnemus, otot proneus longus, otot soleus, otot digitorum longus, otot paha medial dan lateral. (Pearce. C. Evelyn, 1987).

B. Hakekat Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi 1. Pengertian Tendangan Dollyo Chagi

Menurut Yoyok, (2002) tendangan dollyo chagi adalah pada dasarnya tendangan ini menggunakan bantalan telapak kaki (ap chuk), namun sangat sering pula menggunakan baldeung (punggung kaki), terutama jika digunakan dalam pertandingan.

Teknik tendangan adalah gerakan yang difokuskan pada posisi kaki, lutut, pinggang, jari-jari kaki dan bagian atas dari tubuh sebelum melakukan

suatu tendangan, angkat lutut setinggi mungkin untuk melindungi diri kita sendiri. Jaga kelurusan punggung sampai saat terakhir yang bisa menjaga keseimbangan badan dan menambah kekuatan saat kaki akan dihentakkan, agar kondisi lutut untuk tetap seimbang, lakukan secara berurutan, berkelanjutan dan tahan lutut agar tetap tinggi kemudian tembakkan kaki terhadap sasaran atau target.

Tendangan dollyo chagi merupakan salah satu tendangan dasar dalam beladiri taekwondo, karena tendangan ini merupakan tendangan yang mudah untuk menghasilkan poin saat bertanding dan power tendangan yang dihasilkan juga sangat besar, maka banyak taekwondo yang sering melakukan tendangan ini pada saat pertandingan kyorugi. Power yang besar tersebut disebabkan oleh adanya putaran awal oleh kekuatan pinggang, putaran tumpuan kaki dan tungkai sebelum melakukan tendangan. Bagian yang digunakan untuk perkenaan dari dollyo chagi adalah bagian bal deung (punggung kaki). Dalam aplikasi pada kyorugi, dalam dollyo chagi dapat dilakukan untuk menyerang ataupun membalas serangan lawan baik dengan menggunakan step tendangan ataupun tidak menggunakan step tendangan.

Ketika seseorang telah memiliki tingkat kemahiran lebih tinggi,

dollyo chagi dapat divariasikan menjadi nare chagi, dolge chagi, dan

sebuah pertandingan kyorugi, tendangan ini sering diarahkan pada badan

(momtong) dan kepala (eolgol).

Ketika melakukan tendangan ini sangat diperlukan waktu (timming) yang tepat karena setelah melakukan tendangan ini tubuh akan berada pada posisi yang labil sehingga apabila seorang atlet tidak dapat melakukannya dengan tepat tentunya pihak lawan akan segera melakukan perlawanan (membalas tendangan) sehingga dapat menyebabkan lawan mendapatkan poin dan akan merugikan diri penendang itu sendiri. Selain ketepatan atau waktu gerakan, power dari tendangan tersebut juga harus ada, agar tidak hanya sekedar melakukan tendangan sehingga dapat menghasilkan poin tendangan. Tendangan ini pada dasarnya menggunakan pula bantalan telapak kaki (ap chuk) atau baldeung (punggung kaki) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.1 Pelaksanaan Tendangan Dollyo Chagi (Sumber: Taekwondo Revolution Kicking, 2011) 2. Hakekat Taekwondo

Taekwondo adalah warisan budaya Korea, dapat dikatakan taekwondo sekarang dikenal sebagai seni bela diri korea yang diminati diseluruh dunia (Kim Joong Young, 2009:2). Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu tae,

kwon dan do. Tae berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki, Kwon yang

berarti tangan atau menghantam dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara untuk mendisiplinkan diri. Maka jika diartikan secara sederhana, Tae Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata, seperti keahlian dalam bertarung, tetapi juga menekankan pengajaran aspek disiplin mental. Dengan demikian, taekwondo akan membentuk sikap mental yang kuat dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajarinya.

Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dalam mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan. taekwondo berarti seni beladiri yang menggunakan teknik sehingga menghasilkan suatu bentuk keindahan gerakan. Tiga materi penting dalam berlatih taekwondo adalah jurus dalam beladiri itu sendiri (Taegeuk), teknik pemecahan benda keras (Kyukpa), dan yang terakhir adalah pertarungan dalam beladiri taekwondo (Kyorugi). Mempelajarai taekwondo tidak dapat hanya dengan menyentuh aspek ketrampilan teknik beladirinya saja, akan tetapi juga meliputi aspek fisik, mental dan spiritualnya agar terdapat keseimbangan diantaranya. Untuk itu, seorang taekwondoin dalam berlatih taekwondo sudah seharusnya menunjukkan kondisi fisik yang prima, mental kuat dan semangat yang tinggi agar dalam pelaksanaan memiliki keseimbangan didalamnya. Teknik-teknik dasar taekwondo harus dikuasai oleh seorang taekwondo agar dapat menjadi seorang atlet yang handal.

Berikut Teknik-teknik bela diri taekwondo menurut Hu-Seup Song dan Jong-o Kim (1986 : 39) diantaranya:

a. Kuda-kuda (Seogi/Stance) terdiri dari : Sikap Kuda-kuda terdiri dari kuda-kuda rapat (Moa Seogi), kuda-kuda-kuda-kuda sejajar (Naranhi Seogi), sikap jalan kecil (Ap Seogi), kuda-kuda duduk (Juchum Seogi), kuda-kuda panjang

(Ap Kubi) dan juga kuda-kuda L (Dwit Kubi), kuda-kuda sikap harimau (Beom Seogi), kuda-kuda silang (Dwi Koa Seogi dan Ap Koa Seogi)

b. Serangan (Kyongkyok kisul) terdiri dari: Teknik serangan ini terdiri dari serangan melalui pukulan (Jireugi), sabetan (Chigi), tusukan (Chireugi) dan tendangan (Chagi). Teknik tendangan (Chagi) itupun beragam jenisnya seperti tendangan ke depan (Ap Chagi), tendangan mengayun atau cangkul (Naeryo Chagi),tendangan melingkar (Dollyo Chagi), tendangan ke samping (Yeop Chagi), tendangan ke belakang (Dwi Chagi), tendangan sodok depan (Milyo Chagi), dan tendangan balik dengan mengkait (Dwi Huryeo Chagi) dan lain-lain dengan aplikasi teknik lainnya. c. Tangkisan (Makki/Block) terdiri dari : Tangkisan dasar seperti tangkisan

ke bawah (Arae Makki), tangkisan keatas (Eolgol Makki),tangkisan pengambilannya dari luar ke dalam (Momtong An Makki), tangkisan dari dalam keluar (Momtong Bakat Makki), tangkisan dengan pisau tangan

(Sonnal Makki),

d. Sasaran tubuh (Keup so), Sesuai dengan competition rules dan interpretation permitted area, daerah sasaran yang di perbolehkan dalam sebuah pertandingan taekwondo adalah :

1. Badan, Serangan yang dilakukan dengan tangan dan kaki didaerah badan yang dilindungi oleh body protector adalah diperbolehkan Akan tetapi, tidak diperbolehkan di sepanjang tulang belakang.

2. Muka, Daerah ini tidak termasuk daerah kepala bagian belakang dan hanya diperbolehkan dengan serangan kaki.

C. Unsur Biomotorik yang Menunjang Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Kondisi Fisik Olahraga yang bertujuan pencapaian prestasi yang baik memerlukan pelatihan yang terprogram dengan baik dan berkesinambungan. Setiap cabang olahraga memerlukan status kondisi fisik yang bervariasi perbedaanya satu sama lainya. Pencapaian prestasi yang optimal, harus didasari dengan aspek-aspek fisik, teknik, strategi dan kematangan mental yang merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Untuk menentukan status kondisi fisik dasar setiap atlet terutama atlet taekwondo sehingga diperlukan tes awal kebugaran dan kekuatan maksimal.

Beberapa komponen fisik yang perlu ditingkatkan dalam latihan adalah kekuatan otot, kecepatan, kelenturan, kelincahan, (Harsono,1988). Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (Sajoto,1988). Usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Dari dasar diatas maka dalam proses tendangan lurus perlu ditunjang oleh komponen kondisi fisik sebagai berikut:

1. Kekuatan, (Strength)

Kekuatan merupakan salah satu unsur fisik pendukung yang perlu dimiliki seorang pemain taekwondo karena setiap gerakannnya memerlukan kekuatan.Sejalan dengan hal itu Harsono, (1988). berpendapat bahwa

kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu aktivitas atau kerja dengan secara maksimal. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Bompa (1994), menyatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk menghasilkan daya untuk mengatasi rintangan. Sedangkan Suharno, HP. (1984), mendefinisikan kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan aktivitas dengan menahan beban yang diangkatnya otot yang kuat akan membuat kerja sehari-hari menjadi efisien.

Fungsi kekuatan menurut Harsono, (1988) adalah : Sebagai daya penggerak setiap aktivitas fisik, Melindungi diri dari kemungkinan cedera, Dengan kekuatan atlet dapat berlari dengan cepat, melempar lebih jauh dan memukul dengan keras dan memperkuat stabilitas sendi, Mempermudah atlet dalam mempelajari teknik-teknik olahraga, Merupakan pendukung dari berbagai komponen kemampuan fisik lainnya. Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut maka dapat dipahami bahwa kekuatan otot merupakan komponen fisik yang sangat penting bagi setiap atlet taekwondo dalam upaya menghasilkan suatu tendangan dollyo chagi yang keras.

2. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Harsono, 1988). Selanjutnya menurut Harre (1982) kecepatan adalah suatu kualitas bersyarat yang memungkinkan seseorang bereaksi dengan cepat jika diransang untuk melakukan gerakan secepat mungkin.

Hal senada dikemukakan oleh Fox,(1988) yang mengemukakan bahwa kecepatan dalam lari cepat adalah merupakan hasil kali antara panjang langkah dan frekuensi langkah.Dari pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

3. Kelincahan (Agility)

Harsono (1988), mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah sesegera mungkin dan memiliki keefektifan apabila dilakukan dalam kecepatan maksimal. Sedangkan menurut Sajoto (1988) menjelaskan bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dari satu tempat ketempat yang lain. Kemudian Fox (1988), bahwa unsur kemampuan biomotorik kelincahan dan kecepatan gerak dapat dipengaruhi oleh faktor bawaan genetik, usia, tingkat kesiapan individu, atlet, non atlet dan kelelahan.

4. Kelenturan (Flexibility)

Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelenturan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu sekmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas iti kemungkinan otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal.

Setiap cabang olahraga mempunyai persamaan mengenai pentingnya unsur kelenturan dalam penampilan yang optimal. Untuk cabang olahraga

taekwondo, kelenturan sangat di butuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan-gerakan teknik dasar tersebut. Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut: ”kelenturan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelenturan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”.

Kelenturan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelenturan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psokologis dalam bekerja (berolahraga).

Fox (1993) Juga mengatakan bahwa: ”Menambah kelenturan dan peregangan ada pula hubungannya dengan kenaikan kekuatan. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”. Mc Ardle (1981) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen.

Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik dasar tendangan dollyo

chagi, kelenturan memiliki peran besar dimana pada saat melakukan gerakan

dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya.

Kelenturan merupakan salah satu aspek fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang optimal. Kelenturan di perlukan sekali hampir di setiap olahraga yang membutuhkan ruang gerak sendi seperti tendangan lurus. Kelenturan atau daya lentur adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri dalam segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat (flexibility), persendian pada seluruh tubuh. Teknik kelenturan selangkangan sebagai upaya persiapan pelaksanaan tendangan dollyo chagi dalam gaya ini dimana kelenturan akan memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan tungkai. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang pelaksanaan tendangan dolyo chagi lurus sehingga menghasilkan unjuk kerja yang optimal. Kelenturan pada dasarnya bertumpu pada luas tidaknya ruang gerak sendi-sendi tubuh. Lentur tidaknya seseorang ditentukan besar kecilnya sendi-sendi tubuh dalam bergerak dan dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot tendon dan ligamen. Dengan demikian seseorang dikatakan memiliki kelenturan yang baik apabila orang tersebut mempunyai luas gerak bagian t u ng k a i yang sangat luas dalam sendi-sendinya dan elastisitas otot perut serta otot selangkangan yang baik.

Kelenturan merupakan unsur fisik yang juga sangat berperan dalam proses gerak tendangan dollyo chagi. Pada proses pola gerak ini di butuhkan

kelenturan pada daerah togok. dengan memiliki kelenturan yang lebih luas dan maksimum maka akan menghasilkan tendangan dollyo chagi yang lebih efisien. Kelenturan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligament, dan struktur kerangka tulang. Selain itu kelenturan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga).

Saat melakukan teknik tendangan dollyo chagi pada cabang olahraga taekwondo kelenturan memiliki peran yang besar dimana saat melakukan gerakan-gerakan tersebut kelentukan otot-otot pada tungkai harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang yang akan membangkitkan fatal bagi yang melakukannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan akan sangat menunjang pergerakan tendangan

dollyo chagi yang maksimal.

D. Kerangka Berpikir

Pencapaian prestasi yang maksimal tidak dapat diraih tanpa adanya power yang prima dari seorang atlet dari penguasaan teknik gerakan cabang olahraga yang ditekuni. Selain itu pula unsur kondisi fisik merupakan faktor penentu sejauh mana seorang atlet dapat bertahan dalam suatu pertandingan. Unsur kondisi fisik bukan hanya sebagai unsur pendukung, terkadang juga merupakan unsur utama dalam penguasaan teknik gerak, salah satunya ialah power.

Power adalah kekuatan kerja otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal

dalam waktu yang sangat cepat. Dalam olahraga taekwondo, khususnya saat melakukan tendangan dollyo chagi diperlukan power guna memberikan tekanan pada pihak lawan.

Power yang baik sangat berperan baik dalam upaya mengantarkan

tungkai ke udara dan pada saat menendang dollyo chagi dengan kaki agar tercapai tendangan yang keras dan akurat.

Bagi atlet taekwondo, kekuatan dan kecepatan tendangan merupakan modal utama untuk melakukan tendangan dollyo chagi yang baik serta mematikan. Oleh karenanya kekuatan dan kecepatan yang tinggi serta pada saat menendang dollyo chagi merupakan modal utama untuk mencapai hal tersebut. Untuk mendapatkan ayunan tungkai yang baik, gerakan tendangan dollyo chagi harus didukung sejumlah otot serta sistem kerja anatomi tubuh yang digerakan dalam mengayunkan tungkai. Selain itu, kekuatan dan kecepatan ayunan tungkai ini dapat di kembangkan dan ditingkatkan melalui latihan-latihan yang menunjang dan mengarah pada hasil tendangan dollyo chagi.

Dalam melakukan gerakan tendangan dollyo chagi dengan frekuensi yang ditentukan unsur fisik yaitu power otot tungkai, sangat erat kaitannya pada saat memperoleh poin, ketercapaian jumlah yang tinggi dalam tendangan

dollyo chagi dengan frekuensi merupakan bentuk latihan yang membuat atlet

dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara power dengan kemampuan tendangan dollyo chagi taekwondo

E. Hipotesis

Merujuk pada latar belakang, tinjauan pustaka dan untuk menjawab permasalahan yang ada maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa ada hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan tendangan

Dokumen terkait