• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)

Klasifikasi ikan tembang menurut (Saanin, 1979) berdasarkan tingkat sistematikanya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Clupeiformes Famili : Clupeidae Subfamili : Incertae sedis Genus : Sardinella

Spesies : Sardinella fimbriata

Nama umum : Fringle-scale sardinella, fimbriated sardinella Bentuk morfologi ikan Tembang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ikan Tembang

Menurut Saanin (1979), ikan tembang(S.fimbriata), mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, badan tertutup sisik sampai di kepala, kecuali bagian moncong sebelah depan. Mulut agak lebar dengan gigi yang lemah, tanda khususnya adalah sepasang gurat sisi (linea lateralis)membentuk garis yang tak terputus -putus memanjang mulai dari ujung ekor sampai di ujung tutup insang.

Ikan tembang (S. fimbriata) adalah ikan pelagis kecil yang ditemukan menyebar di Perairan Teluk Persia, Afrika Timur termasuk Madagaskar,Indonesia, Taiwan, Korea, LautArafura dan Australia bagian Utara. Spesies inihidup bergerombol di perairan pesisirpada kedalaman antara 10–70 m. Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan tembang adalah purse seine, seinenetsdan set net.Jenis ikan tembangini termasuk ikan ekonomis penting dan merupakansalah satu

targettangkapan perikanan yang menjanjikan di pesisirIndonesia(Allen, 2000 dalam Ernawati dan Kamal, 2010).

Ikan tembang (S. fimbriata) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhpipih memanjang dan tidak begitu kompres. Sirip punggung mempunyai jari-jarilemah dengan jumlah berkisar 30 – 35dan punggung jari-jari keras berjumlah 8, sirip dubur terdiri dari dua

jari-jari keras bergabung dengan 26–30 jari-jari lemah. Kebanyakan ikan iniberwarna agak cerah yaitu warna tubuhnya yang bertingkat, dibagian dorsalberwarna biru kemudian bagian sisik keperak-perakan, dan putih bagian perut.Panjangtubuh ikanini biasanyamencapai21 cm (Dirjen Perikanan, 1998).

Menurut Peristiwady(2006) dalam Izzani, (2012),ikan tembang memiliki bentuk tubuh memanjang dan pipih serta memiliki duri di bagian bawah badan. Lengkung kepala bagian atas ikan tembang sampai di atas mata hampir lurus, dan dari setelah mata sampai awal dasar sirip punggung agak cembung.Tinggi badan ikan tembang lebih besar daripada panjang kepala dengan mata tertutup oleh kelopak mata. Awal dasar sirip punggung ikan tembang terletak sebelum pertengahan badan, sedangkan dasar sirip dubur sama panjang dengan dasar sirip punggung. Kepala dan badan bagian atas ikan tembang berwarna hijau kebiruan, sedangkan bagian bawah berwarna putih keperakan.Adapun sirip-sirip berwarna keputihan. Sirip punggung (dorsal) ikan tembang mempunyai 18 jari-jari lemah, sirip dada (pectoral) mempunyai 15 jari-jari lemah, sirip dubur (anal) memiliki 18 jari-jari lemah, dan sirip perut (ventral) memiliki 8 jari-jari lemah.

Distribusi habitat

Ikan tembang (S. fimbriata) adalah ikan permukaan yang hidup di perairan pantai serta suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap bersama ikan lemuru dan terkonsentrasi pada kedalaman kurang dari 100 m (Fischer dan Whitehead, 1974 dalam Lubis, 2013). Telur dan larva ikan Tembang ditemukan

dan mulai memasuki daerah yang memiliki kadar garam sedang. Ketika dewasa spesies ini hidup bergerombol bersama ikan pelagis lainnya dan banyak ditemukan pada daerah dekat pantai sampai ke arah laut (Fishbase, 2014).

Penyebarannya meliputi perairan Indonesia menyebar ke utara sampai ke Taiwan, ke selatan sampai ujung utara Australia dan ke barat sampai ke laut Merah. Daerah penyebarannya di Indonesia terutama berkumpul di daerah perairan Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka, dan Laut Arafura

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran suatu jenis ikan di perairan diantaranya adalah kompetisi antar spesies dan intra spesies, heterogenitas lingkungan fisik, reproduksi, ketersediaan makanan, arus air, dan angin. Pergerakan vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, dimana pada malam hari gerombolan ikan cenderung berenang ke permukaan dan berada pada permukaan sampai matahari sudah akan terbit dan pada waktu malam terang bulan gerombolan ikan tersebut agak berpencar atau berada tetap di bawah permukaan air (Dwiponggo,1998 diacu oleh Izzani, 2012).

Menurut Peristiwady (2006) dalam Syakilla (2009), ikan tembang termasuk ikan pelagis kecil yang hidup di lautan terbuka, lepas dari dasar perairan. Pergerakan vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, dimana pada malam hari gerombolan ikan cenderung berenang ke permukaan dan berada pada permukaan sampai matahari sudah akan terbit dan pada waktu malam terang bulan gerombolan ikan tersebut agak berpencar atau berada tetap di bawah permukaan air.

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah suatu pertambahan bobot badan secara keseluruhan.Pertumbuhan terjadi karena adanya dua proses yang terpisah yaitu pertambahan jumlah sel dan pertambahan besar sel. Pertumbuhan meliputi pertumbuhan dalam bentuk dan berat macam-macan jaringan misalnya otot, tulang dan semua jaringan lainnya kecuali jaringan lemak (Wahyuningsih, 2009).

Secara umum pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit, serta umur dan kedewasaan. Faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di perairan, dan salinitas. Pertumbuhan ikan bersifat sangat labil (Effendi, 2002).

Pertumbuhan secara fisik diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode tertentu, yang kemudian diukur dalam satuan panjang ataupun bobot. Namun, pertumbuhan juga bisa dinyatakan secara energetik dengan adanya perubahan kandungan total energi tubuh pada kurun waktu tertentu (Rahardjo dkk, 2011).

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan kondisi ikan, analisa hubungan panjang – berat menurut Merta (1993) dalam Manik (2009) dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya.Secara umum pertumbuhan ikan

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit, serta umur dan kedewasaan. Faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di perairan, dan salinitas. Pertumbuhan ikan bersifat sangat labil (Effendi, 2002).

Dari hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot, terdapat suatu model yang dapat digunakan untuk menduga bobot dan panjang ikan, keterangan mengenai tipe pertumbuhan, kemontokan ikan, dan perubahan lingkungan (Effendie, 1997).

Tipe pertumbuhan ikan dapat diketahui dari hubungan panjang dan bobotnya.Konstanta yang menggambarkan tipe pertumbuhan adalah nilai b. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan tersebut bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih besar daripada pertumbuhan

panjang.Nilai b yang lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan bersifat allometrik negatif, yakni pertumbuhan panjang lebih besar daripada pertumbuhan bobot. Jika nilai b sama dengan 3, tipe pertumbuhan ikan bersifat isometrik yang artinya pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan bobot

(Tutupoho, 2008).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan salah satu derivat dari pertumbuhan yang sering disebut pula sebagai Faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.Apabila dalam

suatu perairan terjadi perubahan mendadak darikondisi ikan itu, situasi demikian itu memungkinkan untuk dapat diselidiki.Apabila kondisinya kurang baik mungkin populasinya terlalu padat, dansebaliknya apabila kondisinya baik dan sumber makanan cukup melimpahmaka ada kecenderungan ikan-ikan yang mendiami habitat tersebut gemuk/montok.Untuk keperluan analisis tersebut dilakukan uji Faktor Kondisi (Effendi, 2002).

Aspek Biologi Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan suatu makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan, sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya,sehingga mahkluk tersebut tetap ada sepanjang masa. Pada hewan air seperti ikan, sistem genital terdiri atas gonad. Gonad hewan air yang sudah berkembang pada umumnya dibedakan antara gonad jantan dan gonad betina. Gonad jantan disebut testis dan gonad betina disebut ovari. Gonad berfungsi untuk melakukan proses reproduksi yakni pada testis akan terjadi spermatogenesis sehingga akan dihasilkan sperma yang fungsional dan pada ovari akan terjadi oogenesis, sehingga akan dihasilkan sel telur yang mempunyai kuning telur dalam jumlah maksimaldan siap untuk dibuahi serta siap untuk mendukung kehidupan embrio (Riani, 2012).

Reproduksi pada ikan merupakan tahap penting dalam siklus hidupnya untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Effendi, 1997). Beberapa aspek biologi reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan dan ukuran ikan ketika pertama kali matang

gonad. Aspek reproduksi tersebut meliputi nisbah kelamin, tingkat kemtangan gonad (TKG), dan indeks kematangan gonad (IKG) (Nikolsky, 1963).

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi, dimana nisbah 1 : 1 (50% ikan jantan dan 50 % ikan betina) merupakan kondisi yang ideal, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol antar ikan jantan dan ikan betina, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhan (Baginda, 2006).

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu pengetahuan dasar dari biologi reproduksi pada suatu ketersediaan ikan. Penentuan TKG secara morfologi dapat dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan isi gonad, sedangkan histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Tingkat kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari pross reproduksi ikan betina dimana perkembangan gonad tersebut terjadi akibat proses vitellogenesis yaitu proses pegendapan telur kuning telur pada tiap-tiap individu telur ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Effendi, 1979)

Perkembangan gonad semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10 – 25 % dari berat tubuh dan ikan jantan sebesar 5 – 10 % . Dalam biologi perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bahwa ikan tersebut akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali matang gonad, ada hubunganya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Effendi, 2002).

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad (IKG) adalah perbandingan bobot gonad dengan bobot gonad termasuk gonad (bobot ikan total).IKG menggambarkan perubahan yang terjadi didalam gonad secara kuantitatif dapat.bertambah sejalan dengan perkembangan kematangan, berat gonad semakin bertambah. IKG akan mencapai maksimum sesaat sebelum terjadi pemijahan (Yustina dan Arnentis, 2002).

Sejalan dengan perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat dan semakin bertambah besar sampai mencapai maksimum pada saat terjadi pemijahan.Perubahan nilai IKG berhubungan erat dengan tahap perkembangan telur.Dengan pemantauan perubahan IKG dari waktu ke waktu maka dapat diketahui ukuran ikan waktu memijah.Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan ikan jantan. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah

kemudian menurun cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Effendi,1979).

Pengetahuan tentang indeks kematangan gonad (IKG) merupakan salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana nilai IKG digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap melakukan pemijahan. Dengan begitu penangkapan pada waktu ikan mencapai IKG maksimum dapat ditekan agar keberlangsungan dan ketersedian ikan tersebut dapat berlangsung secara terus menerus di perairan (Putri,2012).

Parameter Fisik dan Kimia Perairan Parameter Fisika

1. Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh dua musim, lintang ( latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu malam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai dalam pertumbuhannya(Effendi, 2003).

Pada permukaan laut, air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100ºC dan suhu terendah 0ºC.Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas maka air laut tetap cair pada suhu di bawah 0ºC.suhu alami air laut berkisar antara suhu di bawah 0ºC tersebut sampai 33ºC. di permukaan laut air laut membeku pada suhu

-1,9º. Perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

2. Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk.Nilai kecerahan dinyatakan dengan satuan meter.Nilai ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).

Parameter Kimia

1. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisma air. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari fotosintesis.Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8 mg/l(Barus, 2004).

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Peningkata suhu sebesar 1°C akan mningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Dekomposisi bahan organic dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar

oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Hubugan antara kadar oksigen terlarut jenuh dn suhu menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu kelarutan oksige berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lainjuga berkurang dngan meningkatnya salinitas shingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah dibandingkan kadar oksigen di perairan tawar (Effendi, 2003).

2. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan.Organisma air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8.5.Kondisi perairan dengan pH tetentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisma (Barus, 2004).

Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas meggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksidasemua bromide dan iodide digantikan menjadi kloridadan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰– 30‰, dan perairan laut 30‰–40‰. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar yang berasaldari darat (Effendi, 2003).

Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480ºC,

dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah klor yang ekivalen dengan berat kedua halida yang hilang. Singkatnya, sanitas adalah berat garam dalam gram per kilogram air laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

Dokumen terkait