• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Tanaman Stroberi

Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (BPP, 2002) : Divisi : Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae,

Kelas : Dicotyledonae, Keluarga : Rosaceae, Genus : Fragaria, Spesies : Fragaria sp.

Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang. Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai kuncup (gemma). Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru (Adanikid, 2008).

Akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya (Gayo, 2009)

Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau, dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun akan kering dan mati (Gayo, 2009).

Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada beberapa tangkai bunga. Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang terbuka awal biasanya lebih

besar ukurannya. Bunga berwarna putih, berdiameter 2,5-3,5 cm, terdiri dari 5–10 kelopak bunga berwarna hijau, 5 mahkota bunga, sejumlah tangkai putik dan

2–3 lusin benang sari. Benang sari tumbuh pada 3 lingkaran kedudukan. Jika benang sari berisi tepung sari fertile, benang sari tersebut berwarna kuning emas. Sementara itu, cairan nectar dihasilkan di daerah tangkai buah, bagian dasar benang sari atau disebelah luar bunga betina (Yudi, 2007).

Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah semu, yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan. Bunga primer mempunyai pistil terbanyak yaitu lebih dari 400 buah, jumlah pistil pada bunga sekunder antara

200-300 buah, sedangkan pada bunga tersier hanya 50-150 buah (Prihartman, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses inisiasi bunga, sedangkan di siang hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup

cahaya matahari untuk proses fotosintensis dan pematangan buah (Gusyana, 2009).

Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan

yaitu sekitar 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman, 2006).

Tanah

Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1.300 mdpl (BPP, 2002).

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah (Guslim, 2007).

Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman (Gusyana, 2009).

Karakteristik Stroberi dan Penyebarannya

Stroberi merupakan tanaman buah dari anggota Familia Rosaceae dan telah banyak dibudidayakan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia stroberi dapat tumbuh di daerah penggunungan dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl dan bereproduksi hingga lima kali dalam setahun dengan puncak produksi terjadi pada bulan Juli-Agustus. Stroberi masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dan mulai dibudidayakan pada tahun 1983 di Desa Candi Kuning, Bali

dan hingga saat ini tercatat lima lokasi sentra stroberi di Indonesia (Hanif dan Ashari, 2013).

Di seluruh dunia, semua orang mengenal stroberi. Stroberi mempunyai berbagai macam jenis dan bentuk. Tanaman stroberi berasal dari benua Amerika. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani dari Uni Soviet pada tahun 1887- 1942 telah melakukan ekspedisi ke Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Beliau berkesimpulan bahwa tanaman stroberi berasal dari daerah Chili. Jenis atau species stroberi yang pertama kali di temukan di Chili adalah Fragaria chiloensis (L.) Duchesne. atau disebut stroberi Chili. Penyebaran tanaman stroberi meluas ke berbagai Negara atau daerah di benua Amerika, Eropa dan Asia. Di daerah penyebarannya ditemukan aneka species tanaman stroberi. Misalnya kawasan Amerika Utara terdapat F.vesca L. dan F. virginiana Duchesne, Timur Laut

Pasifik berkembang F.ananassa Duchesne, dan di California ditemukan F. bringhurdtii. Penyebaran F.vesca L. di Eropa amat pesat, bahkan jenis stroberi

inilah yang pertama kali populer, termasuk di Indonesia. Di samping F. vesca, di

Eropa berkembang stroberi jenis lain, seperti F. viridish Duchesne dan F. moschata Duchesne. Benua Asia disebut-sebut sebagai daerah sumber genetik

untuk tanaman stroberi jenis baru. Di Asia Utara misalnya telah ditemukan F.vesca, F. colline dan F. orientalis. Sementara itu di Asia Selatan berkembang jenis F. maupinensis, di Asia Tenggara menyebar tanaman sroberi F. nilgerrensis Schlet (Puspitasari, 2012).

Budidaya tanaman stroberi telah dirintis berabad-abad tahun yang lalu. Sekitar pada tahun 50-an para pakar pertanian dan biologi Amerika merintis pemuliaan tanaman (plant breeding) stroberi bertujuan untuk menghasilkan atau menciptakan varietas baru. Pada tahun 1600-an salah satu jenis tanaman stroberi, yaitu F. moschata dibudidayakan di Skandinavia, Eropa Timur, dan sampai meluas ke Rusia. Penemuan jenis stroberi modern yang dimaksudkan sebagai tujuan usaha komersial telah dirintis sejak tahun 1750, dilakukan dengan cara menyilangkan antara F.virginiana (L.) Duchesneasal Amerika Utara dengan F.chiloensis (L.) Duchesne asal Chili (Amerika Selatan). Hasil persilangan

tersebut dinamakan stroberi modern atau stroberi komersial (Fragaria x ananassa Duchesne). Penelitian danp enciptaan stoberi varietas

unggul komersial berkembang pesat ke berbagai negara di dunia (Folta, 2009). Stoberi memiliki lebih dari 20 species dan 700 jenis. Ada tujuh jenis kromosom utama yang terdapat di seluruh spesies. Beberapa spesies adalah diploid yaitu mempunyai dua pasang dari ketujuh kromosom yang jumlahnya menjadi 14 kromosom. Yang lainnya merupakan tetraploid yaitu memiliki empat pasang dari ketujuh kromosom yang menjadikan jumlahnya 28 kromosom,hexaploid (6 pasang), oktoploid (8 pasang), atau dekaploid (10 pasang) (Puspitasari, 2012).

Berdasarkan ukuran buah, warna dan kematangan buah, menurut Ariyanto dan Adhi (2009) buah stroberi dibagi atas 3 kelas:

1. Kelas Ekstra; buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies, warna merah dan kematangan buah seragam.

2. Kelas I; buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies, bentuk dan warna buah bervariasi.

3. Kelas II; tidak ada batasan ukuran buah, sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.

Berdasarkan bobot buah, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: • Kelas AA: > 20 gram/buah

• Kelas A : 11-20 gram/buah • Kelas B : 7-12 gram/buah • Kelas C1 : 7-8 gram/buah

Varietas stroberi yang dapat ditanam di Indonesia diantaranya Oso grande, Tenira, Shantung, Sweet charlie, Robunda, Tristar, Earlibrite, Nyoho, Elvira, Bogota, Michiko dan Hokowaze. Petani di Lembang Bandung menggunakan varietas Shantung dan untuk dijadikan makanan olahan seperti selai dan jeli, sedangkan untuk buah segar petani menanam varietas sweet charlie, Tristar dan Oso grande (Kesumawati, et al., 2012).

Penyusunan Deskripsi

Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011 menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter penciri varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang

dimaksud, pembanding dalam uji kebenaran varietas, serta acuan pengamatan morfologi tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas. Tiap karakter yang tercantum didalam deskripsi varietas merupakan hasil pengamatan dari uji keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk adaptasi atau observasi. Mengingat bahwa karakter varietas untuk setiap komoditas tanaman berbeda, sehingga untuk memudahkan dalam penyusunan deskripsi perlu dibuat standar minimal parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi masing-masing komoditas.

Salah satu pendeteksi keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah, warna daging buah, aroma dan rasa. Penggunaan karakter morfologi merupakan metode yang mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil karakterisasi secara visual. Varietas baru dapat muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat penyerbukan silang (Heywood, 1967). Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan (Suskendriyati, et al., 2000).

Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung berbagai informasi di lapangan mengenai berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Menurut Connole (1993) memberikan batasan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memfokuskan pada kegiatan-kegiatan mengidentifikasi, mendokumentasi dan mengetahuinya dengan cara interpretasi. Sedangkan menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara

satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen.

Menurut Herwati, et al., (2011), karakterisasi adalah penyusunan deskripsi varietas yang dilakukan olehseseorang atau sekelompok orang sebagai pemulia yang menangani komoditas tertentudan telah memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan menjelaskan tentang asal-usulatau silsilah, metode pemuliaan, ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnyadari plasma nutfah yang dikoleksi.

Deskripsi karakter dari varietas harus diuraikan berdasarkan urutan bagian tanaman sebagai berikut : tanaman, batang, daun, tandan bunga, bunga dan bagiannya, buah dan bagiannya, biji, sifat lainnya (seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleransi terhadap cekaman, kualitas, data DNA, dsb). Untuk karakter yang merupakan bagian tanaman agar diurut sebagai berikut : habitat, tinggi, panjang, lebar, ukuran, bentuk, warna (dapat mengacu bagan warna yang telah baku), dan lain-lain. Gunakan sistematika penulisan sifat yang ringkas, yaitu untuk setiap bagian tanaman diikuti oleh (:) dan karakter dipisahkan dengan (,) (Wibowo dan Adelyana, 2007).

PENDAHULUAN

Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan subtropis yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman stroberi termasuk tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, daya tariknya terletak pada warna buah yang merah mencolok dan rasanya manis segar. Buah stroberi mempunyai peluang pasar yang semakin luas, karena buah subtropis ini tidak hanya dikonsumsi segar tetapi stroberi juga dapat diolah menjadi sirup,

selai, dodol, manisan, jus, dan bahan baku pembantu pembuat es krim (Budiman dan Saraswati, 2006).

Tanaman stroberi juga dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan antara lain adalah sebagai anti kanker, mengatasi panas dalam, mencegah leukimia, dan anti aging. Stroberi mengadung banyak vitamin, asam amino, kalsium, magnesium, fosfor dan sebagainya, serta 1 gelas potongan stroberi hanya mengandung 50 kalori dan 0 g kolestrol (Prayoga, 2011).

Menurut Rukmana (1998), penanaman stroberi di Indonesia sudah lama dirintis sejak jaman kolonialisasi Belanda, akan tetapi pengembangannya masih dalam skala kecil. Meskipun stroberi bukan tanaman asli Indonesia, pengembangan komoditas ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan baru dalam sektor pertanian. Fakta ini didasari dengan semakin banyaknya penggemar buah stroberi. Permintaan pasar akan buah stroberi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Produksi stroberi dalam negeri tiap tahun mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) volume produksi stroberi di Indonesia tahun 2012 sebesar 169.793 ton dengan luas lahan 810 ha meningkat sebanyak 4 kali lipat

dari tahun 2011 yang hanya 41.035 ton dengan luas lahan 987 ha. Peningkatan produksi ini sebanding dengan permintaan akan buah stroberi yang makin meningkat tiap tahunnya.

Produksi stroberi dalam negeri belum mampu menutupi permintaan pasar yang tinggi sehingga pada tahun 2012 terdapat peningkatan impor stroberi sebesar 24,7%, yaitu dari 452 ton menjadi 564 ton. (Badan Pusat Statistik, 2012). Pemintaan tersebut akan terus meningkat baik pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Situasi ini memberi peluang bagi petani produsen untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi stroberi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Menurut Badan Pusat Statistik (2012) luas lahan stroberi di Indonesia pada tahun 2012 adalah 810 ha. Sebagian besar stroberi di tanam di Pulau Jawa seluas 629 ha dan di Bali dan Nusa Tenggara seluas 112 ha. Di Sumatera Utara terdapat lahan stroberi seluas 29 ha dan 22 ha terdapat di Kabupaten Karo.

Di dunia pertanian, ditemukan ada lebih dari 600 varietas buah stroberi dengan perbedaan rasa, warna, tekstur, ukuran dan bentuk. Varietas yang paling banyak disukaiadalah varietas stroberi liar yang walaupun penampilannya kurang menarik karena bentuknya yang kecil dan tidak seragam, tapi aroma dan rasanya ternyata sangat kuat, juga berwarna lebih merah melebihi varietas yang berukuran besar (Siagian, 2011).

Penguasaan teknik-teknik pemuliaan tanaman stroberi secara tepat beserta dengan pengetahuan tentang sifat genetik dan ketersediaan bank plasma nutfah yang terjamin keberadaanya akan sangat berguna dalam menetukan keberhasilan proses pemuliaan tanamanstroberi dalam memperbaiki karakter suatu tanaman.

Identifikasi karakteristik morfologi merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan plasma nutfah yang digunakan untuk menyusun deskripsi varietas dalam rangka seleksi tetua pada program pemuliaan.

Pengumpulan informasi keragaman dilakukan melalui kegiatan pengkayaan seperti eksplorasi. Dengan kegiatan ini peluang munculnya potensi genetik yang diinginkan dapat tersedia (Puslitbanbun, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukannya identifikasi terhadap suatu tanaman. Karakterisasi terhadap koleksi (aksesi) yang dilakukan, bertujuan untuk mendapatkan data sifat atau karakter morfologi agronomis (deskripsi morfologi dasar) sehingga dapat dibedakan fenotip dari setiap aksesi dengan cepat dan mudah, dengan menduga seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki (Bermawie, 2005).

Dalam melakukan identifikasi suatu jenis tanaman sering menggunakan karakter morfologi karena cara ini merupakan cara yang termudah dalam mengenal tanaman. Identifikasi berdasarkan karakter morfologi digunakan untuk menunjukkan kesamaan dan perbedaan tanaman berdasarkan karakter morfologinya. Secara umum pada tanaman tingkat tinggi bagian-bagian yang biasa diamati meliputi bagian vegetatif seperti akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatifnya adalah bunga, buah dan biji (Purwanto, et al., 1998).

Informasi mengenai keragaman sangat diperlukan dalam program pemuliaan tanaman, karena dengan semakin tersedianya informasi tersebut, semakin mudah dalam menentukan kedudukan atau kekerabatan antar varietas yang dapat dijadikan sebagai dasar seleksi tanaman. Reinwain et al. (1994) menyatakan keberhasilan program pemuliaan tanaman untuk memperbaiki karakter suatu tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber genetik.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan identifikasi karakter morfologi dan hubungan kekerabatan beberapa varietas stroberi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan beberapa genotip stroberi yang ada di Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK

SARTIKA ZAI : Identifikasi Karakter Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Beberapa Genotip Stroberi (Fragaria sp.) di Kabupaten Karo. Dibimbing oleh Emmy Harso Kardhinata dan Lollie Agustina P. Putri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan beberapa genotip stroberi yang ada di Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini di mulai bulan Mei 2016 sampai dengan Juni 2016 menggunakan metode survei deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis stroberi di Kabupaten Karo yaitu stroberi asam terdapat di Kecamatan Barusjahe (G3) dan stroberi manis terdapat di Kecamatan Barusjahe (G1, G2, G4, G5) dan Kecamatan Dolat Rayat (G6, G7, G8, G9, G10) dengan nilai kekerabatan yang memiliki jarak terjauh diperoleh pada G1 dengan G3 yaitu 124.830 serta nilai kekerabatan dengan jarak terdekat diperoleh pada G2 dan G7 yaitu 20,822.

Kata kunci : stroberi, identifikasi, kekerabatan

ABSTRACT

SARTIKA ZAI : Identification of morphological characteristic of strawberry (Fragaria sp.) in Kabupaten Karo. Supervised by Emmy Harso Kardhinata dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri.

The purpose of this research is to identification of morphological characteristic and kinship of strawberry at Kabupaten Karo. The research well done in Barusjahe and Dolat Rayat Kabupaten Karo Nort Sumatera at May to June 2016 using descriptive survey with purposive random sampling technique.

The result of this research indicate that in Kabupaten Karo there 2 variety of strawberry which have been identified that sour strawberry in Kecamatan Barusjahe (G3) and sweet strawberry in Kecamatan Barusjahe (G1, G2, G4, G5) dan Kecamatan Dolat Rayat (G6, G7, G8, G9, G10) with

farthes kinship is G1 and G3 with a coefecient similarity 124.830 and closest kinship is G2 and G7 with a coefecient similarity 20,822

Dokumen terkait