• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunyit (Curcuma domestika Val.)

Klasifikasi dan Morfologi

Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah dan obat yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman kunyit tumbuh bercabang dan membentuk rumpun dengan tinggi 40-100 cm. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari pelepah daun yang terasa agak lunak. Daun kunyit berbentuk bulat telur yang memanjang hingga 10-40 cm dan melebar hingga 8-12.5 cm. Daun ini berwarna hijau pucat dan memiliki pertulangan daun yang menyirip. Ujung dan pangkal daun runcing dengan permukaan yang sedikit kasar. Kulit luar rimpang kunyit berwarna jingga kecoklatan sedangkan daging buah berwarna merah jingga kekuning-kuningan (Winarto 2003).

Curcuma longa merupakan nama latin yang asli dari kunyit, namun sejak nama tersebut menjadi nama jenis lain, Valeton mengajukan nama baru pada tahun 1918 yaitu Curcuma domestica. Curcuma longa digunakan untuk menggambarkan rimpang kunyit yang berbentuk jari (Purseglove et al. 1981).

Dalam klasifikasi tumbuhan menurut Winarto (2003), kunyit adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Sifat Kimia dan Fisik Kunyit

Rimpang kunyit merupakan bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit. Rimpang kunyit mengandung beberapa komponen kimia antara lain kurkuminoid, minyak atsiri, protein, fosfor, kalium, besi, dan vitamin C (Sumiati dan Adnyana 2004). Diantara komponen kimia tersebut, senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen terpenting (Rukmana 1994).

Kurkuminoid merupakan zat pemberi warna kuning pada kunyit. Senyawa ini terdiri dari campuran senyawa-senyawa kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar, yaitu sebesar 50-60% dari total kurkuminoid. Kadar total kurkuminoid sering dihitung sebagai persentase kurkumin (Sumiati dan Adnyana 2004).

Selain mengandung kurkuminoid, kunyit juga mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Beberapa senyawa penyusun minyak atsiri dalam kunyit antara lain keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, felandren, sabinen, borneol, dan sineil (Wikipedia 2007).

Khasiat Kunyit

Kunyit adalah tanaman yang tidak beracun, tetapi memiliki efek farmakologis melancarkan peredaran darah, menurunkan kadar lemak, menyembuhkan nyeri dada, asma, rasa tidak enak di perut, tekanan darah tinggi, antiradang, dan antibakteri (Winarto 2003). Khasiat kurkumin lainnya menurut Hadi (1985) adalah sebagai anti inflamasi yang dapat dihubungkan dengan kortison yang dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik atau alergan. Kurkumin merangsang sekresi hormon adrenokortikoid dari korteks adrenal terutama glukokortikoid yang mempunyai efek utama pada anti inflamasi. Glukokortikoid meningkatkan jumlah leukosit polimorfonuklear karena mempercepat masuknya sel-sel tersebut dari

dari sumsum tulang ke dalam darah dan mengurangi kecepatan berpindahnya sel dari sirkulasi (Ganiswara 1995).

Komposisi kurkumin yang terkandung dalam kunyit berkhasiat dalam mempengaruhi nafsu makan dan memperlancar pengeluaran cairan empedu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Adanya pengaruh dari tepung rimpang kunyit secara tidak langsung berpengaruh pada konsumsi pakan dan absorbsi zat-zat makanan yang akhirnya dapat dimanifestasikan dalam bentuk produk daging (Mahmuda 2007).

Berbagai penelit ian diketahui bahwa komponen utama minyak atsiri kunyit adalah suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O18 yang kemudian

disebut turmenol. Kandungan minyak atsiri pada kunyit dapat mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang kuat (Tampubolon 1981). Selanjutnya, Rosalyn (2005) menjelaskan bahwa minyak atsiri dan kurkumin mengandung zat antibakteri yang terdapat pada gugus hidroksil fenolat, yaitu suatu sanyawa yang dapat menangkal bakteri yang merugikan dalam tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan populasi bakteri yang menguntungkan dalam tubuh.

Bagi dunia peternakan, kunyit yang dicampurkan baik pada ransum maupun pada minuman ayam disinyalir dapat menghilangkan bau kotoran dan menambah berat badan ayam (Winarto 2003). Selanjutnya Samarasinghe et al. (2003) mengatakan bahwa penambahan kunyit dalam ransum ayam broiler dapat memperbaiki pertumbuhan dan efisiensi pakan serta bisa digunakan sebagai alternatif penggunaan antibiotik.

Pemberian kunyit pada taraf 0.6% dalam ransum broiler memberikan hasil terbaik pada performa broiler yaitu mampu meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan broiler (Agustina 1996). Hardian (2004) melaporkan penambahan tepung kunyit dalam ransum berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan mencit umur 35 hari dengan penambahan tepung kunyit 4%.

Bawang Putih (Allium sativum)

Klasifikasi dan Morfologi

Bawang putih adalah herbal semusim berumpun yang memiliki ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam diladang- ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batang daun semu dan berwarna hijau. Bagian bawah bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan jika diiris bau sangat tajam. Daun berbentuk pita (pipih memanjang) dan berakar serabut, bunganya berwarna putih.

Menurut Rabinowitch dan Currah (2002), bawang putih memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Liliospida Ordo : Amaryllidales Family : Alliaceae Subfamily : Allioideae Genus : Alium

Spesies : Allium sativum

Kandungan Kimia

Bawang putih mengandung zat-zat kimia aktif seperti allicin, skordinin, alliil, saponin dially sulfida dan prophyl allyl sulfida, serta methilalil trisulfida

(Reynold 1982). Komponen yang terdapat dalam bawang putih diallylsulfida

60%, diallyl trisulfida 20%, alyll propil disulfida 6% dan dietil disulfida, dialyll polisulfida, alliin serta allicin dalam jumlah sedikit (Farrel 1990). Allicin yang terkandung dalam bawang putih juga kemungkinan adalah zat aktif yang berkhasiat antihelmic. Allicin tidak terbentuk pada tanaman utuh bawang putih, karena pada bawang putih utuh mengandung alliin dan enzim allinase. Apabila

bawang putih diiris atau dihancurkan maka alliin akan bereaksi dengan enzim

allianase membentuk allicin.

Sumber mineral utama yang terkandung dalam bawang putih adalah selenium dengan kandungan 70 µg/100g dalam keadaan segar dan juga mengandung mineral-mineral lain seperti kalsium, besi, magnaesium, fosfor, natrium, dan seng (Farrel 1990). Vitamin yang terdapat dalam bawang putih adalah asam askorbat, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantothenat, dan vitamin E. Bawang putih juga mengandung saponin, sterol, flavonoid, dan ferol.

Khasiat Bawang Putih

Zat-zat kimia yang terkandung dalam bawang putih sebagian besar masuk dalam golongan minyak atsiri. Menurut Palungkun dan Budiarti (2001), allicin

adalah salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman penyakit (bersifat antibakteri). Allicin berperan ganda membunuh bakteri, yaitu bakteri gram positif maupun gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat efektivitas bawang putih sebagai bahan antibakteri dan antivirus. Wiryawan et al. (2005) menggunakan metode pembubukan bawang putih dengan dosis 2.5% dalam mengatasi serangan Salmonella typhimurium pada ayam pedaging. Bubuk bawang putih sebanyak 2.5% dalam ransum dapat menurunkan koloni bakteri Salmonella typhimurium. Agustina (2003), penggunaan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 2.5% dapat menanggulangi kecacingan pada ayam petelur. Suharti (2004) melaporkan pemberian serbuk bawang putih 2.5% dalam ransum dapat meningkatkan konversi ransum, meningkatkan persentase karkas, serta menurunkan koloni bakteri Salmonella typhimurium dan dapat meningkatkan kadar ?-globulin tetapi tidak mempengaruhi kadar imunoglobulin darah. Safitri (2004) menggunakan ekstrak air dan ekstrak etanol bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactie, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Pada konsentrasi 20%, ekstrak air bawang putih

memiliki aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicilin 5µg terhadap bakteri

S. agalactie, S. aureus, dan E. coli.

Mineral Zink (Zn)

Zink pertama kali deketahui sebagai mineral mikro esensial sejak tahun 1939, yaitu sebagai unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan normal pada tikus yang diberi ransum defisiensi Zn (Underwood 1981). Menurut Saputra (2007), mineral zink merupakan mineral penting untuk mensintesis asam amino yang mengandung Zn (metionin, sistein, sistin). Anonim (2008c) menambahkan bahwa zink selain terbukti penting untuk daya tahan, zink juga merupakan mineral penting yang ikut membentuk lebih dari 300 enzim dan protein. Zink terlibat dalam pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, dan pembuatan protein.

Konsentrasi Zn di dalam organ tidak konstan, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan jumlah Zn yang dikonsumsi (Georgievskii et al. 1982). Plasma darah merupakan tempat penyimpanan Zn yang cepat dapat dimanfaatkan. Kadar Zn dalam darah utuh antara 1.5 – 3.5 mg.kg-1. Mineral Zn darah pada hewan dewasa terdistribusi dalam eritrosit (75%), serum (22%), dan leukosit (3%) (Church 1979). Zink di dalam tubuh ternak berikatan dengan protein dan jaringan tulang rangka, dan sedikit sekali yang berikatan dengan lemak (Georgievskii et al. 1982).

Zink turut membantu kerja beberapa hormon seperti hormon kesuburan dan hormon yang diproduksi oleh kelenjar di otak. Zink dapat berfungsi sebagai antioksida kuat karena mampu mencegah kerusakan sel dan menstabilkan struktur dinding sel. Zinc information (2008) menyebutkan bahwa zink sangat esensial dalam mengatur sel normal sebagai media fungsi sistem imun tubuh. Zink sangat penting untuk formasi dan aktivitas dari banyak enzim dan sel yang berperan dalam mengatur kesehatan sistem imun.

Underwood (1971) menjelaskan bahwa penyerapan mineral zink oleh ternak dan manusia sangat rendah. Kemampuan hewan untuk menyerap Zn tergantung struktur kimia dan kombinasinya. Zn dalam bentuk oksida (ZnO), karbonat (Zn CO3), dan sulfat (ZnSO4H2O) mempunyai ketersediaan yang sama

rendah, dan tempat utama absorpsi Zn pada monogastrik adalah di dalam usus halus. Absorpsi Zn dipengaruhi oleh jumlah dan imbangan mineral lain, serta kadar dan bentuk Zn dalam ransum.

Sistem imun dalam tubuh dipengaruhi oleh tingkat adanya zink dalam tubuh. Kekurangan zink yang parah melemahkan fungsi imun. Zink diperlukan bagi pengembangan dan pengaktifan T-limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang berfungsi untuk memerangi penyakit. Di saat suplemen zink diberikan pada individu yang memiliki zin k rendah, jumlah sel T-limfosit dalam darah meningkat dan kemampuan sel limfosit untuk memerangi infeksi meningkat. Studi menunjukkan anak-anak yang miskin dan kekurangan nutrisi di India, Afrika, Amerika Selatan dan Asia Tenggara bisa sembuh dengan lebih cepat dari penyakit diare setelah minum suplemen zink. Jumlah zink yang diberikan pada studi tersebut berkisar 4 mg per hari hingga 40 mg per hari dan diberikan dalam bentuk zink yang bervariasi (zinc acetate, zinc gluconate, atau zinc sulfate) (Anonim 2007).

Escherichia coli

Escherichia coli (E. coli) diisolasi pertama kali pada tahun 1885 oleh Buchner dan secara lengkap diuraikan oleh Theobald Escherich pada tahun 1882. Meskipun kebanyakan diantaranya nonpatogen, beberapa diantaranya menyebabkan infeksi ekstra intestinal. E. coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Dalam saluran pencernaan ayam normal terdapat 10- 15% bakteri E. coli patogen dari keseluruhan E. coli. Dalam individu yang sama,

E. coli dalam usus tidak selalu sama dengan yang diisolasi dari jaringan lain (Anonim 2008b).

E. coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang, termasuk ke dalam family Enterobakteria. E. coli disebut juga coliform fecal karena ditemukan di dalam usus hewan dan manusia. E. coli sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz 1989). Kisaran suhu pertumbuhan E. coli

diantara 10oC-40oC sedangkan kisaran pH antara 7.0-7.5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas sehingga inaktif pada suhu pasteurisasi (70oC -80oC).

Bakteri ini berukuran 0.5-1.0 x 1.0-3.0 µm, bersifat motil, hidup secara anaerobic fakultatif , cenderung bersifat patogen.

E. coli yang bersifat anaerobik fakultatif pada saluran pencernaan manusia berperan penting dalam mempertahankan fisiologi usus, tetapi beberapa galur bersifat patogen dan dapat menyebabkan penyakit diare (Levine 1987). Di dalam saluran pencernaan, Soebronto (1985) menjelaskan bahwa E. coli menghasilkan endotoksin yang dapat meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan larutan elektrolit yang berakibat kolapsnya sistem peredaran darah yang diikuti dengan stress dan kematian.

E. coli sering ditemukan pada beberapa infeksi hewan, mikroba ini dapat merupakan agensia primer maupun sekunder pada infeksi. Infeksi E. Coli yang parah menyebabkan bakteriaemia atau septikemia disebabkan oleh E. Coli yang berdaya merusak (Lay dan Hastowo 2000).

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh E. coli. Kolibasilosis dapat terjadi pada semua umur ayam. Pada anak ayam sampai umur 3 minggu, kolibasilosis menyebabkan kematian dengan gejala omphalitis. Pada ayam petelur, kolibasilosis menyebabkan produksi telur turun, puncak produksi telur tidak tercapai, masa produksi telur tertunda dan mudah terinfeksi penyakit lain. Ayam yang pernah terinfeksi E. coli dapat menjadi pembawa (carrier) sehingga penyakit ini mudah kambuh di kemudian hari. Sementara, pada broiler Kolibasilosis menyebabkan kematian yang terjadi selama periode pemeliharaan dan perolehan berat badan saat panen yang rendah (Anonim 2008a).

Bakteri E. coli banyak terdapat di usus bagian belakang dan dikeluarkan dari tubuh dalam jumlah besar bersama dengan feses. Di dalam feses, bakteri ini dapat bertahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan terhadap kondisi asam, kering dan desinfektan. Bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Pada saluran pencernaan biasanya E. coli menyerang usus yang telah mengalami luka karena cacing, jamur atau koksidiosis. Kerusakan dapat dilihat berupa peradangan, penebalan dinding usus, edema dan keluar lendir bercampur darah. Ayam mengalami diare dan menurunnya kondisi tubuh secara cepat (Anonim 2008b).

Antibiotik

Antibiotik adalah komponen kimia yang diproduksi secara biologi oleh tumbuhan atau mikroorganisme, biasanya fungi, yang mempunyai sifat bakteriostatik atau bakteriosidal (Leeson and Summer 2001). Pada umumnya antibiotik digunakan sebagai pengobatan terhadap infeksi bakteri, tetapi penggunaan dalam dosis rendah dapat menimbulkan pengaruh dalam memacu pertumbuhan (growth promotor). Antibiotik yang digunakan dalam dosis rendah untuk pencegahan penyakit seperti salinomisin sodium, yang digunakan dalam pakan unggas untuk mencegah infeksi koksidia. Selain itu antibiotik dosis rendah juga digunakan untuk meningkatkan performa dan kesehatan saluran pencernaan (flavophospolipol), sedangkan antibiotik dengan konsentrasi tinggi digunakan untuk pengobatan penyakit (Border et al. 1999).

Penggunaan antibiotik yang kurang tepat pada manusia dan hewan akan menghantarkan munculnya mikroorganisme resisten, tidak hanya mikroba sebagai target antibiotik, tetapi juga mikroorganisme lain yang memiliki habitat yang sama dengan mikroorganisme target (Suharti 2004). Kadar antibiotik yang dianjurkan USDA untuk ditambahkan dalam pakan ternak sebaiknya kurang dari 200 g per ton pakan.

Colimas

Colimas adalah antibiotik untuk colibacillosis produksi PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta, Indonesia. Colimas merupakan kombinasi dua jenis antibiotik yang senergis dalam membunnuh bakteri E.coli dan bakteri lainnya. Menghambat dua jalur siklus biosintesa bakteri sehingga efek kombinasi menjadi lebih besar. Dapat diberikan pada ayam yang sudah kebal terdadap obat-obat antibiotik dan preparat sulfa laiinya. Dua jenis antibitotik yang sinergis tersebut, yaitu trimethoprim dan sulfadiazine. Trimethoptim bekerja dengan cara menghambat reduksi dihydrofolic acid menjadi tetrahydrofolic acid yang berguna untuk pertumbuhan bakteri. Sulfadiazine menghambat kerja para amino benzoic acid (PABA).

Darah

Darah terdiri atas matriks berupa cairan yang mengikat elemen pembentuknya, yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Jones dan Johansen 1972). Ilmupedia (2008) menjelaskan lebih lanjut, darah terdiri dari dua komponen yaitu 1) korpuskuler yang merupakan unsur padat darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit dan 2) plasma darah yang merupakan cairan darah. Analisis darah dapat menggunakan serum, plasma atau whole blood. Serum merupakan cairan plasma yang tidak mengandung fibrinogen dan faktor-faktor penggumpalan darah, sedangkan plasma mengandung zat antikoagulan (Frandson 1992). Darah memiliki tiga fungsi penting menurut Colville dan Bassert (2002), yaitu : sebagai sistem transportasi, regulasi, dan sistem pertahanan. Darah sebagai sistem transportasi berperan dalam mengangkut oksigen, zat makanan, dan berbagai senyawa esensial yang sangat diperlukan untuk kelangsungan sel dalam tubuh. Darah sebagai sistem regulasi berperan dalam membantu menjaga suhu tubuh (termoregulasi), menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh (homeostasis). Darah sebagai sistem pertahanan berperan dalam fagositosis dan memberikan respon imunitas. Darah memenuhi sekitar 12% dari bobot badan anak ayam yang baru menetas dan sekitar 6-8% pada ayam dewasa (Bell 2002).

Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang tidak mengandung hemoglobin. Leukosit dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit mengandung granula atau butiran di dalam sitoplasma dan memberikan warna dengan pewarnaan biasa seperti pewarnaan Wright. Kelompok granulosit memiliki komponen sel darah putih yang disebut neutrofil, eosinofil, dan basofil. Kelompok agranulosit hanya memperlihatkan sejumlah komponen- konponen sel darah putih (monosit dan limfosit) (Fradson 1992).

Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminir patogen melalui

fagositosis. Fungsi primer sel darah putih adalah melindungi tubuh dari infeksi. Sel ini bekerja sama dengan erat bersama protein respon imun, imunoglobulin, dan komplemen (Mehta dan Hoffbrand 2008). Effendi (2003) menambahkan bahwa leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing.

Leukosit merupakan unit aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan ini sebagian terbentuk di dalam sumsum tulang belakang dan sebagian lagi dalam organ limfoid termasuk kelenjar limfe dan timus. Leukosit yang telah terbentuk akan masuk ke dalam darah. Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang mengalami peradangan (Guyton 1996). Jumlah sel leukosit bergantung dari bibit penyakit/ benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi (Ilmupedia 2008).

Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah merupakan bagian utama dari sel darah. Berbentuk bikonkaf, warna merah disebabkan oleh hemoglobin (Ilmupedia 2008). Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat membawa oksigen (O2) dan

karbondioksida (CO2) (Mehta dan Hoffbrand 2008). Eritrosit unggas berbentuk

oval, berinti dan berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith et al.

2000). Eritrosit berfungsi menyalurkan nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Ganong 1995).

Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi menurut Meyer dan Harvey (2004), antara lain yaitu hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Breazile (1971), masa hidup sel eritrosit pada ayam berkisar antara 35 – 45 hari, setelah itu sel eritrosit dihancurkan dalam sel

Hemoglobin

Hemoglobin adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas empat pigmen porfirin merah (heme) yang merupakan suatu derivat porfirin yang mengandung besi ditambah globin yang merupakan protein globular yang terdiri dari empat asam amino (Frandson 1992). Hemoglobin berperan penting dalam mengangkut oksigen dari paru-paru menuju ke semua jaringan tubuh hewan. Setelah sampai di jaringan oksigen dibebaskan untuk diberikan kepada sel. Karbondioksida yang dihasilkan sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang saat terjadi pernapasan.

Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam tubuh karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul heme (Guyton dan Hall 1997). Hemoglobin mengikat oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2), dengan oksigen menempel pada Fe2+ dalam heme (Jones dan Johansen

1972). Kemampuan hemoglobin mengikat oksigen diukur sebagai kurva disosiasi hemoglobin-O2 (Mehta dan Hoffbrand 2008).

Konsentrasei hemoglobin dipengaruhi oleh umur, kedewasaan, dan jenis kelamin (Jones dan Johansen 1972). Pada berbagai jenis unggas normal, hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel darah merah (Campbell 1995).

Hematokrit

Hematokrit menunjukkan persen volume sel darah merah dalam darah. Keadaan hematokrit sangat dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah. Jumlah sel darah merah yang berkurang akan mempengaruhi persen volume sel darah merah dalam darah. Nilai hematokrit ini berhubungan dengan jumlah sel darah merah, nilai selalu berubah-ubah tergantung kepada faktor nutrisi dan umur. Hematokrit diperoleh dengan menambahkan antikoagulan pada sejumlah darah kemudian mensentrifugasinya dalam sebuah tabung. Sel-sel tersebut adalah sesuatu yang lebih berat dari plasma dan berada di bagian bawah pada tabung selama sentrifugasi. Hasil sentrifugasi dalam satu paket dari sel darah merah di bagian bawah tabung disebut dengan Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit (Cunningham 2000). Perubahan volume sel darah merah dan plasma darah yang

tidak proporsional dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai PCV (Swenson 1984).

Plasma darah

Plasma darah terdiri dari air dan protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen). Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah, dalam serum terdapat antibodi. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen) (Ilmupedia 2008). Plasma darah berguna dalam mengatur tekanan osmotik darah sehingga dengan sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur, misalnya dengan proses ekskresi. Plasma darah juga bertugas membawa sari-sari makanan, sisa metabolisme, hasil eksresi, dan beberapa gas (Crayonpedia 2008).

Protein Plasma

Girindra (1989) menjelaskan protein plasma merupakan bagian utama plasma darah dan terdiri dari campuran yang sangat kompleks, yaitu protein sederhana dan protein konjungasi seperti glikoprotein dan berbagai bentuk lipoprotein. Tipe utama protein yang terdapat dalam plasma adalah fibrinogen, albumin dan globulin. Protein plasma berfungsi menjaga tekanan osmotik, sebagai sumber asam amino jaringan, berperan dalam transportasi lipid, bilirubin, vitamin A, D dan E, hormon tiroksin dan steroid, mineral seperti besi yang terikat pada transferin, kalsium yang diangkut oleh seruloplasmin dan albumin, tembaga dan zink yang diangkut oleh albumin (Murray et al. 2003). Protein plasma juga berperan penting mencegah terjadinya perubahan-perubahan besar dalam pH darah (sistem buffer).

Protein total plasma merupakan hasil penjumlahan albumin dan globulin. Sturkie (1954) mengatakan kadar protein total pada ayam sekitar 4.83 g/dl dengan rasio albumin-globulin sebesar 0.68. Perbandingan yang ideal antara albumin : globulin adalah 2:1. Protein total plasma yang abnormal merupakan gejala dari hipertensi, endokarditis, tuberkulosis, dan gangguan pada gastrointestinal (Prewitt

et al. 2007). Penurunan kadar protein total plasma secara drastis dapat dijumpai

Dokumen terkait