• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Klasifikasi Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis)

Jenis kerang, tiram dan moluska lainnya yang memiliki dua keping cangkang disebut bivalvia dan termasuk ke dalam kelas Pelecypoda. Kaki biasanya berbentuk seperti baji (Yunani: pelekys, kampak; dan podos, kaki), insang tipis berbentuk seperti papan. Sebagian besar anggota dari kelas Pelecypoda hidup di laut, akan tetapi beberapa jenis kerang dijumpai di perairan tawar (Sugiri 1989). Salah satu kerang air tawar yang memiliki ukuran yang cukup besar adalah kijing lokal (Pilsbryconcha exilis). Klasifikasi kijing lokal (Pilsbryconcha exilis) menurut Hickman dan Hickman (1979), diacu dalam Suwignyo et al. (1984) adalah sebagai berikut,

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Pelecypoda Sub kelas : Lamellibranchia Ordo : Schizodonta Famili : Unionidae Genus : Pilsbryoconcha Spesies : Pilsbryoconcha exilis

Gambar 1. Kijing lokal (Pilsbryconcha exilis)

Kijing lokal (Pilsbryconcha exilis) hidup di perairan tawar yaitu kolam, selokan, danau atau di sungai. Hewan ini aktif di malam hari, dan merayap di perairan dangkal, di siang hari membenamkan diri pada bagian yang lebih dalam

(Sugiri 1989). Lingkungan hidup yang cocok adalah dasar perairan berupa lumpur dengan pasir yang membentuk lapisan tanah yang tidak padat (Hickman 1967, diacu dalam Suhardjo et al. 1977). Kijing dapat hidup dengan baik pada suhu air berkisar antara 11-29 ºC dengan derajat keasaman (pH) antara 4,8-9,8 (Willbur dan Yonge 1964, diacu dalam Suhardjo et al. 1977). Bagian anterior berbentuk oval sedangkan bagian posteriornya agak menyempit dan panjang tubuhnya berkisar antara 5-10 cm (Sugiri 1989).

Tubuh kijing terletak di dalam cangkang yang terdiri atas: (1) massa viseral, terletak melekat di bagian dorsal dan terdapat alat tubuh; (2) kaki berotot merupakan bagian anteroventral massa viseral; (3) insang ganda, melekat dan terletak di kanan dan kiri kaki; (4) mantel terdiri atas dua bagian berupa selaput tipis yang melekat pada permukaan dalam cangkang. Bagian posterior memiliki sifon inkuren (ventral) dan ekskuren (dorsal). Otot aduktor anterior dan aduktor posterior yang berfungsi untuk menutup cangkang terletak pada bagian dorsal. Otot retraktor terletak di dekat masing-masing otot aduktor yang berfungsi untuk menarik kaki ke dalam. Otot protraktor anterior yang berfungsi membantu menjulurkan kaki terletak di sebelah medial otot aduktor anterior (Sugiri 1989).

2.2. Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis)

Cangkang kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) terdiri atas dua bagian, yang sama besar dan terletak di sebelah lateral. Cangkang menyatu di bagian dorsal akibat adanya ligamen sendi yang terdapat diantara dua cangkang tersebut. Cangkang bagian dorsal memiliki gigi sendi yang bekerja sebagai sendi dan umbo, yaitu bagian yang menonjol dan merupakan bagian yang tertua. Umbo memiliki garis-garis konsentris yang merupakan garis pertumbuhan (Sugiri 1989). Garis pertumbuhan adalah garis yang menggambarkan jarak dari fase titik terjadinya pertumbuhan yang baik dengan fase tidak terdapatnya pertumbuhan pada cangkang (Hegner 1956, diacu dalam Suhardjo et al. 1977). Garis tersebut terbentuk karena pengaruh perubahan lingkungan seperti turunnya permukaan air, terjadinya arus dan lain-lain (Pennak 1953, diacu dalam Suhardjo et al. 1977).

Cangkang kijing terdiri atas tiga lapisan yaitu (a) periostrakum, lapisan terluar yang tipis yang terdiri dari zat tanduk, berfungsi melindungi lapisan di bawahnya dari pelarutan oleh asam karbonat dalam air; (b) lapisan prismatik terdiri atas

kristal kalsium karbonat; dan (c) lapisan mutiara, berupa lapis-lapis kalsium karbonat yang bersifat mengkilat. Kedua lapis pertama dibentuk oleh tepi mantel sedangkan lapisan mutiara dibentuk oleh seluruh permukaan mutiara (Sugiri 1989). Warna cangkang pada umumnya kehijau-hijauan atau

kecoklat-coklatan dengan bercak-bercak putih (Suhardjo et al. 1977).

Kijing dapat menghasilkan mutiara dan proses pembentukan mutiara terjadi apabila ada benda asing yang masuk ke dalam lapisan mantel, sebagai kegiatan penolakan dan untuk melindungi dirinya. Benda asing tesebut akan dibungkus dalam suatu kantong yang terbentuk karena proses pertumbuhan ephithelium mantel yang secara terus-menerus melapisi benda asing tesebut, sehingga terbentuklah mutiara (Buchsbaum 1938, diacu dalam Suwignyo et al. 1984).

Cangkang kijing tersusun atas kalsium karbonat. Putra (2008) menyebutkan bahwa sebagian besar struktur cangkang bivalvia tersusun atas kalsium karbonat dan sebagian kecil terdiri dari fosfat. Karnkowska (2004) menunjukkan bahwa kandungan kalsium yang terdapat pada cangkang bivalvia sebesar 37 %. Cangkang moluska (bivalvia) juga mengandung magnesium, stronsium dan mangan (Gregoire 1972). Kandungan kalsium pada cangkang bivalvia lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tepung tulang ikan.

2.3. Kalsium

Kalsium merupakan unsur kelima dan kation terbanyak di dalam tubuh manusia. Tubuh orang dewasa memiliki kalsium sebanyak 1,0-1,4 kg atau sekitar 2 % dari berat badan. Kalsium terkonsentrasi sebagian besar dalam tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Winarno 1992). Tulang merupakan jaringan fisiologis utama bagi pengadaan kalsium untuk kontrol homeostatik yang berfungsi sebagai komponen struktur atau penunjang tubuh. Perbandingan antara kalsium dan fosfor di dalam tulang hampir selalu tetap yaitu 2:1 (Nasoetion et al. 1994).

2.3.1. Sumber – sumber kalsium

Susu dan hasil olahannya serta sayur-sayuran merupakan sumber kalsium. Sayuran yang berdaun hijau, biji kacang, kedelai dan siput laut adalah sumber kalsium yang sangat baik. Buah jeruk dan kebanyakan kacang-kacangan mengandung mineral yang cukup tinggi. Jika dimakan dalam jumlah banyak, padi-padian, akar-akaran dan umbi-umbian meskipun merupakan sumber kalsium

yang kecil tetapi dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan (Nasoetion et al. 1994). Bahan pangan yang banyak mengandung kalsium adalah

susu, keju, serealia, kacang-kacangan, kelapa, sayuran berdaun hijau, rumput laut

dan ikan (terutama ikan kecil yang dimakan bersama tulangnya) (Muchtadi et al. 1993).

2.3.2. Kegunaan kalsium dalam tubuh

Kalsium memiliki peranan membantu membentuk tulang dan gigi serta mengukur proses biologis dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan dengan kalsium radioaktif menunjukkan bahwa tulang secara terus-menerus dibentuk dan dirombak secara simultan. Kalsium tulang orang dewasa diserap sekitar 20 % dan diganti lagi setiap tahun (Winarno 1992). Matrik tulang tersusun oleh kalsium, mempunyai susunan yang unik untuk kalsifikasi normal. Kalsifikasi adalah proses pembentukan tulang dari kumpulan sel yang saling berhubungan. Tulang juga banyak mengandung kalsium fosfat yang tidak berbentuk (amorf). Zat ini lebih banyak pada usia muda sedangkan pada usia lanjut diganti oleh kristal-kristal apatit (Nasoetion et al. 1994). Kalsium memegang peranan penting di dalam tubuh yaitu sebagai komponen utama pembentuk tulang dan gigi, memelihara

ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan darah serta membantu regulasi aktivitas otot-otot kerangka, jantung dan jaringan-jaringan lain (Muchtadi et al. 1993). 2.3.3. Kebutuhan kalsium

Keperluan kalsium dalam tubuh biasanya dihitung dengan keseimbangan kalsium, kira-kira sama dengan yang digunakan untuk menghitung keseimbangan nitrogen (Winarno 1992). Bayi berusia 0-6 bulan memerlukan sekitar 200 mg kalsium sedangkan bayi berusia 7-11 bulan memerlukan asupan kalsium 280-300 mg sehari. Balita hingga anak-anak membutuhkan asupan kalsium rata-rata sekitar 500-750 mg per hari. Masa remaja merupakan masa terjadinya puncak penumpukan kalsium untuk pembentukan tulang sehingga rata-rata asupan kalsium untuk usia remaja yaitu 1000 mg/hari. Usia dewasa memerlukan asupan kalsium rata-rata 800 mg/hari sedangkan kelompok usia 50 tahun memerlukan asupan kalsium rata-rata 1000 mg/hari karena mulai terjadi pengeroposan tulang dan penyerapan mulai menurun (Soekarti dan Kartono 2004).

2.3.4. Penyerapan kalsium

Penyerapan kalsium berkaitan dengan kebutuhan tubuh dan adanya fosfor, vitamin D, laktosa, asam hidroklorat dalam getah pencerna perut dan vitamin C serta asam amino dalam usus kecil (Nasoetion et al. 1994). Penyerapan kalsium terjadi pada bagian atas usus kecil tepat setelah lambung. karena garam kalsium lebih larut dalam asam (Winarno 1992).

Kalsium diserap usus melalui pengangkutan aktif, artinya pengangkutan tersebut terjadi dengan cara melewati suatu perbedaan konsentrasi. Energi vitamin D dibutuhkan untuk pengangkutan aktif kalsium dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kalsium. Penyerapan paling aktif terjadi pada saat kebutuhan kalsium meningkat, misalnya pada periode pertumbuhan, kehamilan dan laktasi (Nasoetion et al. 1994). Penyerapan kalsium sangat bervariasi tergantung umur dan kondisi badan. Penyerapan kalsium yang dicerna pada masa kanak-kanak berkisar antara 50-70 %, sedangkan pada masa dewasa hanya sekitar 10-40 % (Winarno 1992).

Penyerapan kalsium dihambat oleh adanya zat organik, seperti asam oksalat (pada bayam) dan asam fitat (pada gandum), yang dapat bergabung dengan kalsium dan membentuk garam yang tidak larut (Winarno 1992). Sebagian besar

kalsium (70-90 %) yang dibuang tubuh dikeluarkan bersama tinja pada organ tubuh ginjal (Nasoetion et al. 1994).

2.3.5. Dampak kekurangan dan kelebihan kalsium

Kadar kalsium yang tinggi dalam serum dan urin akan menyebabkan keadaan hiperparatiroid (pembesaran kelenjar paratiroid), hiperkalsiuria (banyaknya kalsium yang terkandung dalam urin) dan pembentukan batu ginjal (Nasoetion et al. 1994). Kekurangan kalsium dapat terjadi apabila konsumsi kalsium rendah sehingga mengakibatkan osteomalasia, sedangkan apabila

keseimbangan kalsium negatif dapat mengakibatkan osteoporosis (Winarno 1992).

Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan rakhitis, merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya gangguan kalsifikasi pada tulang dan dipengaruhi oleh jumlah kapur dalam makanan (Nasoetion et al. 1994). Apabila kadar kalsium dalam darah menurun, maka keseimbangan diperoleh dengan mengambil cadangan dari tulang-tulang dan gigi. Keadaan ini menyebabkan keropos tulang (osteoporosis) dan gigi geligi tanggal (Nasoetion et al. 1994).

2.4. Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium. Jumlah fosfor rata-rata dalam tubuh pria dewasa 700 gram. Fosfor terkandung di dalam kerangka tulang sekitar 95 % sebagai mineral tulang, kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Fosfor terdapat di dalam jaringan keras (80 %) dan jaringan lunak (20 %). Kadar fosfor dalam plasma berkisar 3,5 mg/100 ml plasma dan apabila butir darah merah termasuk maka total fosfor dalam darah antara 30-40 mg/100 ml darah (Nasoetion et al. 1994).

Fosfat memiliki peranan sebagai unsur pokok dari asam nukleat dan membran sel, sebagai faktor yang esensial pada seluruh reaksi pembentukan di dalam sel serta sebagai komponen berbentuk kristal dari tulang rangka. Fosfor kurang mendapat perhatian sebagai komponen gizi meskipun memiliki beberapa peranan, hal ini disebabkan karena fosfor banyak terdapat dalam berbagai jenis makanan. Bahan makanan yang berasal dari sel tumbuhan maupun hewan mengandung fosfat karena fosfat merupakan komponen yang penting bagi kehidupan (Harrison 1988).

2.4.1. Sumber-sumber fosfor

Fosfor terdapat di dalam bahan pangan dengan kadar protein tinggi seperti daging, unggas, ikan, telur, air susu hewan dan hasil olahannya. Biji-bijian terutama bagian lembaganya dan biji-bijian yang utuh (pecah kulit) juga banyak mengandung fosfor (Nasoetion et al. 1994). Bahan pangan yang kaya akan kalsium juga kaya akan fosfor. Fosfor pada bahan pangan terdapat dalam berbagai bahan organik dan anorganik. Enzim dalam saluran pencernaan membebaskan fosfor yang anorganik dari ikatannya dengan bahan organik (Winarno 1992). 2.4.2. Kegunaan fosfor dalam tubuh

Fosfor merupakan bagian senyawa energi tinggi ATP yang diperlukan dalam memasok energi untuk kegiatan seluler. Fosfor diperlukan pada proses oksidasi karbohidrat dalam pembentukan ATP karena fosforilasi merupakan langkah yang harus dilalui dalam metabolisme monosakarida (Nasoetion et al. 1994). Fosfor memiliki peranan yang mirip dengan kalsium yaitu untuk pembentukan tulang dan gigi serta penyimpanan dan pengeluaran energi (Winarno 1992).

Fosfor sebagai fosfat memainkan peranan dalam struktur dan fungsi semua sel tubuh. Fosfor dapat ditemukan di dalam setiap sel, tetapi sebagian besar (kira-kira 80 % dari total) bergabung dengan kalsium dalam tulang dan gigi. Fosfor berperan dalam kontraksi otot, syaraf dan metabolisme otak (Nasoetion et al. 1994). 2.4.3. Kebutuhan fosfor

Bayi berusia 0-6 bulan memperoleh asupan fosfor dari ASI sekitar 100 mg/hari, sedangkan bayi berusia 7-11 bulan memerlukan asupan fosfor rata-rata 225 mg/hari. Balita memerlukan fosfor sebanyak 400 mg/hari dan remaja memerlukan fosfor sebanyak 1100 mg/hari. Dewasa hingga kelompok usia diatas 50 tahun memerlukan asupan fosfor rata-rata sebanyak 600 mg/hari (Soekarti dan Kartono 2004).

2.4.4. Dampak kekurangan dan kelebihan fosfor

Kekurangan fosfor dapat mengkibatkan penyakit renal rickets (rakhitis ginjal) yang ditandai dengan rendahnya fosfor, dan hiperfosfortaria atau peningkatan kehilangan fosfor dalam urin serta penurunan absorbsi kalsium dan fosfor dalam usus. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan transpor fosfor di dalam usus halus dan tubulus ginjal (Nasoetion et al. 1994). Metabolisme abnormal kalsium dan

fosfat menyebabkan rakhitis pada anak dan osteomalasia pada orang dewasa (Nasoetion et al. 1994).

2.5. Magnesium

Magnesium merupakan kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Sebanyak 60 % dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26 % di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh (Almatsier 2006).

2.5.1. Sumber-sumber magnesium

Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, susu dan coklat (Almatsier 2006). Sebagian besar serealia seperti gandum dan gandum hitam juga merupakan sumber magnesium. Kandungan magnesium pada gandum lebih rendah dibandingkan kandungan magnesium pada gandum hitam (McDowell 1992).

2.5.2. Kegunaan magnesium dalam tubuh

Magnesium berfungsi sebagai aktivator enzim peptidase dan enzim lain yang memecah gugus, meningkatkan tekanan osmotik serta membantu mengurangi getaran otot (Budiyanto 2002). Magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah di dalam cairan sel ekstraselular. Magnesium memiliki peranan yang berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot sedangkan magnesium mengendorkan otot, kalsium mendorong penggumpalan darah sedangkan magnesium mencegahnya (Almatsier 2006). 2.5.3. Kebutuhan magnesium

Bayi berusia 0-6 bulan memperoleh asupan magnesium dari ASI sebanyak 25 mg/hari sedangkan balita membutuhkan asupan magnesium rata-rata 60-80 mg/hari. Remaja memerlukan asupan magnesium rata-rata 180-230 mg/hari dan usia dewasa membutuhkan asupan magnesium rata-rata sebesar 240-270 mg/hari (Soekarti dan Kartono 2004).

2.5.4. Dampak kekurangan dan kelebihan magnesium

Kekurangan magnesium berat menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan dalam pertumbuhan, mudah tersinggung, gugup, kejang/tetanus, gangguan sistem saraf pusat, halusinasi, koma dan gagal jantung. Kelebihan magnesium terjadi

pada penyakit gagal ginjal (Almatsier 2006). Kekurangan magnesium dapat mempengaruhi fungsi jantung melalui perubahan konsentrasi kalium, natrium dan kalsium di dalam cairan ekstraselular dan intraselular (McDowell 1992).

2.6. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

Atomic Absorption Spectroscopy atau spektroskopi serapan atom merupakan suatu metode yang digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid (Chasteen 2007). Analisis unsur dengan panjang gelombang pada daerah sinar tampak seperti Ca, K, Na, Mg, P dan sebagainya dapat dilakukan dengan cara spektroskopi serapan atom dan spektroskopi emisi nyala. Spektroskopi serapan atom mengukur radiasi yang diserap oleh atom-atom yang tidaak tereksitasi sedangkan pada spektroskopi emisi nyala yang diukur adalah radiasi yang dipancarkan dengan panjang gelombang tertentu oleh atom-atom yang tereksitasi (Nur 1989).

Prinsip pemeriksaan spektrofotometer serapan atom yaitu molekul sampel diubah menjadi atom-atom bebas dengan bantuan nyala atau flame. Atom-atom akan mengabsorbsi cahaya yang sesuai dengan panjang gelombang dari atom tersebut dan intensitas cahaya yang diserap sebanding dengan panjang gelombang dari atom tersebut serta intensitas cahaya yang diserap sebanding dengan banyaknya cahaya (Susanto 2008).

Teknik spektroskopi serapan atom merupakan teknik yang paling spesifik karena garis spektrum serapan atom sangat sempit dan energi transisi elektron sangat unik untuk setiap unsur (Nur 1989). Waktu pengujian dengan instrumen SSA lebih cepat dibandingkan dengan metode pengujian gravimetri dan titrimetri, karena preparasi sampel lebih cepat, yakni disediakan dalam larutan kemudian dimasukkan untuk dibakar (Susanto 2008).

Dokumen terkait