• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dimaksud sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian dan teori yang berhubungan dengan “Pembelajaran Seni Lukis Kaligrafi dengan Menggunakan Bahan Kertas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Pinrang”.

Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran penelitian secara teoritis, dan pada bagian ini akan diuraikan landasan teoretis yang dapat menjadi kerangka acuan dalam melakukan penilitian. Landasan yang dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Proses, Kemampuan dan Hasil Pembelajaran

(W.J.S.Poerwadarminta, 1984:769) Proses adalah suatu tuntutan perubahan peristiwa dalam pengembangan sesuatu, yang maksudnya adalah rangkaian kegiatan di dalam mengembangkan sesuatu. Selanjutnya dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa proses adalah rangkaian tindakan perbuatan, atau pengolahan produk. Jadi kesimpulannya proses dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu kegiatan sehingga tercapai tujuan dari kegiatan tersebut.

a. Belajar

Slameto( dalam Asep jihat dan Abdul Haris, 2013: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih jauh Slameto memberikan cirri-cirri tentang perubahan tingkah laku yang teradi dalam belajar sebagai berikut:

1) Terjadi secara sadar

2) Besifat kontinu dan fungsional 3) Bersifat positif dan aktif

4) Bukan bersifat sementara 5) Bertujuan dan terarah, dan

6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku

Menurut Ismiyanto (2009: 1) belajar adalah mengalami, artinya dalam belajar murid menggunakan atau mengubah lingkungan tertentu dan anak belajar mengenai lingkungan tersebut melalui akibat tindakannya; tidak hanya sekadar berhubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dapat ditegaskan lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar murid, selain belajar dari akibat tindakannya murid juga belajar dari berbagai hal di dalam lingkungan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam mencacapai tujuan pembelajaran

b. Mengajar

Menurut Slameto (dalam Asep jihat dan Abdul Haris, 2013: 8) mengungkapkan bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan kepada anak

didik yang berupa pengalaman dan kecakapan atau usaha untuk mewariskan kebudayaan masyarakat kepada penerusnya.

Mengajar atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengepresikan dirinya, cara-cara belajar bagaimana belajar. Joyce dan Well (dalam Asep jihat dan Abdul Haris, 2013: 9)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran.

c. Pembelajaran

Menurut Usman(dalam Asep jihat dan Abdul Haris, 2013: 12) Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu

Rencana pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini di perlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatannyata) secara maksimal

2) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan

3) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara kongkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang professional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya

4) Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long continuing education).

Mulyasa (dalam Rohmadi, 2009: 65) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi ini terjadi terutama antara siswa dan guru. Pada proses pembelajaran terjadi hubungan yang bersifat dwiarah antara guru dan siswa. Pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan.

Konsep tentang pembelajaran diutarakan oleh banyak ahli, dari Wikipedia (www.wikipedia.com) konsep pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Gulo (2004: 8) menyebutkan ada tujuh komponen pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yaitu; (1) tujuan pengajaran, (2) Guru, (3) peserta didik, (4) materi pelajaran, (5) metode pengajaran, (6) media pengajaran, (7) faktor administratif dan finansial.

Sementara itu disebutkan dalam Ismiyanto (2009: 19) komponen pembelajaran meliputi beberapa unsur sebagai berikut :

1) Tujuan Pembelajaran disebut sasaran belajar. Merupakan komponen utama dan paling awal harus dirumuskan oleh guru dalam merancang pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang harus ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan.

2) Guru adalah orang profesional yang melakukan penyelanggaraan mengajar dalam suatu pembelajaran di sekolah, guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal.

3) Siswa adalah semua individu yang menjadi peserta dalam suatu lingkup pembelajaran.

4) Bahan ajar adalah sesuatu yang harus diolah dan disajikan oleh guru yang selanjutnya dipahami oleh murid dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.

5) Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran adalah rencana dan cara yang dilakukan oleh guru untuk membantu mewujudkan interaksi komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran akan dapat membantunya menetapkan pilihan strategi pembelajaran, selanjutnya strategi pembelajaran akan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana bentuk interaksi belajar mengajar yang diharapkan oleh guru dan dapat digunakan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran atau merancang kegiatan belajar mengajar.

6) Sumber dan media pembelajaran adalah pendukung kegiatan belajar mengajar, sumber belajar dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengembangkan bahan ajar dan bagi murid sebagai media belajar serta pengayaan hasil belajar. Media belajar kedudukannya sebagai media belajar yang diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar murid kearah yang lebih konkret dan bermakna bagi murid.

7) Evaluasi Hasil Pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan sebelum atau setelah berlangsungnya suatu kegiatan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan kegiatan tersebut. Evaluasi sebaiknya dilakukan dua kali, yang pertama pretest (sebelum pelaksanaan pembelajaran) dengan tujuan mengetahui kemampuan awal murid

berkenaan dengan pembelajaran, dan yang kedua dilakukan post test (sesudah pelaksanaan pembelajaran) dengan tujuan mengetahui gambaran kemampuan murid setelah mengikuti pembelajaran. Dengan cara membandingkan hasil tes awal dengan akhir, maka guru akan mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan perlu diadakan remidial (perbaikan) bagi para murid atau program pembelajaran.

d. Model Pembelajaran

Asep jihad dan Abdul Haris (2008: 31) Pembelajaran dengan model kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun proses atau langkah-langkah model pembelajaran kooferatif Fase

ke -

Indikator Aktifitas/Kegiatan Guru

1 Menyiapkan rencana

pelaksanaan

pembelaara(RPP), tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tuuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonsrtrasi atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasi siswa ke

dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelmpok belajar dan membantu setiap kelmpok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Table 1. Langkah-langkah model pembelajaran e. Kemampuan dan Hasil Belajar

Slameto (2010: 56) mengemukakan bahwa “ Kemampuan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Dari pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Setiap individu memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dapat diartikan bahwa siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Abdurrahman (dalam Asep jihad dan Abdul Haris, 2008: 14) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Selanjutnya Benjamin S. Bloon (dalam Asep jihad dan Abdul Haris, 2008: 14) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan

Pengtahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: pengetahuan tentang fakta, procedural, konsep, dan prinsip. Sedang keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu: keterampilan untuk berfikir(kognitif), keterampilan untuk bertindak(motorik), keterampilan bereaksi atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan murid dan lingkunganya yang dilakukan secara terprogram. Pembelajaran mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan, yakni mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu adanya perubahan tingkah laku. Komponen utama dalam pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, bahan ajar atau materi, pendekatan, strategi dan metode, sumber dan media pembelajaran, serta evaluasi hasil pembelajaran yang masing-masing komponen saling mempengaruhi satu sama lain dalam terciptanya tujuan pembelajaran di sekolah.

2. Pembelajaran Seni Rupa

Pembelajaran seni rupa merupakan sub mata pelajaran bidang Seni Budaya di samping seni musik, seni tari, dan seni teater. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru seni rupa dituntut untuk mengembangkan pembelajaran secara lebih profesional, yang secara umum

mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pendidikan seni rupa, di dalamnya memuat Standar Kompetensi (SK) ekspresi dan apresiasi(Syafi’i, 2006: 5).

Paham yang menyiasati dunia pendidikan seni rupa, yakni “pendidikan dalam seni” dan “pendidikan melalui seni”. Pendidikan dalam seni merupakan upaya pendidik dan juga institusi pendidikan dalam rangka mewariskan, mengembangkan, dan melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada kepada anak sebagai peserta didik. Pendidikan dalam seni merupakan program yang mengarahkan anak atau siswa trampil dalam bidang seni. Kemudian pendekatan pendidikan melalui seni yang dikemukakan oleh J.Dewey (dalam Syafi’i, 2006: 8) bahwa seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bukan untuk kepentingan seni itu sendiri. Dengan pendekatan ini seni berkewajiban membantu ketercapaian tujuan pendidikan secara umum. Pendekatan pendidikan melalui seni dalam implementasi pembelajarannya merangsang keingintahuan dan sekaligus menyenangkan bagi siswa (Syafi’i, 2006: 8-9).

Fungsi pembelajaran seni rupa salah satunya adalah untuk menanamkan nilai estetis yang terwujud dalam program pembelajaran melalui pengalaman kreatif dan apresiatif. Menurut Lindermen dan Linderman (dalam Syafi’i, 2006: 13) bahwa pendidikan seni rupa sebagai pendidikan estetis dapat dilakukan dengan jalan memberikan pengalaman perseptual, kultural, dan artistik. Pengalaman perseptual diberikan melalui proses penggunaan indra mata dan juga indra lainya, ketika siswa melakukan pengamatan dan proses

berkarya. Pengalaman kultural dapat diperoleh siswa melalui kegiatan mempelajari dan memahami bentuk-bentuk peninggalan seni rupa masa lampau maupun saat ini. sementara pengalaman artistik dikembangkan melalui pengamatan, penghayatan dan penghargaan siswa dalam kegiatan apresiasi dan kemampuan memanfaatkan berbagai media seni dalam kegiatan kreatif.

Menurut Syafi’i (2006: 29), pendidikan seni pada dasarnya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan berekspresi, berapresiasi, berkreasi, dan berekreasi anak. Berekspresi merupakan kebutuhan bagi setiap orang, termasuk juga anak-anak. Ekspresi adalah ungkapan yang dikaitkan dengan aspek psikologis seseorang, perasaan, perhatian, persepsi, fantasi atau imajinasi, dan sebagainya. Aspek-aspek ini dapat dituangkan ke dalam proses berkarya seni. Bagi orang dewasa tercurahkannya aspek psikologis ini dapat memuaskan dan melepaskan ketegangan yang dihadapi, demikian juga bagi anak-anak. Anak-anak, dalam hal ini siswa jika diberi ruang untuk berekspresi dalam berkarya seni rupa akan merasa senang dan gembira oleh karena terpuaskan, dan akhirnya melepaskan persoalan psikologis yang dihadapi.

Selain sebagai media pemenuhan kebutuhan anak, pada hakikatnya pendidikan, termasuk pendidikan seni juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian sistem nilai oleh masyarakat pendukungnya. Pendidikan seni berupaya untuk mempertahankan, melestarikan, mengembangkan dan berfungsi sebagai pelestarian dan pendukung kususnya hal-hal yang berkaitan dengan fenomena budaya visual yang estetik (Syafi’i, 2006: 11).

Dalam konteks pembelajaran seni rupa, secara ideal harus benar-benar diperhatikan perbedaan setiap individu, karena setiap individu berbeda-beda dalam mengekspresikan „feelings‟ (perasaan) dan „emotions‟ (ungkapan dari perasaan). Menurut Lowenfeld dan Brittain (dalam Ismiyanto, 2009: 21) pembelajaran kelas seni rupa difokuskan pada hal-hal yang memungkinkan siswa terdorong dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran seni rupa harus diperhatikan tahap perkembangan anak, yang terpenting bukan hasil karya tetapi bagaimana proses anak dalam menghasilkan karya. Dalam proses pembelajaran seni rupa adalah mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar anak didik dan menciptakan lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak untuk “menemukan” sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimen dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran seni penting untuk mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar menyangkut ekspresi artistik dan menciptakan lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak untuk menemukan sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimentasi dalam belajar. Oleh karena itu ditegaskan bahwa situasi dan kondisi serta suasana lingkungan menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pembelajaran seni (Ismiyanto, 2009: 22).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni rupa adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram untuk mengapresiasi dan berkreasi dengan kreatif menciptakan serta dapat mengasah kemampuan siswa.

3. Kriteria Karya Seni Rupa yang Baik

(Kusnadi, Sukimin A.W., Edy Sutandur, Malatu B.C., Rima Y., dan Lestari Asih, 2012: 7-8) Beberapa aspek yang dinilai dalam apresiasi seni rupa adalah sebagai berikut:

a. Gagasan (ide)

Gagasan (ide) yaitu pikiran yang mendasari seseorang untuk menciptakan suatu karya seni

b. Kreativitas

Kreativitas adalah upaya mewujutkan karya seni dalam bentuk dan nilai yang baru (bersifat inovatif)

c. Komposisi

Komposisi merupakan penataan unsure-unsur seni rupa dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu menjadi suatu pola yang matang (Desain) sehingga memperoleh suatu bentuk yang bermakna

d. Tehnik dan wujud

Tehnik merupakan cara seseorang mewujudkan Gagasan (ide) menjadi suatu yang menarik sehingga mempunyai nilai dengan menggunakan media seni rupa yang berupa alat dan bahan. Tehnik yang digunakan akan memberi bentuk dan wujud yang berbeda.

4. Seni Lukis Kaligrafi

a. Seni Lukis

Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang berdimensi dua. Melukis adalah kegiatan membubuhkan cat (kental maupun cair) di atas bidang yang datar. Pembubuhan cat tersebut diharapkan dapat mengepresikan berbagai makna atau nilai subjektif. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek sesuai keinginan pelukisnya (Tim Abadi Guru, 2007: 8).

b. Lukisan Kaligrafi

(Eko Sujatmiko, 2014: 130) Pengertian kaligrafi adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Meskipun kaligrafi dalam tulisan arab lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin. Sedangkan yang dimaksud dengan lukisan kaligrafi adalah model kaligrafi yang digoreskan pada hasil karya lukis, atau coretan kaligrafi yang di lukis sedemikian rupa dengan menggunakan warna-warna yang beragam, bebas dan tidak terikat oleh rumus-rumus baku yang ditentukan.

Lukisan kaligraifi merupakan seni lukis yang menampilkan aksara Arab sebagai subject-matter (sasaran) utuh atau sebagian, atau mengambil beberapa huru saja. secara prinsip kaligrafi lukis (lukisan kaligrafi) berbeda dengan kaligrafi tulis (kaligrafi murni). Pada lukisan kaligrafi terdapat sejumlah kebebasan dalam berekspresi. Sedangkan dalam kaligrafi tulis, dikenal beberapa macam ketentuan pokok dan rumus-rumus baku. Lukisan kaligrafi secara mendasar berbeda dengan lukisan biasa. Di samping si pelukis harus

memiliki niat suci dan hati bersih, pemilihan medianya pun harus benar dan tepat.(Amri Yahya,1992: 10-13).

Dari beberapa penjelasan di atas lukisan kaligrafi adalah karya cipta manusia sebagai hasil pengolahan ungkapan batinnya melalui susunan unsure-unsur tulisan dan unsure-unsur-unsure-unsur dwi marta yang lain, yang memiliki sifat-sifat simbolik, religious, dan estetik. Membawa pesan kebaikan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam. Jadi, setiap lukisan kaligrafi memiliki kebebasan dalam gaya atau corak tulisan sehingga tercipta suatu kesatuan bentuk lukisan yang sesuai dengan keinginan penciptanya.

c. Bahan dan Alat Melukis

(Tim Abadi Guru, 2007: 8) Bahan melikis adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk kegiatan melukis. Bahan untuk melukis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cat atau tinta (cat air, cat minyak, cat akrilik, tinta cina, dan pewarna lainnya) dan bidang lukis (kertas, kanvas, tripleks, kaca, keramik atau gerabah, tembok, dan lainnya). (Tim Abadi Guru, 2007: 8).

Alat melukis adalah segala perkakas yang dapat digunakan dalam kegiatan melukis. Untuk melukis kita dapat menggunakan kuas cat air, kuas cat minyak, pisau palet, palet, sprayer, dan esel.

d. Teknik Melukis

(Tim Abadi Guru, 2007: 8) Teknik adalah cara-cara yang lazim diperlukan untuk menlukis. Setiap teknik memiliki karakter dan gaya khas masing-masing. Adapun teknik dalam melukis adalah sebagai berikut:

1) Aquarel atau transparan adalah cara melukis dengan menggunakan bahan cat air dengan sapuan warna yang tipis sehingga hasilnya tembus pandang.

2) Plakat merupakan cara melukis dengan bahan cat akrilik, atau cat minyak dengan sapuan warna yang tebal atau kental sehingga hasilnya tampak pekat atau menutup.

3) Spray atau semprot adalah cara melukis dengan bahan cat yang cair yang di semprotkan dengan sprayer. Tehnik ini sering digunakan untuk membuat reklame visual.

4) Pointilis atau titik-titik merupakan cara melukis yang dalam membuat gelap terangnya warna atau pencampuran warna dengan membuat titik-titik.

5) Tempra merupakan cara melukis pada tembok dengan sedemikian rupa sehingga hasilnya menyatu dengan arsitektur.

Dari beberapa tehnik melukis di atas, maka teknik yang digunakan Dalam penelitian ini adalah teknik plakat yaitu degan bahan cat minyak, dengan sapuan warna yang tebal dengan bidang lukis kanvas .

e. Langkah-langkah Melukis 1) Menyiapkan bahan dan alat 2) Menemukan gagasan 3) Membuat sketsa 4) Mewarnai

5) Sentuhan akhir atau Finishing

5. Mix Media Bahan Kertas

a. Mix Media

Mixed media atau yang biasa dikenal Media campuran, seni visual, mengacu pada karya seni dalam pembuatan yang lebih dari satu media telah digunakan .Ada perbedaan penting antara " mixed - media" karya seni dan "seni multimedia " . Campuran media cenderung merujuk pada sebuah karya seni visual yang menggabungkan berbagai media seni rupa tradisional yang berbeda . Sebagai contoh , sebuah karya di atas kanvas yang menggabungkan cat , tinta , dan kolase bisa benar disebut " campuran media" pekerjaan , tetapi tidak sebuah karya "seni multimedia . " Seni multimedia Istilah menyiratkan lingkup yang lebih luas daripada media campuran , menggabungkan seni visual dengan unsur-unsur non -visual (seperti rekaman suara , misalnya) atau dengan unsur-unsur seni lainnya ( seperti sastra , drama, tari , grafis gerak , musik, atau interaktivitas).(http://wiwipramita.blogspot.co.id/2013/10/materi-mixed-media-dalam-seni-lukis.html).

Lukisan mix media sebenarnya tidak jauh beda dengan melukis pada umumnya. Hanya saja tehnik ini menambahkan element atau media lain, bisa berupa 2

dimensi dan 3 dimensi di luar cat dan kanvas. Perlu di ingat aplikasi mix media ini memerlukan bahan tambahan seperti lem untuk merekatkan media tambahan diatas kanvas. (http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11/lukisan-mix-media.html)

Di bawah ini contoh lukisan mix media :

Lukisan mix media; acrylic, manik-manik, kanvas

(http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11 /lukisan-mix-media.html)

Lukisan mix media; acrylic, batu coral, kanvas (http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11

/lukisan-mix-media.html)

Lukisan mix media; acrylic, ranting+bunga kering, kanvas

(http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11 /lukisan-mix-media.html)

Lukisan mix media; acrylic, koran, kanvas (http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11

Lukisan mix media; serbuk gergaji, batu dan daun

(http://seputarduniaseni.blogspot.co.id/2012/11/lukisan-mix-media.html)

Gambar 1. Contoh lukisan mix media

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Mixed Media adalah karya lukis yang menggunakan media Campuran. Menggunakan kanvas, kertas, kain dan berbagai jenis media. Kemudian sebagai media pewarnaannya menggunakan cat minyak, cat air, krayon dan lain sebagainya.

b. Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari bahan pulp . Serat yang digunakan biasanya

Dokumen terkait