• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat berkemampuan lemah yang dilakukan secara sengaja dan terukur.Upaya yang dilakuakan secara sengaja dan terukur artinya terdapat strategi, meganisme, dan tahapan yang disusun secara sitimatis untuk memperdayakan kelompok masyarakat berkemampuan lemah dalam jangka waktu tertentu (World Bank, 2000.Upaya ini harus disediakan dan dipersiapkan secara terencana oleh para pengambil keputusan baik di kalangan pemerintah maupun di kelompok swadaya masyarakat (Sumodiningrat, 1999).

Menurut Kartasasmita (1997) ada tiga hal dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :

1. Upaya pemberdayaan harus terarah ( targeted ), ini yang secara populer disebut pemihakan. pemberdayaan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

2. Program pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.

3. Menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri masyarakat sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaannya sumber daya juga lebih efisien.

Terkait dengan tiga pendekatan tersebut menurut Kartasasmita menyatakan bahwa pendekatan utama diatas dalam konsep pemberdayaan adalah

51

masyarakat tidak dijadikan sebagai objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pemberdayaan sendiri.

Berdasarkan teori diatas, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:

1.Upaya itu harus terarah ( targeted ). Hal ini secara popular di sebut pemihakan kepada masyarakat. Ia ditunjukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhan masyarakat dalam kesepakatan bersama antara masyarakat dengan pihak perusahaan di dalam pemberdayaan masyarakat petani. Ini yang perlu memberikan target yang tepat, oleh masyarakat sehingga pemberdayaan masyarakat pada program CSR berjalan dengan baik.

2.Pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi penerima manfaatnya.Mengikutsertakan masyarakat yang akan menerima manfaat, yang mempunyai beberapa tujuan, yakni supya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

3.Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri masyarakat sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang di hadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu.

Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat komunitas, dan organisaisi dan kelompok diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang atau kelompok menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatian kerjasama.

52 METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang terandalkan untuk mengungkapkan kondisi factual secara menyeluruh terhadap situasi yang dialami oleh informan dan subjek penelitian sehingga dengan demikian akan memperoleh penghayatan dan pemahaman yang sebenar-benarnya. Bogdan Tylor (2002), mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai prosudur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,observasi, wawancara dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan observasi atau hasil pengamatan peneliti bahwa pemberdyaan masyarakat melalui program CSR yang dilakukan adalah sebagai berikut:Petani, Nelayan,Jalan Kebun 1500 Meter, Membuat Pagar Beton, Membuat Drenase, Membuat Jembatan Pelabuhan, Membangun 93 Perumahan, Memberikan Beasiswa kepada anak-anak yang melanjutkan Studi S1 dan S2, Membangun tempat Ibadah Muslim (Masjid) dan tempat Ibadah Nasrani (Gereja) dan Sekolah SMP, SMA. Dari sebelas program kerja CSR ada yang belum terlaksanakan dengan baik, ada yang sudah terlaksana dengan baik dan ada juga belum terlaksana, pertama Program pemberdayaan kerja CSR untuk petani belum menyentuh kepada masyarakat kawasi, kedua program kerja CSR untuk nelayan, jembatan pelabuhan belum terlaksanakan, ketika program kerja CSR untuk jalan kebun seribu lima ratus kilo meter, dan membuat pagar biton, membuat dranase, membuat perumahan 93, tempat ibadah nasrani (gereja) sudah dilaksanakan, tetapi proses pelaksanaannya terhambat sehingga belum terialisasi dengan baik. Kempat program kerja CSR untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak yang melanjutkan studi S1 dan S2, membangun tempat ibadah muslim, (masjid), dan sekolah SMP, SMA sudah terlaksanakan dengan baik.

Data hasil peneliian menunjukkan nota kesepakatan bersama antara PT Trimegah Bangun Persada, PT Gane Permai sentosa, Tim Comdev Kabupaten, dan Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dengan masyarakat kawasi. Pada hari sabtu tanggal 12 bulan februari tahun 2011 perwakilan PT. Trimegah Bangun

53

Persada dan PT. Gane Permai Sentosa dengan perwakilan Masyarakat Desa Kawasi menyepakati beberapa kesepakatan prinsip:

1. Pihak perusahaan pada prinsipnya menyetujui usulan program pendidikan, kesehatan, keagamaan, infrastruktur, ekonomi dan pemerintahan yang diajukan oleh masyarakat dan akan memasukkannya dalam program comdev perusahaan secara bertahap selama lima tahun.

2. Pihak perusahaan dan masyarakat sepakat bahwa biaya Jarring Sosial Pengamanan Tambang Sebesar 1.300.000 perbulan, per KK termasuk janda dan duda (total 178 KK) yang akan dibayarkan pada awal Bulan Maret Tahun 2011.

3. Pihak perusahaan menyetujui bantuan modal usaha dalam rangka pengembangan koperasi sebesar 500.000 per KK (152 KK) yang akan direalisasikan satu kali pada bulan maret 2012 karena pada tahun 2011 akan dimulai dengan program penyiapan SDM koperasi.

4. Pihak perusahaan akan menyelesaikan program pembangunan perumahan yang belum selesai dan tambahan rumah baru sebanyak lima unit lagi (program Comdev Tahun 2010).

5. Pihak perusahaan menyanggupi dana rehabilitas rumah sebesar 3.000.000 per KK yang akan direalisasikan pada awal bulan Februari 2012 sejumlah 152 KK yang diberikan satu kali dalam lima tahun berjalan.

6. Pihak perusahaan menyanggupi Beasiswa S1 sebesar 5.000.000 per semester dan S2 sebesar 7.000.000 per semester dengan Mahasiswa yang memenuhi persyaratan yang diatur perusahaan.

7. Dengan diberikannya Biaya Jaring Sosial Pengamanan Tambang sebagaimana tersebut dalam poin 2 diatas, maka Masyarakat Desa Kawasi berkomitmen ikut serta menjaga keamanan dan kondusitas di tambang dari gangguan kriminalitas (Miras, Prostitusi, Perjudian, Demonstrasi, dan gangguan-gangguan dari luar) selama kegiatan operasi produksi tambang.

8. Bila terdapat persilisihan terkait dengan pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama yang telah ditanda tangani, maka akan di evaluasi bersama antara

54

Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, pihak perusahaan, dan masyarakat Desa Kawasi tanpa ada tindakan sepihak dari masing-masing pihak.

9. Hal-hal lainnya yang belum diatur secara spesifik pada poin 1-7 dalam Nota Kesepakatan Bersama ini akan dibahas lebih lanjut bersama pihak terkait (Pemuda, Perusahaan, Tim Comdev Kabupaten, Wakil Masyarakat Desa Kawasi). Bahwa dengan Nota Kesepakatan Bersama antara pihak perusahan, pihak Pemerintah Daerah, Tim Comdev Kabupaten Halmahera Selatan dengan masyarakat Desa Kawasi yang akan dilihat pada lampiran kesatu.

a. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Kawasi

Kondisi sosial ekonomi merupakan keberadaan riil satu wilayah, tetapi dipengaruhi oleh dinamika sosial masyarakat atau berdampak pada kondisi masyarakat itu sendiri.Dari segi dinamika social/ekonomi, keberadaan masyarakat desa Kawasi sebagai suatu daerah daratan rendah dengan lahan yang subur, membuat sebagian besar anggota masyarakat awalnya sebagai petani. Namun, ketika hadirnya industri yang di kelola oleh PT Gane Permai Sentosa (GPS) yang beroperasi di desa Kawasi maka masyarakat sebahagian besar beralih profesi menjadi buru industri. Jenis pertanian yang dilakukan dengan cara tradisional sifatnya sehingga dari sisi penghasil waga juga masi sangat minim. Prinsispnya jika ada kelebihan hasil yang dipanen maka sebahagiannya diperdagangkan, jika tidak maka dibanfaatkan hanya untuk kebutuhan keluarga. Di samping itu, keberadaan desa Kawasi adalah daerah yang sangat subur di mana adanya peluang yang baik di bidang pertanian.

b. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat

Mathews menyatakan bahwa prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian, prinsip dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Meskipun prinsip biasanya diterapkan dalam dunia akademis, Leagans (1961) menilai bahwa setiap penyuluh atau fasilitator dalam melaksanakan kegiatannya

55

harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip pemberdayaan.Tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati, pemberdayaan masyarakat pada Program CSR PT GPS di Desa Kawasi, pemberdayaan tidak mungkin dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

c. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat.

Menurut Sumondinigrat 1999, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapatan tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemendirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.

Wilson (Sumaryadi, 2004) mengemukakan bahwa kegiatan pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu organisasi merupakan yaitu: pertama, menumbuhkan keinginan pada diri seseorang untuk berubahh dan memperbaiki, yang merupakan titik awal perlunya pemberdayaan. Tanpa adanya keinginan untuk berubah dan memperbaiki, maka semua upya pemberdayaan masyarakat yang tidak dilakukan tidak akan memperoleh perhatian, simpati, atau partisipasi masyarakat, kedua, menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri dari kesenangan atau kenikmatan dan atau hambatan-hambatan kegiatan yang dirasakan, untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti pemberdayaan demi mewujudkannya perubahaan dan perbaikan yang diharapkan.

d. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemendirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan dalam pemberdayaan. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, efektif dengan mengerahkan sumberdaya

56

yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut, afektif, kognitif, dan pskomotorik, akan dapat memberikan kontrubusi pada terciptanya kemanderian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan prilaku sadar akan kebutuhan .

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tentang pemberdayaan masyarakat melalui program CSR PT Gane Permai Sentosa di Desa Kawasi Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan, maka hasil wawancara sebagai berikut: bahwa Pelaksanaan pemberdayaaan masyarakat melaui program CSR belum terlaksanakan dengan baik khususnya para petani yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Pihak perusahaan juga belum melaksanakan pemberian uang tunai untuk dana awal para petani. Sehubungan dengan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR bahwa masih banyak pelaksanaan program-program belum terlakasana dengan baik yaitu: Nelayan, Jalan Kebun 1500 Meter, Membuat Pagar Beton, Membuat Dranase, Membuat Jembatan Pelabuhan, Membangun 93 Perumahan, Memberikan Beasiswa kepada anak-anak yang melanjutkan Studi S1 dan S2, Membangun tempat Ibadah Muslim (Masjid) dan tempat Ibadah Nasrani (Gereja) dan Sekolah SMP. Baik dalam penetapan alokasi pemberdayaan masyarakat melalui program CSR tidak tepat sasaran kepada masyarakat Desa Kawasi.

Sesunggunya bahwa pelaksanaan tidak sesuai dengan harapan masyarakat yang dilakukan oleh pihak perusahaan, pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR dengan waktu selama lima tahun yang sudah ditentukan secara bersama antara pihak perusahaan, pihak pemerintah Desa Kawasi dan pihak Masyarakat Desa Kawasi tidak terlaksanakan dengan waktu yang sudah tentukan. Pemberdayaan masyarakat melalui program CSR sesuaianggaran pemberdayaan masyarakat bahwa belum terealisasi dengan baik.Terkait dengan pelatihan yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap para petani belum maksimal yang dilakukan oleh pihak perusahaan, karena perusahaan tidak serius untuk melakukan tanggungjawab secara baik. Yang menjadi hambatan untuk

57

melalukan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR adalah: pertama. Tidak mempunyai suatu penyusunan program kerja yang jelas untuk melaksanakan pemberdayaan.Kedua bahwa pihak perusahaan tidak rasa memiliki keseriusan kerja dalam tugas dan tanggungjawab. Ketiga bahwa pendekatan anggaran terlalu lama untuk pencairan dana dalam pemberdayaan masyarakat berlarut-larut sampai sekarang.

Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari pihak perusahaan dan perangkat penangungjawab oleh CSR untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Rasid (1997), pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya untuk mengatasi semua faktor kelemahan yang keberadaan dan peran dalam upaya memperdayakan keberadaan dan peran tersebut, salah satunya ialah dengan memberikan keleluasan yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan.Setiap pemberdayaan masyarakat melalui program Coporate Sosial Responsilibility yang sudah di sepakati bersama baik pihak perusahaan, pihak pemerintah daerah, pihak masyarakat kawasi maupun komponen lain bahwa pemberdayaan masyarakat selama lima tahun harus dilakukan dengan baik, tetapi dalam kenyataan dilapangan pelaksanaan tidak terlaksanakan dengan baik.karena perusahaan terlalu diam, sehingga program tidak berjalan dengan baik. Pemberdayaan masyarakat dikaitkan dengan model pembangunan yang berpusat pada rakyat lebih menekankan kepada pemberdayaan dengan memandang inisiatif kreatif dari pihak perusahaan sebagai sumber daya pembangunan utama dan memandang kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama yang ingin dicapai dalam pemberdayaan masyarakat pada program CSR, sehingga pemberdayaan masyarakat pada kelompok petani terus berjalan dengan baik.

Pemberdayaan masyarakat melalui program Coporate Sosial Responsilibility, sesuai dengan data peneliti bahwa pemberdayaan masyarakat melalui program Coporate Sosial Responsilibility telah dilaksanakan, tetapi sesunggunya tidak terlaksanakan dengan baik dan waktu yang sudah ditentukan secara bersama tidak terlaksanakan. Pemberdayaan masyarakat Menurut Prinjono dan Pranarka (1996) manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses

58

pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu, kelompok agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menetukan pilihan hidupnya. Sebagaimanapun pihak perusahaan harus memberikan yang terbaik kepada masyarakat desa kawasi dengan cara mengembangkan potensi yang ada dalam diri masyarakat desa kawasi untuk lebih berdaya. Sesunggunya pihak perusahaan tidak melihat hal ini, karena pihak perusahaan punya kepentingan tersendiri yang tidak mencapai target sesuai dengan kesepakatan yang telah dibangun secara bersama.

Perushaan bukan menjadi satu panutan yang lebih baik untuk masyarakat desa kawasi yang lebih terarah dalam menghadapi persoalan, malah menjadi contoh buruk, bahwa komitmen perusahaan harus memberikan masyarakat untuk lebih berkembang dalam segalah persolan yang dihadapi pada saat persusahan ada lagi di Desa Kawasi, artinya ketika perusahaan berhenti dalam produksi, bahwa masyarakat sudah siap untuk mampu mengembangkan potensi mereka dalam memperdaya diri mereka pada pengelompokan secara bertani maupun bermacam cara, karena perusahaan sudah memberikan cara-cara yang terbaik. Tetapi sesunggunya sumua itu tidak terlaksana dengan baik.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa menejemen perushaaan belum melaksnakan dengan baik anggaran yang sudah ditetapkan secara bersama, serta proses penyusunan perencanaan pelaksanaan program belum terlalu terarah dengan baik dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat petani dengan baik, minimnya program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan terhadap masyarakat petani guna menggali potensi-potensi yang masyarakat miliki. Olehnya disarankan agar pihak perusahaan lebih mengoptimalkan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah membuat penyusunan perencanaan kerja, anggaran perencanaan dan pelatihan masyarakat, dan pemerintah Desa lebih tegas lagi terhadap kesepakatan pemberdayaan yang

59

telah di sepakati berseama, sehingga kedepan pemberdayaan melalui program CSR agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Busyara Azheri. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR). Rajawali Perss. Jakarta

Djaman Satori Soetomo. 2008. Pemberdayaan Masyarakat, Mungkinkah Muncul Anti Tesisinya.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Edi Suharto-Refika Aditama. 2009. Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat.Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial. Bandung.

Lexy J. Moleong. 2010 Metode Penelitian Kualitatif. Pt Remaja Rosdakarya. Bandung

Rahmatullah& Kurniati, Trianita. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Samudra Biru. Yogyakarta. Rudito, Bambang& Budimanta, Arif & Prasetijo, Adi. 2004. Corporate Social

Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD. Jakarta

Sutrisno. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Dan Upaya Peningkatan Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Mendut Kebupaten Semarang, Humaniora Perss. Bandung.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.

60

Konflik Sosial Jemaat Gereja Masehi Injili di Halmahera Pasca Pemilihan Gubernur Maluku Utara Tahun 2013

Oleh

Maichel Seivo Labobar13 Dr. Drs. Michael Mamentu, MA14 Dr. Drs. Agustinus B. Pati, M.Si15

Abstract

Indonesia adopts a democratic system in goverment. Some issue from useing democracy system in Indonesia which is the Regional Heads Electing (Direct electing). Although Religion was a vehicle to achieve purpose of these groups. Purpose to analizing the occured from the impact of Internal Conflict in Evangelican Christian Church in 2013.

The result of this research indicate social conflict in Evangelican Christian Church post North Maluku Governor's electing in 2013, explicity and clearly commited by BPHS result in dorume that GMIH reform movement arose by elments of regional heads who lost in governor direct electing battle in North Maluku with utilised constituent to breakdown the solidarity in GMIH life. The suggestion of this research would give an impact toward church organisation included the pastors and church commitee should not engage into practically politic's activity or become politics commitee. Pastors who had structurally ocuppation should not involved in the pratical politics ( take care the Party, to be a candidate of Council, KPU, and Regent /Vise Regent, Governor/Vise Governor). Local Goverment in this case North Halmahera Regent and Local Citizen Council Delegation (DPRD) must quick respons to watch Church complication problems and find out the right solution.

Keywords : Social Conflict, The Governor’s Election, Democracy

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pilkada,Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut dengan Pilkada merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Propinsi dan atau Kabupaten atau kota di mana pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk propinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, dan Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

13 Mahasiswa Prog. Studi PSP Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi 14 Staf Pengajar Pada Prog. Stusi PSP Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi 15 Staf Pengajar Pada Prog. Stusi PSP Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

61

Dewasa ini ada suatu fenomena dimana agama direkayasa dan dijadikan alat politik oleh kelompok-kelompok tertentu.Agama bahkan dijadikan kendaraan politik demi tercapainya suatu maksud dari kelompok-kelompok tersebut.Agama

dipolitisasi sedemikian rupa dan dijadikan alat untuk melestarikan

kekuasaan.Fenomena ini harus kita cermati dan kita sadari agar kita tidak terjebak pada teori konspirasi yang sengaja diciptakan untuk mempertahankan status quo.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawah individu dalam suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Setelah Sidang Sinode GMIH XXVII yang dilaksanakan di Dorume Loloda Utara, 23-30 Agustus 2012, muncul sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai Kelompok Reformasi.Kelompok ini kemudian mengeluarkan selebaran dan bahkan sebuah Buku yang berisi keberatan mereka terhadap hasil Sidang Sinode tersebut, mulai dari hasil pemilihan BPHS sampai pada tata kelola keuangan GMIH.Kelompok tersebut dengan gencar melakukan sosialisasi kepada jemaat-jemaat GMIH.

Pemilihan umum Gubernur Maluku Utara tahun 2013, dimana Bupati Halmahera Utara ikut dalam pertarungan calon Gubernur (Incomben).dalam putaran pertama terhenti dengan jumlah suara yang tidak masuk dalam putaran kedua pemilihan umum. Jarang sekali kandidat yang mau menerima kekalahan. Pasalnya, mereka telah mengeluarkan dana terlalu besar demi meraih kemenangan. Konflik sosial jemaat seperti konflik internal Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) adalah salah satu permasalahan yang terjadi dari imbas pilkada Gubernur Maluku Utara.Pemerintah yang seharusnya menjalankan tugas dan fungsi untuk menjaga ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan kepada masyarakat, malah ikut menjadikan masyarakat sebagai pemicu konflik.

Konflik sebagai proses pertentangan yang diekspresikan di antara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik. Wirawan, (2010). Di tengah situasi yang sedemikian runyam ini, maka salah satu hal yang dapat kita buat untuk membantu terpeliharanya pilar-pilar pemersatu sebagai

62

bangsa adalah usaha untuk menggalang sebuah persaudaraan sejati.Persaudaraan sejati menandakan adanya suatu solidaritas sosial dan ketidakberpihakan kepada kaum lemah tanpa memandang suku, agama, ras, maupun antar golongan.Kiranya gereja harus konsisten dalam memperjuangkan masalah ini.

TINJAUAN PUSTAKA