• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Dalam dokumen SUSILOWATI R.0208084 (Halaman 19-39)

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pencemaran

Berdasarkan UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya.

Air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Ukuran air disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh kemurnian air (Siregar, 2005).

2. Oiltrap

Oiltrap adalah sebuah media pengolahan limbah cair yang menggunakan sistem filtrasi dan koagulasi yaitu penyaringan dan pengendapan dengan hasil akhir limbah minyak dan air yang terpisah dengan kadar polutan lebih rendah sehingga tidak melebihi baku mutu limbah yang disyaratkan (Fahruddin, 2010).

commit to user

Secara garis besar Oiltrap bertujuan untuk memisahkan limbah air dengan minyak. Tehnik pengolahan limbah menggunakan Oiltrap adalah tehnik pemisahan limbah yang berupa air dengan minyak sehingga minyak yang ada bisa terkumpul sendiri kemudian dapat digunakan kembali.

Oiltrap adalah media pengolahan yang terdiri dari beberapa sekat, sekat pertama adalah air limbah yang langsung dari sisa hasil proses, sedangkan sekat kedua adalah proses filtrasi antara minyak dengan air dipisahkan, sedangkan sekat ketiga adalah proses koagulasi dengan penggunaan tawas sebagai koagulannya sebagai proses akhir dari pengolahan limbah cair yang ada.

3. Lingkungan

Menurut Ananichev dalam Notohadipawiro (2006),

Lingkungan mencakup segala hal sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita berhubungan dengannya dan bergantung padanya. Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor, kakas (force) atau keadaan yang mempengaruhi serta berperan atas hidup dan kehidupan kita. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia.

Persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permukiman manusia dan industri. Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas lingkungan karena:

commit to user

a. Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula tanpa memberikan kompensasi yang sepadan.

b. Banyak menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya.

c. Limbah yang dihasilkan banyak yang tidak terdaur-ulangkan.

d. Intensitas kegiatan per satuan tempat dan/atau waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing bagi lingkungan menghasilkan limbah yang asing pula. Karena intensitas kegiatan tinggi maka laju penghasilan limbah menjadi tinggi pula. Mengingat ini semua maka persoalan dampak atas lingkungan dapat dikembalikan ke persoalan limbah (Notohadipawiro, 2006).

4. Limbah

Berdasarkan UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan limbah sebagai sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Pengertian lain menyebutkan bahwa limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik, limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik. Sedangkan sesuai UU RI No. 32 Tahun 2009 tersebut didefinisikan pula bahwa yang dimaksud dengan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut limbah B3

commit to user

adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

a. Air Limbah

1) Definisi Air Limbah

Air limbah juga dikenal sebagai sewage, mula-mula dari limbah rumah tangga, manusia dan binatang, tapi kemudian berkembang selain dari sumber-sumber tersebut juga air limbah berasal dari kegiatan industri, run off dan infiltrasi air bawah tanah. Air limbah pada dasarnya 99,94 % berasal dari sisa kegiatan sedang 0,06 % berasal dari material terlarut oleh proses alam. (Shundar, 2001).

2) Karakteristik Air Limbah

Menurut Donald W. Sundstromd dalam Mukimin (2006), untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah, maka perlu kiranya diketahui juga secara detail mengenai

kandungan yang ada didalam air limbah juga

karakteristiknya. Setelah diadakan analisis ternyata air limbah mempunyai karakteristik yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar diantaranya karakteristik fisika, karakteristik kimia, karakteristik biologis

a) Karakteristik Fisika

Karakter fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya:

commit to user (1) Total Solid ( TS )

Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air (Siregar, 2005).

(2) Total Suspende Solid ( TSS )

Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron (Siregar, 2005).

(3) Warna

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari abu-abu menjadi kehitaman (Siregar, 2005).

(4) Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik (Siregar, 2005).

(5) Temperatur

Merupakan parameter yang penting dalam

pengoperasian unit pengolahan limbah karena berpengaruh terhadap proses biologi dan fisika

commit to user (Siregar, 2005). (6) Bau

Bau merupakan parameter yang subjektif.

Pengukuran bau tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Kehadiran bau-bauan yang lain menunjukkan adanya komponen-komponen lain di dalam air. Misalnya, bau seperti bau telur busuk menunjukkan adanya hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organik dalam kondisi anaerobik (Siregar, 2005).

b) Karakteristik Kimia

(1) Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm (part per million) atau miligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali (Sugiharto, 2008).

(2) Chemical Oxygen Demand (COD)

Adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi. COD dinyatakan dalam ppm (part per million) atau ml /liter (Sugiharto, 2008).

commit to user (3) Dissolved Oxygen (DO)

DO adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan miligram per liter. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil (Sugiharto, 2008).

(4) Derajat keasaman (pH)

pH adalah derajat keasaman dari suatu zat, pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tingggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air adalah 6,0 – 8,0. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7,0 – 8,5. Nilai pH sangat

mempengaruhi proses biokimiawi perairan,

misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH

rendah. Toksisitas logam memperlihatkan

peningkatan pada pH rendah (Novotny dan Olem dalam Effendi, 2011).

(5) Ammonia (NH3)

commit to user

meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia, tergantung pada pH larutan.

(6) Sulfida

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin (Soemirat, 1994).

(7) Fenol

Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gasterointestinal, sulit menelan dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian (Soemirat, 1994).

(8) Logam Berat

Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat (Soemirat, 1994).

commit to user c) Katakteristik Biologis

Mikroorganisme ditemukan ada dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (Siregar, 2005). Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air (Siregar, 2005).

3) Komponen Primer Air Limbah

Elemen biologis dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air (Siregar, 2005).

Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri atas senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik, dan gas. Komponen dasar dari senyawa-senyawa organik adalah karbon, hidrogen, oksigen, organik adalah protein,

commit to user

karbohidrat, dan lipida. Protein merupakan bahan dasar dari sel-sel binatang, yakni sekitar 40-60%. Karakteristik yang diketahui dari protein adalah kandungan nitrogen di dalamnya. Karbohidrat merupakan bahan penyusun utama dalam sel tumbuhan dan meliputi selulosa, serat kayu, gula, dan tepung. Lipida tidak terlarut dalam air dan meliputi lemak, minyak, dan waxes (lilin). Saat ini, diproduksi berjuta-juta senyawa organik sintetis. Sebagian besar diantaranya ditemui dalam air alam dan keberadaannya harus diperhatikan karena kebanyakan senyawa organik sintetis bersifat racun dan berbahaya (Mukimin, 2006).

Zat-zat organik terdapat di dalam air dalam kadar yang rendah dan hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain masalah rasa dan bau. Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses pengolahan air bersih yang lebih

kompleks, menurunkan kandungan oksigen, serta

menyebabkan terbentuknya substansi-substansi beracun (Mukimin, 2006).

4) Dampak Limbah Cair

Menurut Ginting (2010), Limbah cair mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa-senyawa

commit to user

pencemar yang terkandung membahayakan terhadap

lingkungan. Disamping itu perubahan air menjadi kotor perubahan air dilapisi bahan-bahan berminyak atau bahan padatan lain yang menyebabkan terjadinya penutupan permukaan air. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam limbah bila melebihi kadar yang ditentukan menyebabkan air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan sebagaimana mestinya.

Air tercemar bila salah satu atau lebih kondisi berikut ini terpenuhi yaitu:

a) Mengakibatkan naik turunnya keasaman air.

b) Akan terjadi perubahan sifat fisika air misalnya perubahan warna, air menjadi keruh, berbau, dan perubahan suhu air.

c) Permukaan air tertutup oleh lapisan terapung, berupa minyak, lemak dan bahan padat lainnya.

d) Peningkatan kandungan bahan-bahan organik maupun dan anorganik dalam air.

e) Meningkatkan zat-zat tersuspensi dalam air.

Menurut Ginting (2010), Terjadinya perubahan sifat-sifat dan kimia air disebabkan buangan/limbah dari industri mengandung bahan-bahan beracun dan berbahaya antara lain: merkuri, arsen, amoniak, barium, chromium, dan lain-lain.

commit to user

Bahan-bahan ini ada yang terlarut mengendap maupun tersuspensi. Dengan adanya senyawa-senyawa ini, melebihi ambang batas yang ditetapkan menyebabkan berbagai akibat antara lain:

a) Terganggunya kehidupan dalam air.

b) Cepat timbul karat pada permukaan yang kontak langsung dengan air.

c) Penurunan daya guna air dan lingkungannya.

d) Peningkatan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan air. e) Terganggunya penggunaan air sebagai air minum, air

cuci, air untuk pertanian, air untuk perikanan, air untuk industri.

5) Faktor-Faktor yang mempengaruhi kadar BOD dan pH di Lokasi pengeboran di PT. Antam, Tbk Unit Geomin Pongkor. a) Faktor Exsternal:

(1) Terkendali : Air kencing dan air liur babi hutan Lumpur merupakan faktor yang

dapat dikendalikan dengan

dibuatnya pagar dipinggiran bak penampung limbah dan disekitar oiltrap agar babi hutan tidak dapat masuk ke area sekitar pengolahan air limbah.

commit to user

(2) Tidak terkendali : Air hujan

Air hujan merupakan faktor yang

tidak dapat di kendalikan

mengingat hal tersebut merupakan kondisi lingkungan yang tidak dapat kita atur kapan datangnya. b) Faktor Internal:

(1) Terkendali : Lumpur

Lumpur merupakan faktor yang dapat dikendalikan dengan cara

perluasan bak samp maupun

memperdalam sekat pada oiltrap. (2) Tidak terkendali : Debit limbah

Debit limbah merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan

mengingat jumlah air yang

dibutuhkan dalam proses produksi dan berbagai macam kegiatan selama pengeboran yang tidak dapat dipastikan jumlahnya.

commit to user

5. Baku Mutu Lingkungan

a. Pengertian Baku Mutu Lingkungan

Menurut Tripurwanto (2000), Semua kegiatan ataupun aktifitas manusia baik itu yang berhubungan dengan dunia industri, pekembangan penduduk, kemajuan teknologi maupun kegiatan ekonomi hampir bisa dipastikan akan menghasilkan limbah. Keadaan ini lambat laun akan menyebabkan penumpukan limbah yang berakibat munculnya dampak negatif bagi kehidupan. Oleh karenanya dibutuhkan standar tertentu untuk mengeliminir jumlah buangan limbah terhadap lingkungan, yang kemudian dikenal dengan istilah Baku Mutu Lingkungan (BML).

UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan baku mutu lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Dengan kata lain, baku mutu lingkungan adalah ambang batas atau batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif.

Baku mutu lingkungan mencakup baku mutu limbah padat, baku mutu air laut, baku mutu udara emisi, baku mutu limbah cair dan baku mutu air pada sumber air (Mukimin, 2006).

commit to user b. Baku Mutu Air pada Sumber Air

Baku mutu air pada sumber air, yaitu batas kadar yang diperbolehkan untuk suatu zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Menurut kegunaannya, air pada sumber air dibedakan menjadi empat golongan, yaitu golongan A, B, C dan D. Air golongan A adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa harus diolah terlebih dahulu. Air golongan B adalah air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. Air golongan C adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Air golongan D adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan tenaga listrik (Mukimin, 2006).

c. Baku Mutu Limbah Cair

Baku mutu limbah cair adalah batas yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke badan air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air. Peraturan perundangan dan ketentuan lain tentang lingkungan hidup untuk penetapan baku mutu lingkungan tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/95. Untuk baku mutu emisi sumber

commit to user

tidak bergerak tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/3/1995 (Mukimin, 2006). d. Fungsi Baku Mutu Lingkungan

Menurut Mukimin (2006), Adapun fungsi dari Baku Mutu Lingkungan diantaranya :

1) Indikator/ petunjuk yang menyatakan bahwa suatu

lingkungan tercemar.

2) Hubungan BML terhadap nilai ambang batas yakni batas daya dukung, daya toleransi atau kemampuan lingkungan. 3) Lingkungan yang tercemar jika kondisi suatu lingkungan

telah melewati nilai ambang batas yang telah ditentukan.

4) Sebagai penilai bahwa lingkungan telah mengalami

pencemaran.

e. Sistem Baku Mutu Lingkungan

Menurut Mukimin (2006), Sistem Baku Mutu Lingkungan (SBML) dipergunakan sebagai instrumen untuk mengetahui apakah telah terjadi pencemaran dari suatu kegiatan industri. SBML sendiri secara umum dibagi menjadi dua :

1) Effluent Standard, merupakan kadar maksimum limbah yang

diperbolehkan untuk dibuang ke suatu lingkungan.

2) Stream Standard, merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai, danau, atau bendungan. Sedangkan kadar yang ditetapkan disesuaikan dengan peruntukannya.

commit to user

f. Baku Mutu berdasarkan Perundang-undangan.

1) Keputusan Menteri Negara Kependudukan Lingkungan

Hidup

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair dan baku mutu air laut sebagai berikut: a) Baku mutu air pada sumber air, adalah batas kadar yang

diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

b) Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga sehingga tidak meyebabkan dilampauinya baku mutu air.

c) Baku mutu air laut adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

commit to user

2) Undang-undang RI No. 32 tahun 2009.

UU RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan Baku mutu lingkungan sebagai berikut:

Baku mutu adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

g. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.51/MENLH/10/1995 dalam Tim Redaksi Nuansa Aulia (2008), bahwa nilai Baku Mutu Limbah Cair bagi kawasan industri untuk kadar BOD dan pH adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair

Parameter Kadar Maximum

Mg/L

Beban Pencemaran Maximum (kg/hari/ha)

BOD 50 4,3

commit to user 6. Tujuan Pemantauan Kualitas Air

Effendi (2003), menyebutkan bahwa pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan biologi.

b. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan peruntukkannya, menurut Peraturan Pemerintah RI No.22 tahun 1990.

c. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu.

Sedangkan pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan. b. Membandingkan nilai kualitas limbah cair dengan baku mutu

kualitas limbah industri dan menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MenLH/10/1995.

c. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan.

d. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya.

commit to user

Kep.No.51/MenLH/10/1995 pasal 6 mencantumkan beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab kegiatan industri, antara lain sebagai berikut :

a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke dalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan.

c. Memasang alat ukur debit atau laju aliran limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut.

d. Tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk

mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair.

e. Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan, sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.

f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.

g. Melakukan pencatatan produksi bulanan.

h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter baku mutu limbah cair dan produksi bulanan yang sesungguhnya kepada Kepala BAPEDAL, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri dan instansi lain yang dianggap

commit to user

perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.

Dalam dokumen SUSILOWATI R.0208084 (Halaman 19-39)

Dokumen terkait