• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen Makalah indonesia hanisa dan tifany mipa (Halaman 12-51)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Laut

Ekosistem laut adalah ekosistem akuatik yang didominasi oleh nilai konsentrasi garam yang tinggi di permukaan yang sangat luas.

Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.

Ciri-ciri ekosistem laut diantaranya:

 Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.

 NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.

 Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.

 Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman1

2.1.1 Bagian-Bagian Ekosistem Laut

Bagian- bagian ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa bagian. Diantaranya yaitu ditinjau dari jarak pantai dan kedalaman, intensitas cahaya yang masuk dan wilayah permukaan secara vertikal.

1. Bagian- Bagian Ekosistem Air Laut

Berdasarkan Jarak Pantai Dan Kedalaman.

Dalam suatu tatanan ekosistem laut apabila dilihat dari jarak pantai dan kedalamannya. Maka ekosistem laut terbagi menjadi 3 zona yaitu:

- Zona Litoral

Zona liroral disebut juga dengan zona pasang surut. Yaitu zona yang paling dangkal dari lautan.Zona ini berbatasan langsung dengan daratan. Ciri-ciri zona litoral adalah

berbatasan langsung dengan daratan.

Ketika air laut mengalami pasang maka zona litoral akan terendam oleh air laur karena sangking dangkalnya. Namun apabila air surut maka akan terlihat seperti

daratan.Pada zona ini akan ditemukan banyak sekolompok hewan diantaranya udang, bulu babi, kepiting, cacing laut dan beberapa invertebrata lainnya.

- Zona Neritik

Zona selanjutnya adalah neritik. Yakni zona yang dikenal dengan ekosistem pantai pasir dangkal. Zona neritik adalah daerah bagian laut yang memiliki tingkat kedalaman sekitar 200 meter.

Pada zona ini cahaya matahri masih bisa menembus bagian dasar permukaan laut. Di zona ini juga banyak jenis tumbuhan seperti ganggang dan rumput laut tumbuh. Selain itu berbagai jenis ikan kecil banyak ditemukan.

Hal yang cukup unik ialah pada zona ini ditemukan banyak jenis terumbu karang, ekosistem pantai batu dan

ekosistem pantai lumpur. Sehingga zona ini sering juga disebut dengan zona ekosistem pantai pasir dangkal.

- Zona Oseanik

Zona osenik adalah zona terdalam dari ekosistem air laut. Zona ini dikenal dengan wilayah ekosistem laut lepas sehingga kedalamannya sangat dalam. Sangking dalamanya zona ini tak bisa ditembus oleh cahaya matahari dan terlihat gelap.

Zona oseanik terbagi menjadi dua macam yaitu zona batial dan zona abisal. Zona batial adalah zona dengan

kedalaman air 200 hingga 2000 meter. Sedangkan zona abisal adalah zona yang mempunyai keadaan yang remang-remang bahkan cahaya matahari tak mampu menembus dan jika pun masuk hanya sedikit sekali.

Khusus untuk zona batial kita tidak bisa menemukan produsen sebab di zona ini hanya dihuni oleh nekton yaitu organisme yang hanya aktif berenang. Dan untuk zona abisal kedalamannya bisa mencapai lebih dari 2000 meter.

Dan pada zona abisal dihuni oleh jenis hewan binatang-binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme, dan juga pengurai.

Di zona ini ada kejadian yang cukup unik yaitu air di zona oseanik tidak akan bercampur dengan air permukaan laut. Pasalnya air di kedua wilayah ini memiliki pernedaan suhu. Batas dari dua wilayah ini dikenal dengan daerah termoklin. 2. Bagian- Bagian Ekosistem Air Laut Berdasarkan

Intensitas Cahaya Yang Masuk

Apabila ekosistem air laut ditinjau dari intensitas cahaya matahari yang dapat masuk ke permukaan dan dasar laut. Maka ekosistem air laut dibagi menjadi 3 zona.

Diantaranya yaitu:

o Zona Fotik

Zona fotik adalah daerah ekosistem air laut yang mampu ditembus oleh matahari dan mempunyai

kedalaman air laut kurang dari 200 meter. Pada zona ini ditemukan banyak organisme yang berklorofil.

o Zona Twilight

Zona twilight adalah zona dimana jangkaun matahari bisa tembus masuk ke dalam air laut antara 200 hingga 2000 meter. Cahaya matahari yang dapat tembus hanyalah sedikit oleh karena di daerah ini cahayanya bersifat remang-remang.

o Zona Afotik

Zona afotik, merupakan zona yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sama sekali, yakni di kedalam lebih dari 2000 meter. Di zona hanay jenis hewan tertentu saja yang mampu hidup. Banyak bangkai hewan bertebaran di zona ini sehingga bakteri dapat mengurainya.

3. Bagian- Bagian Ekosistem Air Laut Berdasarkan Wilayah Permukaan Secara Vertikal

Bagian- bagian ekosistem air laut berdasarkan wilayah permukaan secara vertikal dibagi menjadi 5 bagian. Diantaranya yaitu:

o Epipelagik

Daerah yang berada di antra permukaan hingga kedalaman sekitar 200 meter.

o Mesopelagik

Daerah dengan kedalaman antara 200 hingga 1000 meter.

o Batiopelagik

Daerah jerang benua yang mempunyai kedalaman 200 hingga 2500 meter.

o Abisalpelagik

Daerah yag mempunyai kedalaman 4000 meter.

o Hadal pelagik

Daerah laut yang paling dalam dimana kedalaman lebih dari 6000 meter.

2.1.2 Macam-Macam Ekosistem Laut

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah umumnya mempunyai tekanan osmosis (baca: erpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat) sel yang nyaris sama dengan tekanan osmosis air laut. Sedangkan untuk hewan dan tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki tekanan osmosis lebih rendah paa umumnya akan beradaptasi dengan cara banyak minum air, sedikit berekresi, dan mengeluarkan air.

1. Ekosistem Pantai

Ekosistem pantai merupakan ekosistem laut yang letaknya berbatasan dengan ekosistem darat dan daerah pasang surut. Kondisi ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut air laut. Adapun organisme yang hidup di ekosistem pantai biasanya memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat pada substrat (baca: molekul organik yang telah berada dalam kondisi siap/segera bereaksi, karena telah mengandung promoter) keras untuk menjaga dirinya dari hempasan ombak yang kencang. Jenis organisme yang hidup di daerah pantai dipengaruhi oleh sirkulasi air.

Daerah paling atas pantai hanya hanya terendam saat pasang naik tinggi, biasanya dihuni oleh ganggang, moluska, dan remis yang jadi makanan bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam pada saat pasang tinggi dan pasang rendah, biasanya dihuni oleh ganggang, porifera, remis dan kerang,

anemon laut, siput herbivor dan karnivor, landak laut, bintang laut, kepiting, dan ikanikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam pada

saat air pasang dan surut, dihuni oleh beragam invertebrata, ikan, serta rumput laut.

Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain :

o Penyedia nutrien bagi biota perairan.

o Tempat berkembangbiaknya berbagai macam ikan.

o Penahan abrasiPenyerap limbah.

o Pencegah intrusi air laut.

o Penahan amukan angin topan dan gelombang yang besar.2

2. Ekosistem Estuari (Muara)

Ekosistem estuari (muara) adalah ekosistem tempat bersatunya air sungai dan air laut. Ekosistem ini sering dipagari lempengan lumpur intertidal dan rawa garam. Salinitas air dalam ekosistem ini berubah bertahap mulai dari daerah tawar ke asing. Salinitas juga dipengaruhi siklus harian pasang surut. Adapun nutrien dari sungai telah memperkaya daerah estuari dan membuat berbagai komonitas tumbuhan seperti rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton dan hidup dan tumbuh subur. Beberapa hewan seperti cacing, kepiting, kerang, dan ikan juga menjadikan ekosistem estuari ini menjadi tempat kawin dan mencari makan.

Fungsi Ekologis Estuaria yaitu:

o Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation)

o Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan .

2 http://ekonomi-sosiologi-geografi.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-pantai-dan-pesisir-serta.html?m=1

o Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.3

3. Ekosistem Terumbu Karang

Di laut tropis, daerah neritik yang perairannya masih dapat ditembus matahari sering ditumbuhi suatu komunitas khusus berupa karang batu dan organisme-organisme tertentu. Komunitas ini adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang didominasi pertumbuhan karang (koral) kelompok Cnidaria. Hewan-hewan yang ada di ekosistem terumbu karang memakan mahluk hidup mikroskopis dan sisa bahan organik lainnya. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, serta ikan-ikan kecil hidup dan bereproduksi di dalamnya. 2.1.3Manfaat Ekosistem Air Laut

Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan manfaat bagai kehidupan manusia. beberapa manfaat dari ekosistem air laut antara lain:

- Bermanfaat Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun nabati

- Bermanfaat Sebagai pengontrol iklim di dunia

- Bermanfaat Sebagai pembengkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga pasang surut

- Bermanfaat sebagai tempat rekreasi dan hiburan

- Bermanfaat sebagai tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lainsebagainya.

- Bermanfaat sebagai tempat barang tambang berada - Bermanfaat sebagai tempat penelitian dan juga riset - Bermanfaat sebagai sumber air minum

- Bermanfaat sebagai tempat jalur taransportasi.

- Bermanfaat sebagai tempat mata pencaharian penduduk lokal.4

3

http://belajarbiologionlinemudah.blogspot.co.id/2015/04/ancamandanupayaperlin dunganekosistemestuaria.html?m=1

2.2 Kerusakan Ekosistem Laut

Kerusakan ekosistem laut merupakan rusaknya atau tidak utuhnya keanekaragaman habitat di laut. Terdapat 5 faktor lingkungan yang menjadi latar belakang dalam fenomena kerusakan ekosistem laut yaitu :

1) Berkurangnya fungsi ari hutan mangrove atau bakau yang ada di pesisir pantai.

2) Laju abrasi yang terlihat meningkat tinggi. 3) Kerusakan terhadap terumbu karang di laut.

4) Penambangan pasir pantai yang dilakukan manusia untuk di jadikan sebagai bahan bangunan.

5) Pembuangan berbagai macam limbah yang dibuang ke laut. Beberapa faktor lingkungan diatas disebabkan oleh ulah manusia seperti kerusakan terumbu karang dan pembuangan limbah secara sembarang dilaut. Selain dari kelima faktor

lingkungan diatas, penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racun, ataupun alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan seperti pukat harimau juga menyebabkan kerusakan pada ekosistem laut.

1. Kerusakan ekosistem terumbu karang

Ada berbagai macam penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang karena aktivitas manusia, diantaranya :

o Kegiatan Penambangan

Batu karang yang digunakan sebagai bahan bangunan, pembangunan jalan dan berbagai aksesoris untuk mempercantik akuarium dengan cara

menambangnya menjadi salah satu penyebab rusaknya ekosistem terumbu karang. Kegiatan penambangan

terumbu karang untuk menghasilkan keuntungan secara ekonomi sangat tidak dibenarkan.

o Penangkapan Ikan dengan Cara Ilegal

Penangkapan ikan dengan bahan peledak, bahan beracun, serta berbagai macam alat tangkap yang dapat merusak dan membahayakan koloni terumbu karang. Banyaknya nelayan yang masih menggunakan cara ilegal untuk mendapatkan banyak ikan dari laut menjadi alasan kuat rusaknya jenis-jenis terumbu karang yang ada.

o Pencemaran Limbah

Adanya pencemaran perairan oleh berbagai limbah yang menyebar di laut dapat merusak

kelangsungan hidup terumbu karang. Limbah-limbah industri yang tidak diolah terlebih dahulu dan langsung dibuang ke saluran pembuangan sangat merusak ekosistem perairan. Limbah ini meliputi limbah industri, pertanian, rumah tangga yang terjadi di darat maupun laut.

o Adanya Proses Pengendapan

Sedimentasi atau pengendapan terjadi karena berbagai macam aktivitas manusia berupa

penambangan, konstruksi sepanjang pantai, penebangan hutan tropis, atau pertanian. Aktivitas tersebut

mengakibatkan erosi tanah yang terbawa sampai laut. Akibatnya tingkat kekeruhan air semakin tinggi dan mengancam kehidupan terumbu karang yang ada karena kualitas air yang kotor dan keruh.

o Pembukaan Daerah Wisata

Bawah laut yang menghadirkan nuansa

keindahan akan menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Ada akses wisata bawah laut memang menguntungkan secara ekonomis, namun tidak jarang dapat mengancam kelangsungan hidup biota laut

yang ada di dalamnya. Pelestarian biota laut harus diatur ketat dengan adanya sanksi bagi wisatawan maupun penduduk lokal yang membuang sampah secara sembarangan perlu diterapkan agar ekosistem darat dan laut, terutama terumbu karang tetap terjaga. Peraturan terkait sampah pun harus diberlakukan pada kawasan ekosistem danau, ekosistem rawa serta ekosistem yang ada di daratan.

o Eksploitasi Ikan

Para nelayan seringkali tanpa sadar terlalu banyak mengambil ikan yang ada di laut. Eksploitasi berlebihan ini dapat membuat ikan-ikan yang biasanya hidup di sekitar terumbu karang semakin berkurang. Padahal terumbu karang membutuhkan ikan-ikan tersebut. Harus ada kesadaran dan batas untuk mengambil sumber daya ikan yang ada di laut.

o Kerusakan Akibat Jangkar

Tidak jarang kerusakan terumbu karang ini karena ketidaktahuan nelayan saat melepaskan jangkar kapal ke bawah laut. Jangkar kapal yang begitu berat dan kuat serta dilepaskan dengan cara langsung dapat menghancurkan terumbu karang yang ada di bawah laut. Perlu adanya pemberitahuan atau larangan untuk menepikan kapal di beberapa tempat yang memiliki terumbu karang.

o Penebangan Hutan

Penebangan Hutan Mangrove yang ada di sekitar lepas pantai membuat proses sedimentasi semakin tinggi. Hutan mangrove yang seharusnya menjadi filter air dan mencegah terjadinya abrasi pantai

akhirnya akan merusak ekosistem terumbu karang yang ada. Hutan mangrove yang kayunya ditebang untuk keperluan kayu bakar sangat tidak dianjurkan.

o Pencemaran Akibat Sampah

Sampah menjadi hal yang paling merusak suatu ekosistem, baik itu ekosistem darat dan laut, ekosistem rawa, maupun ekosistem danau. Sampah menjadi hal yang paling mengganggu sebuah ekosistem. Begitupan saat banyaknya sampah plastik yang bertebaran di laut dapat menghalangi cahaya matahari yang dibutuhkan oleh terumbu karang yang di dalamnya hidup para polip.

o Pembangunan Daerah Pesisir

Pembangunan besar-besaran untuk dijadikan resort, hotel, industri, pelabuhan dan pembangunan lainnya yang berada di pesisir pantai biasanya disertai dengan proses reklamasi daratan dan pengerukan tanah sehingga menghalangi cahaya matahari yang

dibutuhkan terumbu karang untuk tetap hidup.

Akibatnya binatang-binatang yang hidup di karang atau polip akan mati karena kekurangan cahaya matahari.

o Terjadinya Erosi

Pembangunan hotel yang tidak direncanakan dengan baik dapat membuat kondisi pesisir pantai semakin rusak karena terjadi erosi. Pembangunan hotel di daerah pesisir hendaknya tidak mengesampingkan faktor lingkungan yang ada.

o Dominasi Alga Dalam Terumbu Karang

Banyaknya alga yang hidup di terumbu karang bukanlah indikasi yang baik. Alga yang tumbuh karena banyaknya pencemaran yang terjadi membuat keadaan terumbu karang lambat laun akan mati. Apalagi jika ikan pemangsa alga yang ditangkap berlebihan, maka bisa dipastikan alga akan semakin bertumbuh pesat karena ikan pemakan alga semakin berkurang. Ciri-ciri

alga yang dapat merugikan kelangsungan hidup terumbu karang dapat terlihat bentuk fisiknya.

o Pengambilan Karang Secara Ilegal

Kehadiran wisatawan dapat mendatangkan keuntungan sekaligus kerugian secara bersamaan. Adanya wisatawan tentu mendatangkan keuntungan karena ada nilai ekonomis yang terjadi. Namun, menimbulkan kerugian jika para wisatawan ini dengan sengaja mengambil terumbu karang yang ada di bawah laut untuk aksesoris ataupun lainnya. Harus ada

peraturan tegas agar hal ini tidak terjadi.

o Kerusakan Karang Karena Sianida

Racun sianida yang masih digunakan oleh nelayan dalam mencari ikan dapat membahayakan terumbu karang. Racun sianida yang tersebar di perairan akan menempel pada terumbu karang dan semakin lama membuat binatang-binatang yang hidup dalam terumbu karang mati. Para polip yang mati secara otomatis akan membuat karang memutih.

o Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida pada lahan pertanian dan sistem pertanian yang buruk dapat membuat pestisida mengalir sampai laut. Pestisida dapat membahayakan berbagai organisme yang hidup di terumbu karang.

Pelestarian ekosistem lautan seperti terumbu karang dapat dilakukan dengan cara budidaya terumbu karang. Budidaya terumbu karang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat pesisir pantai, salah satunya dengan cara transplantasi terumbu karang . Perlu adanya kesadaran yang diperlukan oleh masyakat tentang pentingnya menjaga terumbu karang. Terumbu karang merupakan keseimbangan ekosistem yang harus selalu dilestarikan.

Cara melestarikan laut Indonesia dapat ditempuh dengan berbagai hal. Salah satunya dengan cara melestarikan terumbu

karang sebagai tempat hidup hewan vertebrata dan invertebrata yang ada di lautan. Berbagai jenis ikan seperti ikan pari, ikan kakap, ikan tuna dan ikan lainnya membutuhkan terumbu karang sebagai tempat tinggal agar mereka tetap hidup dan

mempertahankan hidupnya.

Secara ekologi, terumbu karang memiliki manfaat antara lain :

o Penunjang Kehidupan

Sebagai sebuah ekosistem, secara langsung terumbu karang menjadi penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari makan, dan berkembang biak bagi berbagai biota laut.

Rusaknya terumbu karang akan berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup dan kelestarian berbagai hewan dan tumbuhan di laut.

o Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi Terumbu karang menjadi ekosistem dengan biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang tertinggi dibanding ekosistem laut lainnya. Dengan tingkat biodiversitas yang tinggi maka terumbu karang menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.

Keanekaragaman genetik menjadikan ditemukannya keberagaman variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi. Sedang

keanekaragaman spesies berarti akan semakin banyak jenis biota yang dapat dimanfaatkan.

o Pelindung Pantai dan Pesisir

Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan ekosistem yang saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah pesisir. Terumbu karang mampu memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Energi ini kemudian diperkecil lagi dengan adanya padang lamun dan hutan bakau ( mangrove).

Sehingga ombak tidak merusak pantai atau

menyebabkan abrasi pantai. Dan ekosistem di pantai pun dapat terlindungi.

o Mengurangi Pemanasan Global

Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui reaksi kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur yang bahan baku terumbu. Dalam proses yang disebut sebagai kalsifikasi ini, karang dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang.

2. Kerusakan ekosistem esturi

Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain:

o Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat, dapat meningkatkan

sedimentasi di wilayah estuaria. Laju sedimentasi di wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa

dijadikan sebagai salah satu indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas. Sedimen yang tersuspensi masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya delta

baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di muara sungai

o Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan menurunnya produktifitasnya

o Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri, pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat UNEP.

o Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah

salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria

danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah.5

3. Kerusakan ekosistem pantai

Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran pantai. Penyebab- penyebab tersebut bisa

dikarenakan faktor alam dan juga faktor aktivitas manusia. Di 5http://belajarbiologionlinemudah.blogspot.co.id/2015/04/ancamandanupayaperli ndunganekosistemestuaria.html?m=1

bawah ini adalah beberapa penyebab pencemaran pantai dan pesisir yang terjadi di Indonesia.

a. Abrasi Pantai

Abrasi yang disebut juga dengan erosi pantai, adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan garis pantai yang lama. Abrasi ini disebabkan oleh faktor alam seperti tiupan angin di atas laut yang menghasilkan gelombang dan juga arus laut yang kuat. Gelombang laut yang besar dan terjadi sacara terus- menerus dapat mempercepat proses abrasi. Selain mengurangi jarak laut dengan daratan

sehingga lahan penduduk pesisir menjadi sempit, abrasi juga menggusur tempat berkumpulnya ikan perairan pantai sehingga menyulitkan nelayan untuk mencari ikan di tepi laut.

b. Penebangan hutan mangrove

Masyarakat pesisir pantai menebang hutan mangrove untuk dijadikan pertambakan. Selain itu, kayu- kayu dari pohon mangrove juga dijual dan dijadikan pondasi

bangunan. Kegiatan tersebut sangat mengganggu regenerasi

Dalam dokumen Makalah indonesia hanisa dan tifany mipa (Halaman 12-51)

Dokumen terkait