• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan jual beli secara umum sebelumnya sudah banyak diteliti. Dari sepengetahuan peneliti belum ada karya ilmiah yang membahas tentang Jual Beli Secara Ijon dalam

Perspektif Sosiologi Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Sambogunung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik).

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan perbandingan bagi penelitian ini antara lain yaitu:

Pertama, skripsi dari Rudi Kurniawan Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah-Buahan secara Borongan (studi kasus di pasar baru buatan II, kecamatan Koto Gasib)”

penelitian ini fokus tentang praktik jual beli buah-buahan secara borongan di Pasar Baru Buatan II dan pandangan dari hukum Islam terkait jual beli tersebut. Hasil dari Skripsi ini, yaitu penjual menjual buah dengan cara buah dikemas dalam peti dan cara menghitung berat kotor dikurangi berat

18 Sudirman Tebba, Sosiologi Hukum Islam, ( Yogyakarta: UII Press Indonesia, 2003), hlm. 2

peti dengan hitungan lima kilogram, kemudian penjual mengklasifikasikan buah dalam tiga kelas (kelas atas, kelas menengah, dan juga buah komoditas kelas bawah). Untuk menghindari adanya unsur gharar, maisir, ketidakadilan, dan riba dengan cara kesepakatan dapat diganti dan ini dikategorikan dalam dua cara penggantian yaitu antara buah dengan buah dan buah dengan uang. Tinjauan hukum Islam dalam skripsi ini dikatakan bahwa jual beli tersebut terhindar dari ketidakadilan karena dilakukan demi kemaslahatan bersama, dan sistem yang diterapkan memenuhi prinsip kebolehan, sukarela, kemanfaatan. Dan itu sudah terpenuhi dalam jual beli buah-buahan secara borongan di Pasar Baru Buatan II.19

Kedua, skripsi dari Esti Faelatun Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto dengan judul “Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon Alba dengan Sistem Nyinom dalam Perspektif Hukum Islam

(studi kasus di Dukuh Kejen Desa Karangjengkol Kec. Kutasari Kab.

Purbalingga)” penelitian ini fokus tentang pandangan hukum Islam dalam praktik jual beli pohon alba dengan sistem nyinom. Hasil dari skripsi ini, yaitu dalam praktik jual beli ini berlangsung antara 5-10 tahun untuk masa kontraknya. Jika dilihat dari sisi lainnya jual beli ini tidak memenuhi syarat dalam objek akad jual beli dalam hukum Islam yaitu terdapat kesamaran dan unsur gharar dan juga menyalahi prinsip jual beli yaitu,

19

Rudi Kurniawan, “Tinjuan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah-Buahan secara Borongan (studi kasus di Pasar Baru Buatan II, Kecamatan Koto Gasib)”, Skripsi, tidak diterbitkan, Program Sarjana Universtas Islam Negeri Sultan Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, 2013, hlm. 53

adanya syarat tertentu dalam jual beli ini. Praktik jual beli pohon alba dengan sistem nyinom merupkan pengalihan nama akad dari jual beli mu‟awadah yang haram hukumnya. Pada hakekatnya dalam jual beli adalah kepemilikan yang sempurna terhadap sebuah barang dengan jalan yang terhindar dari riba. Praktik jual beli pohon alba dengan sistem nyinom di Dukuh Kejen Desa Karagjengkol Kecamatan Kutasari

Kabupaten Purbalingga lebih banyak mengandung mufsadah dari pada

maslahanya.20

Ketiga, Skripsi dari Muhammad Amin jurusan Muamalah Fakultas Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pete dengan Sistem Ijon di

Desa Pulung Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo” penelitian ini

fokus pada akad, penetapan harga, dan wanprestasi pada jual beli pete dengan sistem ijon. Hasil dari skripsi ini, pada akad jual beli pete di desa Pulung kecamatan Pulung kabupaten Ponorogo mengenai kedua bela pihak yang melakukan akad, jika dilihat dari teori fiqh tentang akad jual beli, dengan praktik langsung jual beli ijon itu diperbolehkan menurut hukum Islam, karena syarat aqid, sighat, dan ma‟qud alaih sudah terpenuhi.dalam penentuan harga jual beli pete di desa Pulung kecamatan Pulung kabupaten Ponorogo, jika dilihat teori fiqh tentang penetapan harga dengan praktik langsung para pemborong pete menentukan harga

20

Esti Faelatun, “Tinjuan Hukum Islam Terhadap Parktik Jual Beli Pohon Alba dengan Sistem Nyinom dalam Preespektif Hukum Islam (studi kasus di Dukuh Kejen Desa Karangjengkol Kec. Kutasari Kab. Purbalingga)”, Skripsi, tidak diterbitkan, Program Sarjan Institut Agama Islam Negeri, Purwokerto, 2016, hlm. 83

pete dengan sistem ijon itu diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena barang yang dibeli itu sudah jelas ada dipohon, dan kekhawatiran terhadap serangan penyakit itu sudah dihilangkan, dan semua berdasarkan kesepakatan antara kedua bela pihak. Dalam penyelesaian masalah wanprestasi pada transaksi pada jual beli pete di desa tersebut, jika dilihat dari teori fiqh dengan penyelesaian wansprestasi diperbolehkan menurut hukum Islam, karena mereka menyelesaikan wanprestasi jual beli itu dengan alasan sudah ada perjanjian diawal transaksi jual beli atau kedua bela pihak sudah sama-sama mengetahui isi perjanjian, mereka sudah saling sepakat, dan sudah menjadi „urf atau kebiasaan setempat.21

Dari peneliti terdahulu, terdapat beberapa kesamaan dalam hal praktik jual beli. Akan tetapi dalam penelitian ini akan membahas terkait praktik jual beli secara ijon, peneliti sebelumnya juga membahas terkait kesesuaian sistem ijon yang ditinjau dari hukum Islam pada umumnya, sedangkan dalam penelitian ini peneliti lebih fokus kepada berbagai sistem dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual beli mangga secara ijon, serta disangkut pautkan dengan Hukum Islam. Maka dari itu, peneliti mengambil judul dengan analisis tinjauan Sosiologi Hukum Islam.

21

Muhammad Amin, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pete dengan Sistem Ijon di Desa Pulung Kecamatan Pulung Kabupateng Ponorogo”, Skripsi, tidak diterbitkan, Program Sarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Ponorogo, 2015, hlm. 73

Dokumen terkait