Sluri Gas Bio
Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah menjadi gas bio. Gas bio merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogenik. Untuk menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen), gas bio terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Gas bio yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Sembiring, 2014).
Limbah biogas adalah bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas. Limbah tersebut dapat dijadikan pupuk organik, walaupun bentuknya berupa lumpur (sludge). Pemanfaatan lumpur keluaran biogas ini sebagai pupuk dapat
memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran biogas ini berbentuk lumpur dan telah mengalami
fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman (Pratama et al., 2014).
Pemanfaatan slurisebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas slurisisa proses pembuatan biogas lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan pada proses fermentasi di dalam
organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri biogas sudah menjadi pupuk organik cair.
Sluri adalah produk akhir pengolahan limbah berbahan kotoran sapi yang berbentuk padat dan cair yang sangat bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk tanaman. Pupuk slurijuga mengandung mikroba “pro-biotik” yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas panen(TIM BIRU, 2012).
Tabel 1. Data Penelitian Pemanfaatan Sluri Gas Bio Terhadap Pastura Campuran No
. Pupuk Dosis Hijauan
Bahan Segar Bahan Kering (%) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) 1. Sluri gas bio limbah POD kakao( 1) 7500 ml/plot Brachiaria decumbens, Brachiaria humidicola, Stylosanthes guianensis 206724, 95 kg/ha/ tahun 12208. 35 16.96 36.41 2. Sluri gas bio dari Feses Babi(2) 2000 ml /plot/2 minggu King Grass, Brachiaria decumbens, Brachiaria humidicola, dan Arachis vintoi 3027.46, 8624 kg/ha/ tahun 1079. 48,22 18.90, 166 32.12 57 3. Sluri gas bio campuran kotoran kambing dan ampas tebu(3) 600 ml/plot/ 2 minggu Digitaria milanjiana + Clitoria ternatea 5.0013 kg/ha/ tahun 91,17 19,19 25,34 Sumber : 1). Sembiring (2014) 2). Nometa (2014) 3). May Sayroh (2015)
Biji Durian
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik (2004), menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada tahun 2002 (Wahyono, 2009).
Biji durian bentuknya cukup besar bila dibandingkan dengan biji buah-buah lain dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Komposisi biji durian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia Biji Durian
No. Komposisi Kandungan
1. Karbohidrat (%) 67,40 2. Protein (%) 6,43 3. Lemak Kasar (%) 1,48 4. Gula (%) 4,89 5. Serat Kasar (%) 6,16 6. Kalsium (%) 0,92 7. Fosfor (%) 0,89 8. Air (%) 11,84
9. Energi Bruto (kkal/kg) 3775,00
Sumber : (Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara, 2001).
Hijauan Pakan Ternak
Hijauan pakan merupakan bahan pakan ternak ruminansia yang digunakan oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksinya. Ketersediaan hijaun dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik sangat menentukan produktivitas ternak ruminansia (Dhalika et al., 2006).
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing,
dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya masih sangat terbatas (Reksohadiprodjo, 1995).
Campuran Rumput dan Leguminosa
Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian penanaman secara campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut (Gardner et al, 1991) menyatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan sebagai tanaman campuran, yaitu dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies yang permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.
Disamping itu menurut (Marhaeniyanto, 2009) bahwa tanaman leguminosa di daerah tropis tumbuh lebih lambat daripada tanaman rumput, agar bisa tumbuh dengan baik, maka penanaman rumput dan leguminosa dibuat dalam jalur beselang-seling. Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa : 1) Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk mengikat N dari udara, 2) Memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan mineral lebih tinggi, 3) Daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam, 4) Tanaman campuran rumput dan leguminosa
mampu meningkatkan kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan total kenaikan berat badan lebih tinggi (Yuniar, 2013).
Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum
Stylosanthes guianensis
Stylosanthes tumbuh dan beradaptasi pada lokasi-lokasi yang panas namun beriklim lembab, dan tidak toleran terhadap kekeringan dan suhu dingin. Tumbuhan ini tumbuh pada berbagai tipe tanah, tapi umumnya dapat beradaptasi dengan baik pada tanah-tanah asam dan miskin hara yang mengandung kadar Al dan Mn tinggi. Stylosanthes digunakan sebagai pohon pelindung pada areal-areal perkebunan dan juga sebagai tanaman yang ditanam pertama kali pada sistem perladangan berpindah. Stylosanthes termasuk tumbuhan pionir yang cepat tumbuh dan banyak memproduksi biomassa. Penanaman Stylosanthes telah berhasil melindungi tanah bekas laharan dari pengaruh hujan dan aliran permukaan (Manglayang Agribusinnes Cooperative, 2005).
Kandungan protein kasarnya tidak terlalu tinggi berkisar 12-18% dari BK.Stylosanthes juga mengandung oxalat sekitar 1.72% dimana oxalat yang larut air cukuprendah yaitu 0.15%. Palatabilitasnya bervariasi, tapi umumnya hijauan mudakurang disukai ternak. Kecernaan BK-nya bervariasi 40% pada hijauan tua danbisa mencapai 70% pada hijauan yang masih muda (Soedomo, 1985).
Kadar protein akan menurun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman tetapi selain serat kasarnya semakin tinggi, maka pemotongan hijauan segar sangat erat hubungannya dengan daya cerna serta jumlah konsumsi oleh ternak yang memakannya. Mutu hijauan ditentukan oleh kadar proteinnya. Di daerah tropis, seperti Indonesia dengan curah hujan dan intensitas sinar matahari yang
tinggi mengakibatkan pertumbuhan hijauan relatif cepat daripada di daerah subtropis.Mutu hijauan erat kaitannya dengan zat gizi yang dikandungnya.
Digitaria milanjiana
Rumput Digitaria milanjiana merupakan tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, (kadang-kadang berizoma atau berumpun dengan batang berongga tegak setinggi sampai 150 cm pada saat masak, dan helai daun sepanjang 40 cm dan lebar 1,3 cm; bunga memiliki 3-12 tandan (kadang-kadang 2 dan sampai 18), panjang 8-25 cm sekitar 2 juta biji/kg.
Tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai lapisan penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan.
Di alam bebas, ditemukan tumbuh terutama pada tanah berpasir, tetapi juga pada tanah merah, hitam berat, terkadang tergenang air basa. Bertahan hidup dibawah kondisi kesuburan sedang, tetapi tumbuh baik dengan pemupukan.Sangat tahan penggembalaan dan pemotongan. Palatabilitas yang sangat baik dan menyebabkan daya tahan hidup yang rendah pada kondisi penggembalaan berat.
Komposisi zat makanan rumput Digitaria milanjiana PK sekitar 8-12%, dan rata-rata kecernaan BK pada umur 4-8 minggu sekitar 64-67%. KecernaanBK
pada
Clitoria ternatea
Clitoria ternatea sangat cocok tumbuh bersamarumput-rumputan yang tinggi seperti rumputGajah, rumput Raja, Andropogon pertusus,sorghum dan lain sebagainya. Hasil beratkering Clitoria ternatea di Zambia mencapai 3.330kg BK ha-1 pada tahun pertama pertumbuhandari bulan Maret sampai dengan Juni. Produksiberat kering dapat mencapai 13.350 kg BK ha-1th-1 apabila budidayaC. ternatea dilaksanakandi lahan dengan irigasi yang baik bahkan ton BK ha-1th 1. Produksinya dapatmencapai 30. Kandungan protein kasarmencapai 10.5% sampai dengan 25.5% dariberat kering. C.ternatea memiliki sifat-sifat agronomis berakar dalam, panjang, sebagai leguminosa memanjat, daunnya memiliki 5 liflet, dan bunganya biru pekat. Kemampuannya beradaptasi pada pH 5.5-8.9 sangat baik dan mampu hidup baik pada tanah berkapur(Gomez dan Kalamani, 2003).
Kembang telang beradaptasi dengan baikpada kisaran tanah berpasir, lempung, dan liat yang berat. Tahan terhadapkekeringan (curah hujan 500-900 mm), tahanterhadap salinitas dan mampu berkompetisidengan baik terhadap gulma. Sebagai tanamanpenutup tanah, kembang telang (C. ternatea)mampu menutup tanah dengan baik pada umur4 – 6 minggu setelah tanam. Tumbuh baikbersama rumput-rumputan yang tinggi sepertirumput Guinea dan rumput Gajah(Tmannetje dan Jones, 1992).
Pemanfaatan bunga telang sebagai cover crop dan pakan ternak banyak dilakukan di Australia dan Brasil. C. ternatea mampu memberikan hasil hijauan keringtertinggi, dan sangat responsif terhadap penggunaan pupuk organik.
Kebutuhan Unsur Hara bagi Tanaman
Kebutuhan unsur hara untuk daerah tropis adalah unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak (konsentrasi 1000 mg/kg bahan kering). Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit (konsentrasi kurang dari atau sama dengan 100 mg/kg bahan kering). Unsur hara makro dibutuhkan tanaman dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar, dibandingkan dengan unsur hara mikro bahwa batas perbedaan unsur hara makro dan mikro adalah 0,02 % per mg bahan kering (Sutedjo, 2002).
Pemupukan
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman (Sarief, 1985). Menurut Suryono, dkk (2006) pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan ke dalam tanah untuk menaikan produktivitas tanah dalam keadaan lingkungan yang baik. Karena pada lingkungan yang tidak sesuai efek pemupukan akan berkurang pula.
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah,menaikkan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhansecara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperanpenting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono, 2008).
Hardjowigeno (1993) mengemukakan bahwa hal - hal yang perlu diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman.
Banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pemupukan untuk pertumbuhan yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia di dalam tanah. Jika terjadi kekurangan hara maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan mengalami defisiensi hara tertentu (Risza, 1994).
Kualitas Pupuk Organik
Faktor rasio C/N sangat menentukan besarnya produksi gas metana karenakebutuhan unsur C (Carbon) dapat dipenuhi dari karbohidrat, lemak, dan asamasamorganik, sedangkan kebutuhan N (Nitrogen) dapat dipenuhi dari protein,amoniak dan nitrat. Apabila C/N tinggi berarti kadar C sangat berlebihan, yangberakibat mikrobia yang menggunakan bahan tersebut kekurangan unsur N untukmetabolisme berlangsung lambat. Lambatnya perkembangan jumlah mikrobia,berakibat menurunnya produksi gas metana pada digester. Sebaliknya apabilabahan organik mempunyai C/N rendah, misalnya pemberian pakan yangmengandung protein tinggi atau penambahan urea maka unsur karbon habissetelah fermentasi, sehingga sisa nitrogen yang ada pada bahan akan hilangsebagai gas amoniak (NH3). Perbandingan rasio C/N substrat yang ideal untukproses dekomposisi anaerob pembentukan gas metana berkisar antara 25 sampai35 dengan perbandingan terbaik adalah 30. Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, prosesanaerob juga memberikan beberapa keuntungan yaitu
menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik.
Persyaratanpupuk organik yang siap digunakan yaitumemiliki karakteristik, tidak berbau, berwarnacoklat gelap hingga hitam, dan bertekstur remah.Salah satu cara yang dapat dilakukan agarslurigas bio dapat dimanfaatkan sebagai pupukorganik dengan kualitas yang baik yaitumengolahnya melalui pengomposan (Tanti et al., 2013).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Slurigas bio yang merupakan hasil samping dari teknologi gas bio dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah layaknya pupuk kandang, Sluri bermanfaat untuk pemupukan tanaman sayuran, buah-buahan dan pohon/tanaman keras. Sluri gas bio memiliki keunggulan bila dibandingkan pupuk kandang atau kompos yaitu sluri memiliki unsur hara yang dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman (Pakpahan, 2005).
Pemanfaatan sluri gas bio sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran gas bio ini telah mengalami fermentasi anaerob rata rata untuk input feses ternak 30 hari sehingga benih gulma yang terikut pada feses dipastikan mati serta feses telah terurai lebih sederhana dan nutrisinya dapat diserap tanaman. Sluri sebagai pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur makro dan mikro. Suzuki et al, (2001) menunjukkan bahwa slurigas bio kaya akan unsur makro yaitu N, P , dan K serta unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn.
Pada umumnya kapasitas unit gas bio yang dimanfaatkan oleh masyarakat/peternak di Indonesia adalah 3000 L. Unit gas bio kapasitas ini setiap harinya akan menghasilkan gas yang mencukupi kebutuhan energi satu kepala keluarga untuk memasak yaitu sekitar 1,25 m3 (Ginting, 2010). Kapasitas ini memerlukan sekitar 2-3 ekor sapi atau 15 ekor kambing untuk pengisian input. Sebagai hasil samping unit gas bio tersebut adalah sluri sekitar 100 liter sluri/hari.
Menurut Ginting dan Mustamu (2012) setiap 250 ml sluri setara dengan 2,5 g NPK.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat diperoleh dari media tanam. Namun, biasanya unsur hara terdapat di dalam media tanam tidaklah lengkap dan tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman, oleh karena itu, diperlukan tambahan unsur hara berupa pupuk. Pemberian pupuk secara rutin dan berkala serta dengan dosis yang tepat sangat menunjang petumbuhan tanaman. Sebaliknya, pemberian pupuk yang berlebihan dan tidak tepat dosis akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian (Aries, 2005).
Menurut Lazcano et al., (2008) kotoran ternak merupakan sumberdaya alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Bahan dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sluri) dapat dijadikan sebagai pupuk organik.
Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan Sumatera. Data Biro Statistik (2004), menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada tahun 2002 (Wahyono, 2009). Berdasarkan Data Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2015), menunjukkan bahwa produksi durian pada tahun 2013 dan 2014 adalah 79.994 dan 80.441 ton.
Buah durian dapat dimakan dagingnya hanya sekitar 20-35 %, sisanyaberupa kulit 60-75%, dan biji 5-15 % yang terbuang sebagai
sampah.Umumnya kulit serta biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil sajadimanfaatkan sebagai pakan ternak atau bahkan dibuang begitu saja(Bernardinus, 2001).
Biji durian merupakan bahan organik yang sangat mudah diperoleh dikarenakan produksi buah durian yang tinggi khasnya di Sumatera Utara. Produktivitas yang tinggi pada buah durian juga menghasilkan biji durian yang tinggi. Hal ini dikarenakan durian adalah tanaman endemik di sumatera utara, hampir di setiap kabupaten masyarakat mempunyai tanaman durian sehingga buah durian tersedia sepanjang tahun, apabila tidak dipergunakan atau dimanfaatkan maka berpotensi sebagai pencemar lingkungan, sehingga dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang diharapkan berguna bagi tanaman, dan meperbaiki sifat kimia tanah. Penelitian pemanfaatan biji durian serta feses kambing sebagai input unit gas bio. Sluri yang dihasilkan merupakan pupuk cair siap pakai.
Hijauan memerlukan pupuk organik sebagaimana tanaman lainnya. Selain itu ketersediaan pupuk organik akan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk anorganik dalam pengadaan hijauan makanan ternak khususnya bagi ternak ruminansia.
Atas dasar informasi diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai pemanfataan sluri gas bio feses kambing dan biji durian terhadap kualitas nutrisipastura campuran.
Tujuan Penelitian
- Mengetahui pengaruh pemanfaatan sluri gas bio feses kambing dan biji durian terhadap kualitas nutrisi (protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar) dari hijauan pakan ternak.
Hipotesa Penelitian
Pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian dapat meningkatkan kualitas nilai nutrisi hijauan pakan ternak yang diukur dari protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar.
Kegunaan Penelitian
- Memberikan manfaat bagi petani, peternak, dan pemerintah dalam mengatasi masalah pakan ternak.
- Sebagai sumber informasi baik akademisi maupun praktisi peternakan.
- Mengurangi potensi limbah samping peternakan yaitu feses kambing dan biji durian.
- Memberikan nilai tambah bagi petani/peternak dari hasil pengolahan limbah feses kambing dan biji durian.
- Penelitian diharapkan sebagai rujukan dalam upaya peningkatan ketersediaan hijauan makanan ternak serta dapat digunakan sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
ABSTRAK
MHD. ADANAN PURBA, 2016 : Pemanfaatan Sluri Gas Bio Dengan Input Feses Kambing Dan Biji Durian Terhadap Kualitas Nutrisi Pastura Campuran. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan HAMDAN.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap kualitas nutrisi pastura campuran. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dimulai dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2016. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi Spilt Plot Design. Perlakuan terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I jenis pastura campuran (RL), yaitu RL 1 Digitaria milianjana dan Stylosanthes guayenensis RL 2 Digitaria milianjana dan Clitoria ternatea. Faktor ke II dosis pupuk sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian. P0 = tanpa pupuk, P1 = dosis 20 ton/ha/thn, P2 = dosis 30 ton/ha/thn, P3 = dosis 40 ton/ha/thn. Peubah yang diamati adalah kandungan protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pastura campuran memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Pemberian sluri gas bio dengan berbagai dosis memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Pemberian sluri gas bio dapat meningkatkan kualitas nutrisi kandungan protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar pastura campuran. Pemberian dosis 40 ton/ha/thn memberikan hasil kualitas nutrisi pastura campuran paling baik.
ABSTRACT
MHD ADANAN PURBA, 2016:Utilization of Bio-gas Slurry With Goat Faeces Input and Durian Seeds Against Nutritional Quality of Pasture Mixture. Supervised by NURZAINAH GINTING and HAMDAN.
This study aims to look at the effect of bio-gas slurry with goat faeces input and durian seeds against nutritional quality of pasture mix. The research was carried out in field trials of Animal Science Studies Program, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from March to August 2016. The design used in this research is the design of plots Divided Spilt Plot Design. The treatment consists of two factors and three replications. Factor I kind of pasture mixture (RL), namely RL 1 Digitaria milianjana + Stylosanthes guayenensis and RL 2 Digitaria milianjana + Clitoria ternatea. Factor II dose of bio-gas slurry fertilizer with goat feces input and durian seeds. P0 = without fertilizer, P1 = dose of 20 tonnes / ha / yr, P2 = dose of 30 tonnes / ha / yr, P3 = dosage of 40 tonnes / ha / yr. The parameters measured were crude protein, crude fiber, and crude fat.
The results showed that the type of pasture mixture gives significant effect on crude protein, crude fiber, and crude fat. The provision of bio-gas slurry with various doses give a real influence on the content of crude protein, crude fiber, and crude fat. The provision of bio-gas slurry can improve the nutritional quality of crude protein, crude fiber, and crude fat of pasture mix. Giving a dose of 40 tonnes / ha / yr yields the best nutritional quality of pasture mix.