• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi daun kelor (Moringa oleifera )

Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil),Sub Kelas: Dilleniidae, Ordo: Capparales, Famili:Moringaceae, Genus:Moringa, Spesies:Moringa oleifera (Guevara et al., 1999).

Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di daerah bersalju ringan. Kelortahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500 mm. Meskipun lebih suka tanah kering lempung berpasir atau lempung, tetapi dapat hidup ditanah yang didominasi tanah liat(Guevara et al., 1999).

Moringa oleifera (sinonim: Moringa pterygosperma gaertner) yang kita kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas spesies genus Moringacae. Diduga memiliki asal-usul di Agra dan Oudh, terletak

di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan.Nama "Shigon" untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada awal abad pertama Masehi.Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di India sejak ribuan tahun yang lalu.Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk tujuan pengobatan.Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan Kelor sebagai pakan ternak.

Meskipun merupakan tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun Kelor hadir di semua negara-negara tropis.Saat ini Kelor dibudidayakan di seluruh Timur Tengah, dan di hampir seluruh daerah tropis.Pertama kali diperkenalkan di Afrika Timur dari India pada awal abad 20. Di Nikaragua, Kelor dikenal dengan nama Marango dan diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai tanaman hias dan untuk digunakan sebagai pagar hidup. Pohon Kelor tumbuh sangat baik dan paling sering ditemukan di bagian Pasifik Nikaragua, tetapi Kelor pun dapat ditemukan di kawasan hutan di setiap negara bagiannya.

Sumber lain menyebutkan, Kelor merupakan tanaman asli dari wilayah barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia (Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina, Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia (Sakuraib H, 1999).

Kelor(Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 -12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang.Perbanyakan bisa

secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanamsebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau lading (Makkar and Becker, 1996).

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Daun Kelor (Moringa oleifera )dalam bentuk kering

Nama Sampel PK BK SK LK KA ME

Daun Kelor 23,03 40,98 14,94 4,92 59,02 3,531

Sumber; Loka Penelitian Kambing Potong (2016).

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci

Kelinci dijinakkan sejak tahun 2000 tahun yang silam dengan tujuan keindahan, penghasil daging, kulit (fur), wol dan hewan percobaan. Kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang tinggi sehingga mampu dikembangkan hampir diseluruh dunia. Bahkan kelinci bisa berkembang didaerah dengan populasi penduduk yang relatif tinggi. Sistem pencernaannya sederhana dengan ceacumdan usus besar sehingga memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.

Bangsa kelinci mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Kelas : Mamalia, Ordo : Lagomorpha, Famili : Leporidae, Subfamili: Leporine, Genus : Lepus, Orictolagus, Spesies : Lepus sp, Orictolagus sp(Susilorini, 2008).

Seekor kelinci bias menghasilkan anak dengan kisaran 48-74 ekor dalam setahun lebih banyak dibandingkan dengan sapi (0,9), domba (1,5) dan kambing (1,5), seperti yang tertera dalam kelinci mempunyai konversi daging yang cukup tinggi dibandingkan ternak lain yaitu 29%.

Bibit kelinci yang dipelihara adalah jenis kelinci New Zealand White. Jenis ini merupakan salah satu jenis kelinci pedaging yang memiliki pertambahan bobot badan yang baik. Dalam memilih bibit biasa dilihat dari beberapa aspek tampilan tubuh jenis dan umur. Ciri-ciri tampilan tubuh yaitu sehat, bentuk badan baik, kaki lurus tidak bengkok, telinga tegak, bulu mengkilap, dan mata bersinar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur (2009) bahwa bibit kelinci yang baik yaitu penampilan secara umum Nampak tegap, gerakannya lincah, bulu halus mengkilap dan tidak rontok, pandangan mata tajam, nafsu makan baik, kaki tidak bengkok tampilan lurus tegap dan kokoh menyangga badan dan ekor naik mengikuti arus tulang punggung.

Gambar 2. Janis kelinci New Zealand whiteJantan

Kelinci merupakan ternak pseudo-ruminantyaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat kasar dengan baik. Menurut Tillman et al., (1991), kelinci mampu mencerna serat kasar dari 10-12% dari berat kering pakan, kemampuan kelinci mencerna serat kasae dan lemak bertambah setelah kelinci berumur 5-12 minggu.kelinci memfermentasikan pakan diusus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi diceacum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih mencapai 50% dari seluruh kapasitas seluruh pencernaan (Sarwono, 2001).

Kelinci merupakan ternak yang cocok dipelihara dinegara berkembang dan mulai memanfaatkan kelinci sebagai sumber daging. Selain itu, kelinci juga memiliki potensi: 1), ukuran tubuh yang kecil, sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2), tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, 3), umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4), kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5), masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak sapih), (El-Raffa, 2004).

Kelinci memiliki tabiat menarik sekali dan juga sangat menarik dan juga sangat penting yaitu makan tinjanya (proses ini disebut Coprophagy). Kelinci mengeluarkan 2 macam tinja. Pada siang hari, butir tinja keras dan kering. Akan tetapi pada malam hari dan pagi hari, tinja lembek dan berlendir. Komposisi kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras. Kotoran lunak diselaputi mukosa, mengandung sediit bahan kering (31%) tetapi tinggi dalam protein (28,5%) kalau dibandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53% bahan kering dan 9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin B (Smith dan Mangoewidjojo, 1988).

Konsumsi daging sangat ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Saat ini kalangan tertentu menghendaki daging dengan kandungan kolestrol rendah.Selera konsumen sudah mengarah pada memilih daging yang kurang beresiko terhadap kesehatan konsumen. Kadar kolestrol daging kelinci lebih rendah (39%) dibandingkan daging ternak lain seperti sapi (50%), domba (59%) dan kambing (61%) (Masanto dan Agus, 2010).

Daging kelinci memilikikadar gizi yang tinggi yaitu protein sebesar 20,8% dan lemak yang rendah sebesar 10,2%, dibandingkan ternak lain seperti sapi

memiliki protein lebih rendah sebesar 16,3% dan lemak tinggi sebesar 22% seperti yang tertera dalam tabel 2.

Tabel 2. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya

Jenis Ternak Protein (%) Lemak (%) Kadar Air (%) Kalori (%)

Kelinci 20,8 10,2 67,9 7,3 Ayam 20,0 11,0 76,6 7,5 Anak sapi 18,8 14,0 66,0 8,4 Kalkun 20,1 28,0 58,3 10,9 Sapi 16,3 22,0 55,0 13,1 Domba 15,7 27,7 55,8 13,1 Babi 11,9 40,0 42,0 18,9 Sumber : Sarwono (2007).

Pakan kelinci antara lain wortel, sayur-mayur dan tumbuhan lainnya. Kelinci termasuk hewan herbivore.Selain sayuran, kelinci makan rumput, bekatul, ampas tahu dan gandum.Kelinci termasuk dalam hewan malam hari, yaitu hewan yang banyak melakukan kegiatan di malam hari.Jadi saat menjelang malam, makanan dan minum harus tersedia lebih banyak dibandingkan siang hari, sedangkan disiang hari lebih banyak beristirahat (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Temperatur yang ideal didalam kandang kelinci berkisar antara 15-16o.Meskipun demikian, pada temperatur 10-30oCternak kelinci masih dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik.Pada temperatur yang sangat rendah dibawah 10oC ternak kelinci berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak sehingga berakibat “over consumption”.Anak-anak kelinci yang dilahirkan pada suhu dibawah optimal mengalami kelainan ginjal (nephritis) dan menggigil. Sebaliknya, pada temperatur yang terlalu tinggi (diatas 30oC) terutma jenis kelinci New Zealand White menunjukkan sulit bernapas (panting) dan fertilitas pejantan menurun. Temperatur di atas 30OC mempunyai efek negatif terhadap fertilitas (kualitas semen kelinci jantan rendah) dan meningkatkan kematian embrio dini.Sedaangkan pada temperatur di bawah 10oC menyebabkan gangguan pada

kelinci muda dan menaikkan biaya pakan setiap unit bobot badan (Kartadisastra, 1997).

Sistem Pecernaan Kelinci

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat kasar secara baik, kelinci memfermentasi pakan diusus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi diceacum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan.Sekitar umur tiga minggu kelinci mulai mencerna kembali kotoran lunaknya, langsung dari anus (proses ini disebut caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran ini terdiri atas konsentrat bakteri yang dibungkus oleh mucus. Walaupun memiliki ceacum yang besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organic dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni.

Daya cerna mengkonsumsi hijauaan daun mungkin hanya 10% (Sarwono, 2007).

Gambar 3. Sistem pencernan kelinci New Zealand WhiteJantan

Asam-asam lemak terbang (VFA= Valatie Fatty Acid s) hasil fermentasi oleh mikroba dalam ceacum diperkirakan menyumbang 30% dari kebutuhan energy untuk pemeliharaan tubuh. Selanjutnya, kelinci mampu mencerna protein

pada tingkat lebih tinggi dari pada herbivora lain. Hal inimungkin berhubungan dengan sifat-sifat caecotrophy (memakan kotoran sendiri) yang dimiliki oleh kelinci. Kemampuan kelinci mencerna serat kasar (ADF= Acid Detergent Fiber) dan lemak semakin bertambah setelah kelinci berumur 5-12 minggu. Pencegahan caecotrophy pada kelinci umur 6-8 minggu menyebabkan penurunan pertumbuhan dan penurunan kemampuan daya cerna protein 77% menjadi 60%.

Pembuangan ceacum melalui pembelahan menghasilkan pembesaran colon (usus besar). Ternyata kelinci tanpa ceacum tidak melakukan ceacotrophy.

Komposisi kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras yang dikeluarkan. Kotoran lunak tetapi tinggi dalam protein (28,5%) kalau dibaandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53% bahan kering dan 9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin B (Parakkasi1983).

Kebutuhan Pakan Dan Nutrisi Ternak Kelinci

Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kerja sistem tubuh kelinci, pakan yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang baik dan seimbang. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara pemberian pakan yang bervariasi. Pakan yang diberikan untuk kelinci sedikitnya mengandung unsure gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat kasar, kadar garam, mineral dan air. Pemberian air yang cukup juga dapat membantu memperbaiki sistem

metabolisme tubuh kelinci jangan sampai telat atau kehabisan (Masanto dan Agus, 2010).

Pakan bagi ternak sangat besar peranannya, pemberian pakan yang seimbang diharapkan dapat memberikan produksi yang tinggi.Pakan yang

diberikan hendaaknya memiliki persyaratan kandungan gizi yang lengkap seperti protein, karbohidrat, mineral, vitamin, digemari ternak dan mudah dicerna (Anggorodi, 1990).

Protein dalam ransum ternak mempunyai peranan penting diantaranya untuk pembentukan jaringan tubuh, misalnya urat-urat, daging dan kulit. Selain itu, protein juga berfungsi memproduksi air susu, pertumbuhan badan dan pertumbuhan bulu. Kekurangan protein pada ternak kelinci dan hewan lainnya

dapat menghambat pertumbuhan sehingga tubuh ternak tidak normal (Rukmana 2011).

Berikut tabel kebutuhan ransum pada kelinci lepas sapih: Tabel.3. Kebutuhan Nutrisi Kelinci Lepas Sapih

Zat Pakan Jumlah (%)

P (%) 12 – 19 Lemak (%) 2,5 – 4 Serat Kasar (%) 11 – 14 Energy (%) 2005 – 2900 Kalsium (%) 0,9 – 1,5 Phospor (%) 0,7 – 0,9 Air (%) 12

Sumber: AAK (1980), Mansur (2009), Masanto (2009).

Menurut Rasyaf (1990), energy merupakan unsure yang penting bagi ternak. Bila energy kurang, protein akan diubah menjadi energi dan energi mempunyai cadangan dalam bentuk lemak. Energi berkaitan erat dengan konsumsi protein. Dimana kebutuhan protein berbeda sesuai dengan umur, tipe dan macam ternak tersebut. Singh (1997), mengemukakan bahwa, pakan kelinci terdiri dari 3% lemak. Penambahan lemak sekitar 6% dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan kelinci. Penambahan lemak akan meningkatkan energy pakan, tetapi tidak ekonomis.

Jumlah makanan kelinci perhari/ekor: a), bobot 5kg : 200g, b), bobot 3kg : 160-170g, c), bobot 2,5kg : 120g, d), bobot 7,5kg : 270g, (Reksohadiprojo, 1984). Teknologi pengolahan pakan Berbentuk Pelet

Merupakan jenis pakan berbentuk padat yang terdiri atas campuran dari berbagai jenis pakan. Beberapa komponen penyusun khusus kelinci ini diantaranya ampas tahu, bekatul, jagung, biji-bijian atau kacang-kacangan dan pakan hijauan. Karena kandungaan gizinya yang cukup lengkap, dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi kelinci. Penggunaan pakan juga lebih praktis dan dapat membuat kandang tetap terjaga kebersihannya. Pasalnya, pakan tidak akan banyak berceceran dan kering. Bagi peternak kelinci yang berminat membeli pakan dapat dapat mencarinya dibeberapa peternak kelinci yang memproduksi . Namun, untuk menghemat biaya, juga bisa juga dibuat atau diolah sendiri (Priyatna, 2011).

Untuk membuat pakan bentuk crumbleatau dari pakan bentuk tepung maka harus dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian kepadatan atau kerekatannya jika mau dibuat pakan bentuk . Caranya ambil pakan berbentuk secukupnya lalu dijemur. Setelah kering, kalau yang dihasilkan keras dan tidak mudah pecah berarti baik. Namun jika kurang keras dan mudah pecah maka dapat diberikan perekat sintesis(white pellard) atau tepung tapioca. Penambahan bahan tersebut bertujuan untuk membantu tingkat kekerasan seperti yang diinginkan (Rasidi, 2002).

Berikut adalah tabel bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun kelinci beserta kandungan nutrisinya :

Tabel 4. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun pelet Nama bahan PK (%) EM (kkal/mg) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%) Dedak padi 12 1650 13 12 0,12 0,21 T. jagung 8,6 3370 2 3,9 0,01 0,1 B. kedelai 45 2240 6 0,9 0,32 0,29 B. kelapa 18,58 2212 15 1,8 0,18 0,56 Ultra Mineral 0 3370 0 0 50 25 M. nabati 0 8600 0 100 0 0 Molasses 0,65 2330 0,38 0,08 1 01 Sumber: Parakkasi (1999)

Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak (2013) Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2013)

Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum dipotong/disembelih.Semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka semakin tinggi pula bobot potong. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh (Muryanto dan Prawirodigdo 1993). Potongan komersil kelinci juga sangat dipengaruhi oleh bobot potongnya (Herman, 1983).Pertumbuhan dapat terjadi karena peningkatan jumlah dan pertambahan ukuran sel tubuh, proses tersebut terjadi sejalan dengan umur dan kondisi ternak(Yurmiaty 2006).

Sebelum penyembelihan dilakukan, sebaiknya dilakukan starving yaitu perlakuan terhadap kelinci, dimana kelinci tersebut tidak diberi pakan selama 6-10 jam. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengosongkan usus yang akan menentukan besarnya persentase karkas. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan khususnya pada daerah tropis, maka selama perlakuan ini kelinci harus mendapatkan air minum yang

cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Penyembelihan pada kelinci prinsipnya adalah sama dengan ternak lainnya yakni memutuskan saluran darah balik (Vena Jugularis) pada bagian antara kepala dan leher untuk menghasilkan daging dan kulit yang berkualitas tinggi. Penyembelihan dapat dilakukan oleh dua orang, seorang memegang ternak dan seorang lagi menyembelihnya, tetapi orang yang sudah perpengalaman melakukannya sendiri.Penyembelihan dilakukan dengan pisau yang cukup tajam dan diarahkan pada leher untuk memutuskan Vena Jugularis. Kemudian setelah selesai disembelih, kelinci segera digantung dengankaki belakang kearah atas untuk mempercepat pengeluaran darah (Kartadisastra, 1997).

Perbedaan jumlah kandungan nutrisi dalam masing-masing pakan perlakuan mempengaruhi tingkat pertumbuhan.Kandungan nutrisi dalam pakan dinilai memberikan pengaruh yang baik terhadap bobot akhir kelinci.Dalam penelitian ini menggunakan pakan perlakuan dengan komposisi nutrisi yang berbeda-beda. Jadi semakin baik kualitas ransum akan meningkatkan bobot hidup kelinci maka kemungkinkan hasil bobot potongnya akan lebih tinggi juga (Ali et al., 2010),.

Bobot Karkas Dan Persentase Bobot Karkas Kelinci

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan daging bersama tulang, hasil pemotongan setelah dipisah dari kepala, kaki, kulit, darah dan pengeluaran isi rongga perut.Rahman (2014), sedangkan persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan urin) dikali 100%, Santoso (2010).

Karkas pada ternak kelinci diperoleh dari hasil penimbangan dari daging bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi rongga perut, darah, ekor dan kulit. Besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki bentuk badan bulat, Berbadan lebar padat dan singset menunjukkan keadaan fisik yang prima dan bertenaga kuat mencerminkan kandungan dagingnya yang banyak dan merupakan penghasil daging yang baik (Sarwono, 2001).

Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang sudah disembelih dipisahkan kepala, jari sampai pergelangan kaki, kulit, ekor, jeroan (usus, jantung, hati dan ginjal). Menurut pembagiannya, karkas ternak kelinci dapat dipotong sesuai dengan porsinya masing-masing menjadi enam potong yaitu:

- Dua potong kaki depan

- Dua potong bagian dada sampai leher - Dua potong kaki belakang

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya, karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin (Kartadisastra, 1998).

Persentase bobot karkas adalah perbandingan bobot karkas dan bobot hidup yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya,

karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga dipengaruhi umur potong dan jenis kelamin (Soeparno 1994).

Faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah umur, jenis dan pakan (lemak dan protein) dan kelinci New Zealand White yang digunakan umur 2 bulan dan bobot potong 1674-1858 g/ekor (Supriyadi 2013).

Proporsi bagian-bagian karkas ini dipengaruhi oleh proporsi jaringan tulang, daging dan lemak.Kenaikan persentase bagian karkas ini sejalan dengan kenaikan persentase karkas.Meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa rataan persentase bagian-bagian karkas daging kelinci, pada persentase daging paha belakang, punggung, leher dada dan perut jantan lebih tinggi dari betina (Hafid 2005).

Faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah umur potong dan jenis kelamin.Kelinci jantan umur 5 bulan menghasilkan karkas 46% dan betina 44%.Kelinci jantan umur 8 bulan menghasilkan karkas sebesar 50% dan betina55%.Seekor kelinci jantan dapat menghasilkan karkas sebanyak 43-52% dan betina 50-59% dari berat hidupnya (Soeparno, 1994).

Persentase Daging dan Tulang

Persentase bobot daging dan tulang dihitung berdasarkan perbandingan antara masing-masing berat daging dan tulang dengan bobot karkas dikali 100%

.

Rasio daging dan tulang diperoleh berdasarkan perbandingan total bobot daging dan totalbobot tulang (Sudjana 1989).

Daging Kelinci dapat dilihat pada jenis dan umur kelinci yang perlu diperhatikan. Dari pengalaman para peneliti diketahui, kelinci jenis flemis giant, Chinchilla, dan New Zealand White, berusia antara 4 – 6 bulan, disebut-sebut yang paling pas dipilih untuk keperluan ini dan memiliki protein 30-40%.. Di samping tekstur dagingnya yang empuk dan seratnya yang halus, rasanya pun agak manis, khas daging kelinci (El-Raffa, 2004).

Faktor kondisi ternak pada saat pemotongan dapat menyebabkan perbedaan komposisi kimia daging yang dihasilkan.Bobot karkas adalah salah satu refleksi kondisi ternak.Bobot karkas dipengaruhi oleh interaksi antar bangsa dan pakan yang menunjukkan bahwa efisiensi pemanfaatanenergi, protein dan mungkin mineral pakan secara relatif berbeda di antara bangsa dan perlakuan pakan, tetapi tidak selalu direfleksikan terhadap perbedaan komposisi kimia daging (Soeparno, 1992).

Eviaty (1982)menyatakan bahwa jaringan tulang dari semua potongan karkas mengalami pertumbuhan relatif dini dan persentase bobot jaringan tulang akan berkurang dengan bertambahnya bobot masing-masing potongan karkas. Persentase bobot tulang karkas akan berkurang dengan meningkatnya bobot tubuh kosong maupun persentase daging.Lawrie (2003) dan Hafid (2011) yang menyatakan bahwa proporsi tulang menurun dengan bertambahnya besar bobot karkas.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging kelinci memiliki kadar protein tinggi, yakni 20,10%, dengan kadar lemak, kolesterol dan energi yang rendah (Dwiyanto, Sunarlindan Sitorus, 1985), sedangkan menurut Sartika (1995) kandungan protein tinggi 25%, rendah lemak 4%, kadar kolesterol daging juga rendah yaitu 1,39 g/kg dan seekor kelinci dapat menghasilkan daging 50-60% setiap kg bobot badan. Kelinci mengkonsumsi hijauan dan pakan konsentrat (Lestari, 2004).

Kombinasi antara modal kecil, jenis pakan yang mudah dan perkembangbiakancepat sehingga cepat pula menghasilkan produk, menjadikan budidaya kelincisangat relevan dan cocok sebagai alternatif usaha bagi petani dengan lahan terbatas dan tidak mampu memelihara ternak besar (Lestari, 2004) Kemampuan kelinci menggunakan berbagai jenis pakan,memudahkan kelinci untuk dipelihara diberbagai tempat dengan memanfaatkan potensi sumber daya pakan lokal. Diharapkan dengan budidaya kelinci,petani peternak mampu meningkatkan pendapatan selain itu juga akan meningkatkan asupan gizi keluarga atau masyarakat. Hijauan untuk pakan kelinci diberikan dalam bentuk segar. Kemampuan kelinci mencerna serat kasar dan lemak makin bertambah setelah kelinci berumur 5-12 minggu.Meskipun demikian serat kasar banyak memberikan pengaruh terhadap performan ternak yang diberi pakan tersebut. (Subroto 2000) menyatakan bahwa pakan sumber serat secara signifikan dapat mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan.Salah satu faktor yang mempengaruhi daya cerna adalah kandungan serat kasar pakan.Semakin

tinggi kandungan serat kasar pakan maka daya cernanya semakin rendah (Ensiminger, 1990).

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksi cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 8–10 ekor anak pada umur 8 minggu,bobot badannya dapat mencapai 2 kg atau lebih. Secara teoritis, seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kg dapat menghasilkan 80 kg karkas pertahun. Kelinci-kelinci yang popular untuk dikembangkan di Indonesia adalah jenis New Zealand White dan California (Putra dan Budiasana, 2006). Jenis kelinci New Zealand White yang berasal dari New Zealandmemiliki ciri-ciri bulunya putih

Dokumen terkait