• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun 2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas (Supiyati., dkk, 2012).

Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar seperti permukiman, pertanian dan industri diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar.Aktivitas permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Kegiatan pertanian terutama akibat menggunakan pupuk dan pestisida akan mempengaruhi kualitas air sungai melalui buangan dari lahan pertanian yang masuk ke badan air. Proses penyemprotan di lahan pertanian, sekitar 3-30% dari bahan aktif pestisida mencapai target yang dituju baik itu daun, bunga atau yang lain. Sedangkan sisanya sekitar 70% akan terbuang dan hanyut bersama aliran air sehingga menyumbang terjadinya pencemaran air di perairan. Perubahan tata guna lahan yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air (Agustiningsih., dkk, 2011).

Parameter Kualitas Air Faktor Fisika

Suhu

Suhu air mempunyai pengaruh yang nyata terhadap proses pertukaran atau metabolisme makhluk hidup. Selain mempengaruhi proses pertukaran zat, suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen yang terlarut adalam air, juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Dalam berbagai hal suhu berfungsi sebagai syarat rangsangan alam yang menentukan beberapa proses seperti migrasi, bertelur, metabolisme, dan lain sebagainya. Diperairan lokasi budidaya ikan sistem karamba mempunyai kisaran suhu antara 27 - 30°C. Ikan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25- 32°C, tetapi dengan perubahan suhu yang mendadak dapat membuat ikan stress (Pujiastuti dkk, 2013).

Suhu dinyatakan dengan satuan derajat celsius (o C) atau derajat fahrenheit (o F) Peningkatan suhu disertai dengan penurunan oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk dapat melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran optimum bagi pertumbuhan organisme di perairan adalah 20o C -30o C (Effendi, 2003).

Total Suspended Solid (TSS)

Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran

sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan. Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003).

Kekeruhan

Kekeruhan diartikan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Kekeruhan perairan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan yang terjadi pada perairan tergenang seperti waduk lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan parikel-partikel halus (Pujiastuti dkk, 2013).

Konduktivitas

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik.Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.Konduktivitas dinyatakan dengan satuan µmhos/cm atau µSiemens/cm.

kedua satuan tersebut setara.Air suling (aquades) memiliki nilai DHL Sekitar 1 µmhos/cm, perairan alami sekitar 20-1500 µmhos/cm. perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut.Limbah industri memiliki nilai DHL mencapai 10.000 µmhos/cm (Effendi, 2003).

Faktor Kimia

Kelarutan Oksigen (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan suatu factor yang sangat penting dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 20% volum, air hanya mampu menyrap oksigen sebanyak 20% volum saja (Barus, 2004).

Konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan tambak. Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen dalam ekosistem. Oksigen diproduksi oleh komunitas autotrof melalui proses fotosintesis dan dikonsumsi oleh semua organisme melalui pernafasan. Disamping itu, oksigen juga diperlukan untuk perombakan bahan organik dalam ekosistem (Izzati, 2012).

Biochemichal Oxygen Demand (BOD)

BOD (Biochemichal Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biokimiawi merupakan satuan yang digunakan untuk mengukur kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menguraikan bahan organik di dalam air limbah, yang

menggunakan ukuran mg/liter air kotor. Pemeriksaan BOD didasarkan didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak (Fatmawati dkk, 2012).

Bioligical Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologi adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air (Ginting, 2011).

Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan semakin tingginya aktivitas organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan semakin besar kandungan bahan organik di suatu perairan tersebut. Oleh karena itu, tingginya kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air menurun. Apabila oksigen terlarut sudah habis maka bakteri aerobik dapat mati sehingga akan timbul aktivitas bakteri anaerob yang dapat menyebabkan bau yang tidak enak misalnya bau busuk (Sukmadewa, 2007).

Chemical Oxygen Demand (COD)

COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004).pH

Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH yang merupakan singkatan dari puissance negatif de H yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepaas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen pada suhu tertentu (Andy dkk, 2010).

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan. Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaaaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisme (Barus, 2004).

Nitrat

Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan diketahui sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme untuk tumbuh dan berkembang (Barus, 2004).

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di peraiaran alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas. Oksidasi nitrit menjadi nitrat

dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapat energi dari proses kimiawi (Effendi, 2003).

Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyususn biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap.Fosfor juga merupakan unsur yang esensial. Bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Effendi, 2003).

Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang keberadaannya sangat penting bagi semua makhluk hidup, terutama dalam pembentukan protein dan transfer energi di dalam sel seperti ATP dan ADP. Pada ekosistem perairan, fosfor terdapat dalam bentuk senyawa fosfor, yaitu 1) fosfor anorganik; 2) fosfor organik dalam protoplasma tumbuhan dan hewan dan 3) fosfor organik terlarut dalam air, yang terbentuk dari proses penguraian sisa-sisa organisme (Barus, 2004).

Faktor Biologi Total Coliform

Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualits perairan adalah Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik

ditinjau dari segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri

coliform melalui Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak boleh melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih dari 1000 sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000 sel/100ml (Pujiastuti dkk, 2013).

Bakteri coliform umumnya digunakan sebagai indikator bakteri untuk kualitas makanan dan air. Coliform banyak ditemukan di dalam tinja dari hewan hewan berdarah panas, tetapi dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, tanah, dan vegetasi. Secara umum coliform itu sendiri tidak mengakibatkan sakit, tetapi mereka mudah berkembang biak dan keberadaannya digunakan untuk menunjukkan bahwa organisme patogen lain juga ada (Atmojo dkk., 2011).

Escherichia coli merupakan bakteri indikator kualitas air minum karena keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya. Escherichia coli termasuk kelompok bakteri berbentuk batang

aerob fakultatif gram negatif dengan tebal 0,5 μm, panjang antara 1,0 - 3,0 μm.E.

coli berbentuk seperti filamen yang panjang, tidak berbentuk spora, bersifat Gram negatif (Anggraini, 2013).

Pencemaran Perairan

Pencemaran air adalah bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang mempengaruhi kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna perairan. Industri pertambangan dan energi mempunyai

pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan karena sumberdaya alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan (Darsono, 1992).

Pencemaran air terjadi bila beberapa bahan atau kondisi yang dapat menyebabkan penurunan kualitas badan air sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu (sesuai peruntukannya, misalnya sebagai bahan baku air minum, keperluan perikanan, industri dan lain-lain) (Ginting, 2011).

Apabila tingkat pencemaran masih ringan, maka semua komponen ekositem tersebut masih mampu untuk melakukan swa purifikasi secara alami. Akan tetapi apabila tingkat pencemaran melebihi kapasitas swa purifikasinya, maka kualitas ekosistem tersebut akan mengalami penurunan. Hal ini akan memperburuk kualitas air tersebut. Ekosistem yang sudah tidak seimbang tersebut dapat diperbaharui dengan cara memberdayakan organisme-organisme pendegradasi bahan pencemar dan menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung kinerjanya. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai peran hidromakrofita dalam mengurangi bahan pencemar di perairan karena hidromakrofita adalah salah satu produsen di perairan yang berpotensi untuk menghasilkan oksigen (Fajarianingtyas dkk, 2006).

Baku Mutu Kualitas Air

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang

ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang di tenggang keberadaannya di dalam air. Kriteria mutu air dan penatapan kelas sebagai berikut :

1. Kelas Satu : Bahan baku air minum dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air sama.

2. Kelas Dua : Prasarana/sarana rekeasi, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat kuliatas air yang sama.

3. Kelas Tiga : Pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, pertanaman dan peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.

Ekosistem Danau

Perairan Lentik atau perairan menggenang dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu Rawa, Danau, Waduk. Perairan tersebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir saja. (Barus, 2004).

Danau adalah wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun yang terbentuk secara alami karena gerakan kulit bumi sehingga bentuk dan ukurannya bervariasi. Danau saat ini bisa digunakan sebagai tempat rekreasi, sumber pembangkit tenaga listrik (PLTA), sumber utama pengairan bagi usaha pertanian dan juga sebagai tempat pembudidaya ikan (Maniargasi dkk, 2013).

Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar,

danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau juga berperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memilii kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahteraan masyarakat (Ginting, 2011).

Karakteristik dasar ekosistem perairan tergenang yaitu memiliki arus yang stagnan (bahkan hampir tidak ada arus), organismenya tidak terlalu membutuhkan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu (khusus perairan tergenang dengan kedalaman lebih dari 100 meter), ada stratifikasi kolom air (pada perairan dalam), substrat dasar umumnya berupa lumpur halus, residence time relatif lebih lama. Dalam ilmu lingkungan (ecology), badan air danau termasuk perairan dengan ekosistem terbuka (open system) yaitu perairan yang sangat terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya (Suwignyo, 2003).

Ekosistem danau sangat bermanfaat untuk mendukung kehidupan manusia namun demikian fungsi dan manfaat danau dari waktu kewaktu telah mengalami penurunan. Bahwa penurunan fungsi dan manfaat danau disebabkan oleh terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan perairan danau (Nugroho dkk, 2012).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau merupakan perairan berbentuk cekungan berisi air yang dikelilingi oleh daratan baik terbentuk secara alami maupun buatan. Danau mempunyai fungsi sebagai bahan baku air minum, keramba maupun untuk aktifitas lainnya seperti ekowisata dan lain-lain. Maanfaatan lainnya juga sebagai penampung air hujan dan sumber air saat musim kemarau.

Danau Kelapa Gading terletak di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dikelilingi oleh Perumahan, wisata, serta aktivitas masyarakat lainnya seperti keramba jaring apung. Aktivitas yang terjadi disekitar danau kelapa Gading dapat mempengaruhi Kualitas Perairan danau tersebut. Danau Kelapa Gading ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomi. Fungsi ekologis dan sebagai habibat oraganisme seperti ikan dan tempat penampung air hujan. Fungsi ekonomi Danau Kelapa Gading sebagai tempat wisata.

Aktivitas yang terjadi di perairan danau maupun di sekitar danau mempengaruhi kualitas perairan danau dan dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pencemaran merupakan kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas perairan. Pencemaran air menurut PP No: 82 Tahun 2001 adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Peruntukan adalah fungsi utama danau yang tidak sesuai dengan kualitas air dikarenakan faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi tidak sesuai dengan

baku mutu yang ada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang di tenggang keberadaannya di dalam air. Kriteria mutu airdan penentuan kelas terdiri dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.

Penentuan status kualitas air dapat ditentukan berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika terdiri dari suhu, kecerahan, kekeruhan dan konduktivitas. Parameter Kimia terdiri dari DO, BOD, COD, pH, nitrat, dan fosfat. Parameter biologi dapat dilihat dengan jumlah total coliform yang ada diperairan danau. Maka dari itu diperlukan suatu kajian tentang analisis kualitas air yang dapat menetukan perairan Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera utara tercemar atau tidak.

Perumusan Masalah

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ini memiliki dampak positif bagi ekonomi dan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu dampak negatif dari kegiatan perumahan dan wisata adalah dampak terhadap lingkungan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik faktor fisika, kimia dan biologi di perairan Danau Kelapa Gading Kota kisaran Kabupaen Asahan Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana status kualitas air di Danau Kelapa Gading Kota kisaran

Kabupaen Asahan Provinsi Sumatera Utara akibat dari kegiatan perumahan dan wisata?

Kerangka Penelitian

Perairan Danau Kelapa Gading merupakan suatu perairan di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara yang dijadikan sebagai tempat penampungan air sebagai sumber air jika terjadi kekeringan dan pembuangan air danau mengalir ke sungai. Namun adanya kegiatan perumahan dan aktivitas masyarakat serta wisata diperkirakan akan menyebabkan perubahan kualitas air Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara sehingga nantinya dapat terjadi pencemaran perairan. Pencemaran perairan ini memiliki tingkatan tertentu. Beban pencemaran diketahui apabila perairan tidak tercemari, berdasarkan hal itu perlu dilakukannya uji Kualitas air di Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara untuk mengetahui apakah danau memiliki kualitas baik, sedang, buruk atau tercemar ringan, tercemar sedang, dan tercemar berat. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Mengetahui karakteristik parameter fisika, kimia dan biologi (Total coliform)

di Perairan Danau Kelapa Gading Kota kisaran Kabupaen Asahan Provinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis status kualitas perairan Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupatena Asahan Provinsi Sumatera Utara dengan metode storet dan indeks pencemaran.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kualitas air Danau Kelapa Gading bagi peneliti maupun instansi-instansi tertentu yang mengelola Danau Kelapa Gading.

Aktivita Danau

Rumah Tangga Kegiatan Wisata

Tercemar Tidak Tercemar Direkomendasikan Pengelolahaan Beban Pencemar Keramba Jaring apung

Kualitas Perairan

NATHASYA ZAHARUDDIN. Penentuan Kualitas Air di Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh HESTI

WAHYUNINGSIH dan AHMAD MUHTADI.

Danau Kelapa Gading merupakan danau buatan yang terdapat di Kelurahan Kisaran Naga Kabupaten Asahan. Seiring perkembangan waktu danau ini tidak hanya dijadikan tempat penampung air hujan, namun saat ini Danau Kelapa Gading dijasikan sebagai tempat wisata dan keramba jaring apung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kualitas air. Penelitian ini mengunakan Purpossive Random Sampling dengan memilih 5 stasiun berdsarkan rona lingkungan. Data yang didapat dianalaisi dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan alat yang sejenis Van Dorn Water Sampler yang dimodifikasi. Parameter yang diukur Fisika (Suhu, TSS, Kecerahan dan Konduktifitas), Kimia (DO, pH, BOD, COD, Nitrat dan Fosfat) dan Biologi (Total coliform). Penelitian ini menghasilkan status kualitas air dengan metode storet berdasarkan baku mutu kelas II dan III dengan nilai -30 dan -7. Status kualitas air dengan metode indeks pencemaran berdasarkan kelas II dan III dengan nilai 2,75 dan 1,53. Status Kualitas Air Danau Kelapa Gading berdasarkan Indeks Pencemaran sesuai baku mutu II Tercemar Sedang dan baku mutu III Tercemar Ringan. Status Kualitas Air Danau Kelapa Gading berdasarkan Metode Storet sesuai baku mutu II Tercemar Sedang dan baku mutu III Tercemar Ringan.

NATHASYA ZAHARUDDIN Determination of Water quality of kelapa gading lake in kisaran city, Asahan Regency, guided by HESTI WAHYUNINGSIH and AHMAD MUHTADI

Kelapa gading Lake is an artifical lake in Kisaran naga District, Asahan Regency. The Development of the times, the lake not only used for Rain Shelter but also tourism and Mariculture Cage. The purpose of this research was to know about the status of the water quality of Kelapa Gading Lake. The conducted method in this research was Purposive random sampling. Research data by selecting five stations based on environment color. Analysis of the data used storet method and pollution index.The sampling of water using kind van don water sampler which in modification. Parameters measured were physics

Dokumen terkait