TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam kelas secara bersamaan (Suwandi, 2010:10). Menurut
Hopkins (Wiriaatmadja, 2007:11), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan menurut
Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:9) penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru. Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat dimana dia
mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dimana terdapat sekelompok
anak yang belajar untuk mendapatkan pembuktian terhadap suatu tindakan
yang terjadi secara langsung. Menurut peneliti materi jurnal penyesuaian
perlu penelitian tindakan kelas karena siswa menganggap materi ini susah
dipahami, maka guru harus dapat menemukan permasalahan yang
sebenarnya terjadi di kelas dan dapat menentukan metode atau cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut, sehingga kinerja guru meningkat dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:17), PTK mempunyai
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip
tersebut diantaranya:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan sebagai berikut
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.
b. Tindakan (acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Selanjutnya tindakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melaksanakan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mulyasa (2009:89-90), secara umum tujuan PTK adalah:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
c. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
d. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
e. Membiasakan guru bersikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.
5. Model Penelitian Tindakan
Menurut Arikunto (2006:97) ada beberapa model yang dapat
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang paling
dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart. Adapun model penelitian yang dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) yang
Model dan Tahap PTK
Siklus I
Siklus II
Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
B. Metode PembelajaranCooperative Learning
1. PengertianCooperative Learning
Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen. Menurut Sanjaya (Rusman, 2011:203), cooperative learning Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Belajar cooperativemenurut Johnson (Solihatin dan Raharjo, 2007:4) adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Tom V.
Savage (Rusman, 2011:203), mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efisien (Rusman,
2011:203).
Menurut Artzt & Newman (Trianto, 2011:56) menyatakan bahwa
dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang dilakukan secara
untuk menyelesaikan tugas dan setiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab pada kelompoknya masing-masing.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Depdiknas (Yasa, 2008 dalam
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajarankooperatif/)
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial dimaksud seperti berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Menurut Rusman (2011:210) tujuan penting lain dalam pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja
sama dan kolaborasi. Sementara menurut Suprijono (2009:58), model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yang bercirikan: (1) memudahkan siswa dalam belajar sesuatu yang
bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup
serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh
3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Jonhson dan Sutton (Trianto, 2011:60-61),
terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak
hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa
dan teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dalam
a. Penghargaan-penghargaan tim yang akan diberikan jika tim mampu mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya.
c. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2011:212-213), prosedur atau langkah-langkah
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan tes kelompok akan memberikan pada kemampuan kelompoknya.
d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
5. Model-model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Dansereau (Taniredja, dkk., 2011:101), cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
6) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 7) Penutup.
b. Group Investigation(Investigasi Kelompok)
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation yaitu untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui
pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreativitas; komponen emosional lebih penting daripada intelektual,
yang tidak rasional lebih penting daripada yang rasional; dan untuk
meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu
irrasional (Rusman, 2011:223). Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif menurut Sharan (Taniredja, dkk., 2011:108):
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. 3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
7) Evaluasi. 8) Penutup.
c. Make A Match(Mencari Pasangan)
Menurut Rusman (2011:223) salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5) Setelah satu babak kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6) Kesimpulan/penutup.
d. Student Teams Achievement Division(STAD)
Menurut Slavin (2008:143) STAD merupakan salah satu metode
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif.
Langkah-langkah pembelajarannya menurut Slavin (Taniredja, dkk.,
2011:103):
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). 2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi. 6) Kesimpulan.
e. Teams Games Tournament(TGT)
Menurut Slavin (2008:163) tipe TGT menggunakan turnamen
akademik dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan
individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka. Langkah-langkah pembelajarannya (Slavin,
2008:170):
1) Presentasi kelas. Materi pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.
2) Belajar tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
3) Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga perserta. 4) Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
C. Teams Games Tournament(TGT) 1. Pengertian TGT
Menurut Saco (Rusman, 2011:224) menyatakan bahwa dalam TGT
siswa memainkan permainan dalam anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Sementara menurut Slavin (1995:84) menyatakan
bahwa:
“TGT is the same as STAD in every respect but one: instead of the
quizzes and the individual improvement score system. TGT uses academic tournament, in which students compete as representatives of their teams with members of other teams who are like them past
academic performance.”
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar rileks disamping menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan siswa. Tersedia:
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams.html (22
2. Komponen TGT
Menurut Slavin (2008:166) ada lima komponen utama dalam
pembelajran kooperatif tipe TGT yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Presentasi tersebut difokuskan pada unit TGT. Dengan demikian, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas sebab setelah itu mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-baiknya dan skor yang diperoleh akan menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini yaitu memastikan bahwa semua anggota tim dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan gameatau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggota tim dalam menghadapi kompetisi.
c. Permainan (Game)
Permainan (game) disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
e. Rekognisi Tim
Rekognisi tim dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.
3. Kelebihan TGT
Slavin (dalam
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournament-tgt-2/) melaporkan beberapa
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan
pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dannon-verbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
4. Kelemahan TGT
Suarjana (dalam
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournament-tgt-2/) mengemukakan kelemahan
TGT yaitu:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
D. Jurnal Penyesuaian
Menurut Suwardjono (2009:161) penyesuaian berarti pencatatan atau
pengakuan (penjurnalan dan pengakunan) data-data transaksi tertentu pada
akhir perioda sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap akun sesuai
dengan kenyataan pada akhir perioda tersebut dan statemen keuangan yang
dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada tanggal statemen
(neraca). Menurut Niswonger,dkk (Kardiman, 2009:83) ada dua bagian pos
yang memerlukan penyesuaian. Bagian pertama adalah pos penangguhan
(deferral). Pos penangguhan ditandai dengan pencatatan transaksi sedemikian rupa sehingga menunda pengakuan beban (biaya) atau pendapatan. Bagian
kedua yang perlu diadakan penyesuaian adalah pos akrual. Pos ini timbul
akibat tidak adanya pencatatan beban yang terjadi atau pendapatan yang
dihasilkan. Pengertian singkat dari pos ini adalah pos yang timbul sejalan
dengan berlalunya waktu namun tidak dilakukan pencatatan atas pos tersebut.
Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir peride akuntansi
menurut Alam S (2007:229-235) adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dianggap sebagai harta, tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai harta dan sebagai beban.
2. Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai kewajiban, tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari selama periode akuntansi.
3. Piutang penghasilan adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum diterima karena belum jatuh tempo.
4. Beban yang masih harus dibayar adalah beban atau kewajiban yang sudah menjadi beban dilihat dari segi waktu, tetapi belum dibayar dan dicatat. 5. Penyusutan aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva
6. Pemakaian perlengkapan adalah pemakaian perlengkapan yang tidak mengalami proses pencatatan selama periode berjalan.
Materi jurnal penyesuaian merupakan materi yang tidak mudah
dipahami oleh siswa. Pemahaman konsep dasar harus dimiliki oleh siswa
sebelum latihan soal membuat jurnal penyesuaian. Namun perbedaan
penjurnalan dengan dua pendekatan membuat siswa kesulitan dalam
memahami konsep jurnal penyesuaian. Hal ini tentu saja berdampak pada
motivasi belajar siswa yang rendah untuk mempelajari materi jurnal