• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1Pengertian Laporan Keuangan

“Laporan serta catatan atas laporan keuangan mengandung informasi yang berguna mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, keberhasilan operasi, kebijakan dan strategi manajemen, dan pandangan atas kinerja masa depan” (Fraser dkk 2008:3). Kasmir (2010) menyatakan bahwa

dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor maupun para

supplier.

Sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.1.1.2 Pengguna Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil dari proses akuntansi dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum.

“Disamping laporan keuangan umum perlu juga disusun laporan keuangan lain untuk keperluan penetapan pajak yang harus disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan untuk kepentingan lembaga pemerintah lainnya seperti

Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Kantor Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja, dan dinas lainnya, diperlukan laporan-laporan lain yang bersifat khusus” (Djarwanto 2001:2).

Berikut adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan menurut Djarwanto (2001:3) :

1. Pimpinan Perusahaan, dengan mengadakan analisa laporan keuangan perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun waktu-waktu yang sekarang. Dengan mengadakan analisa data keuangan dari waktu ke waktu yang lalu akan dapat diketahui keberhasilan-keberhasilan atau kegagalan-kegagalan di waktu yang lalu. Hasil analisa tersebut akan sangat penting artinya untuk penyusunan kebijaksanaan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

2. Para Kreditur, dimana mereka adalah pemberi pinjaman. Mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas, dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya.

3. Investor, memerlukan analisa laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil (rate of return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan.

4. Para Pedagang Besar (Supplier), juga menaruh perhatian terhadap laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka bertindak sebagai perantara dalam menyalurkan hasil produksi perusahaan tersebut kepada para konsumen. Mereka perlu mengetahui harga penjualan barang per satuan, syarat pembayaran piutang, dan lain sebagainya.

5. Pemerintah dimana perusahaan tersebut berada, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan tersebut juga sangat diperlukan oleh lembaga pemerintah lainnya seperti Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar dalam membuat perencanaan pemerintah dan untuk dasar pengambilan kebijaksanaan pemerintah.

6. Karyawan dan Serikat Kerja, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka bekerja, karena sumber penghasilan tergantung pada perkembangan perusahaan bersangkutan.

7. Masyarakat Umum disekitar diamana perusahaan berdomisili, secara tidak langsung juga berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.

Kepentingan mereka berhubungan dengan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan fasilitas-fasilitas lain yang bermanfaat bagi masyarakat.

2.1.1.2Laporan Keuangan dan Jenisnya

Menurut PSAK No. 1 Paragraf 49 (Revisi 2009), laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca . Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Menurut James C Van Horne, neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik. Neraca menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49, Revisi 2009):

1) aktiva berwujud, 2) aktiva tidak berwujud, 3) aktiva keuangan,

5) persediaan,

6) piutang usaha dan piutang lainnya, 7) kas dan setara kas,

8) hutang usaha dan hutang lainnya, 9) kewajiban yang diestimasi,

10)kewajiban berbunga jangka panjang, 11)hak minoritas,

12)modal saham dan pos ekuitas lainnya.

Jenis laporan keuangan lainnya selain neraca adalah laporan laba rugi. Berbeda dengan neraca yang melaporkan tentang kekayaan, utang dan modal, laporan laba rugi memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.

Menurut James C. Van Horne, laporan laba rugi yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu yang diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut. Menurut Kasmir (2010:46), komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dua jenis, yaitu :

1) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan ;

2) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan ;

Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya juga terdiri dari dua jenis, yaitu:

1) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan;

2) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan.

Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) :

1) Pendapatan, 2) Laba rugi usaha 3) Beban pinjaman

4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,

5) Beban pajak,

6) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, 7) Pos luar biasa,

8) Hak minoritas,

9) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66, Revisi 2009) :

1) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,

2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,

3) pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,

4) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,

5) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, 6) frekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio

dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen,

menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.

“Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang” (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat pada catatan laporan keuangan. Catatan laporan keuangan mengungkapkan (PSAK No. 1 Paragraf 68, Revisi 2009):

1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,

2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,

3) Informasi tambahan yang tidak diasajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

1.1.2 Analisis Laporan Keuangan

1.1.2.1Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko untuk mengetahui perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak. Untuk menganalisis laporan keuangan, seorang analis keuangan harus melakukan beberapa hal :

1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan

2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut.

3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut.

Analisis laporan keuangan suatu perusahaan tidak hanya dilakukan untuk satu periode tertentu saja, tetapi diperlukan analisis komparatif (perbandingan), sehingga dapat dilihat hubungan keuangan atau kecenderungan (trend) yang bersifat signifikan. Analisis laporan keuangan dapat dibagi menjadi tiga jenis: intracompany basis (perbandingan internal perusahaan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan keuangan perusahaan atau trend yang signifikan), intercompany basis

(perbandingan dengan perusahaan lain yang dapat memberikan gambaran posisi kompetitif perusahaan yang bersangkutan) dan industry average (perbandingan dengan rata-rata industri dari industri yang sama dengan perusahaan yang akan dianalisis).

1.1.2.2Bentuk-Bentuk dan Teknik Analisis

“Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya” (Kasmir, 2010:68).

Menurut Kasmir (2010:69), dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode.

2. Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya.

“Kemudian, disamping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut” (Kasmir 2010:70) :

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan; 2. Analisis trend;

3. Analisis persentase per komponen; 4. Analisis sumber dan penggunaan dana; 5. Analisis sumber dan penggunaan kas; 6. Analisis rasio;

7. Analisis kredit; 8. Analisis laba kotor; 9. Analisis titik ulang pokok.

Kasmir (2010:71) “Penjelasan masing-masing teknik analisis laporan keuangan di atas adalah sebagai berikut”:

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode.

2. Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode satu ke periode berikutnya sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

3. Analisis persentase per komponen merupakan anlisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan. 4. Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan

untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam satu periode.

6. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

7. Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank.

8. Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode yang lain.

9. Analisis titik ulang pokok disebut analisis titik impas atau break even point.

Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

1.1.3 Analisis Rasio Keuangan

1.1.3.1Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Djarwanto (2001:123), “yang dimaksud rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan”.

Analisis rasio keuangan ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal perusahaan.

1.1.3.2Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Djarwanto (2001:127), ratio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Ratio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio likuiditas misalnya rasio lancer (current ratio), rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover),

perputaran persediaan (inventory turnover).

2. Ratio profitabilitas, bertujan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya margin keuntungan (profit margin),margin laba bruto (gross profit margin),

perputaran aktiva (operating asset turnover), imbalan hasil dari investasi

(return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity) dan lain sebagainya.

3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share), rasio hutang dan modal sendiri (capital structure ratio), ratio dividen, dan lain sebagainya.

Rasio keuangan merupakan perbandingan dua data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat keampan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya.

2.1.3.3 Pengelompokan Rasio Keuangan

Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan analisisnya. Beberapa rasio keuangan yang sering dipakai oleh seorang analisis dalam mencapai tujuannya, yaitu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.

Rasio keuangan digolongkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitablitas. menggolongkan rasio keuangan kedalam tiga macam rasio likuiditas, profitabilitas dan solvency. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas

(Widjaja 2008:154), “rasio lancar biasanya dipergunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan

kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atu tidak”. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:

a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar.

b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.

c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. WCTA = (Aktiva Lancar – Hutang Lancar) / Jumlah Aktiva Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan dari dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan currentmaturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dengan aktiva tetap (ICMD 2004).

2) Rasio Solvabilitas/Leverage

Menurut Fraser (2005:233) rasio hutang “mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan hutang”. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini terdiri atas:

a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset. b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar

dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.

e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan.

f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang. 3) Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:

a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aktiva.

b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.

c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.

d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja.

4) Rasio Profitabilitas

Menurut (Mannan dkk 2003 : 4.22), “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, hal ini sering juga disebut rentabilitas”. Rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:

a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.

b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih.

c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva.

d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri.

e. Operating Profit Margin (OPM) yaitu perbandingan antara laba dari hasil operasi terhadap penjualan bersih.

f. Earning Power of Total Investment (EPTI) yaitu perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva.

g. Operating Ratio (OPERA) yaitu perbandingan antara semua biaya termasuk harga pokok penjualan, biaya operasional dan biaya administrasi terhadap penjualan bersih.

2.1.3.4 Keterbatasan Rasio Keuangan

Kasmir (2010:117) “J. Fred Weston menyebutkan kelemahan rasio keuangan adalah sebagai berikut” :

1. Data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian data tersebut ditafsirkan dengan berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan:

• Metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan terhadap aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga berbeda ; atau

• Penilaian sediaan yang berbeda.

2. Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut.

3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya.

4. Penggunaan tahun fiskal yang bebeda juga dapat menghasilkan perbedaan.

1.1.4 Pajak Penghasilan Badan

2.1.4.1Pengertian Pajak Penghasilan Badan

Yang dimaksud badan di sini adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (UU Nomor 28 tahun 2007).

Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap penghasilan badan, penghasilan disini yaitu penghasilan menurut peraturan perpajakan. Penghitungan pajak penghasilan badan dimulai dengan penghitungan penghasilan bersih dengan menggunakan pembukuan. Di dalam akuntansi penghasilan tersebut disebut sebagai

Dokumen terkait