• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pisang Barangan (Musa paradisiaca sapientum L)

Pisang (Musa sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan penting di Indonesia yang diusahakan secara meluas dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Lisnawita et al. 1998). Sumatera Utara memiliki produksi pisang yang cukup stabil. Pada tahun 2012 produksi pisang sebesar 363.061 ton dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 4.044.320 rumpun. Produksi pisang menurun sebesar 15,49% dibanding tahun 2011 sebesar 429.628 ton. Selama 6 (enam) tahun terakhir produksinya menunjukkan kenaikan dengan rata-rata pertahun sebesar 11,36% (BPSSU, 2013).

Pisang barangan merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman pisang barangan dibudidayakan secara komersial keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain (Supriyadi dan Satuhu, 2008).

Batang pisang merupakan limbah dari tanaman pisang yang telah ditebang untuk diambil buahnya dan merupakan limbah pertanian potensil yang belum banyak pemanfaatannya. Beberapa penelitian telah mencoba untuk

memanfaatkannya antara lainuntuk papan partikel dan papan serat (Rahman, 2006).

Serat batang pisang merupakan jenis serat yang berkualitas baik, dan merupakan salah satu bahan potensial alternatif yang dapat digunakan sebagai filler pada pembuatan komposit. Batang pisang sebagai limbah dapat

dimanfaatkan menjadi sumber serat agar mempunyai nilai ekonomis. Rahman (2006) menyatakan bahwa perbandingan bobot segar antara batang, daun, dan buah pisang berturut-turut 63, 14 dan 23%. Batang pisang memiliki bobot jenis 0,293 g/cm dengan ukuran panjang serat 4,20–5,46 mm dan kandungan lignin 33,51% (Syafrudin, 2004).

Menurut Sunarjono (2000) dalam Amilda (2014) mengemukakan bahwa pisang merupakan tanaman yang berbatang semu (pseudoterm). Daunnya lebar, panjang, tulang daunnya besar dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga mudaha robek bila terkena tiupan angin kencang. Panjang daun mencapai 150-400 cm dan lebar 70-100 cm.

Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm (Luqman , 2012).

Pisang barangan termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Agar produktivitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah. Ketinggian tempat harus di bawah 1000m dpl. Iklim yang dikehendaki adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun (1.500-2.500 mm/tahun). Temperatur 15-35oC, optimal 27oC. Tanaman pisang barangan memberikan hasil yang baik pada musim hujan. Tanaman pisang barangan tumbuh optimal pada tanah bertekstur liat atau tanah alluvial, mengandung kapur, kaya akan bahan organik dengan pH tanah 4,5-7,5 (Supriadi dan Satuhu, 2008).

Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar bagi masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lahan hortikultura yang diusahakan di kecamatan ini didominasi oleh pisang terutama pisang barangan. Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara. Berdasarkan data dari dinas pertanian provinsi Sumatera Utara tahun 2008 tercatat luas panen produktivitas dan produksi tanaman pisang tahun 2007 yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data luas panen produktivitas dan produksi tanaman pisang tahun 2007

NO Kabupaten/Kota Panen (Ha) Produktivitas(Kw/Ha) Produksi (Ton)

1 Medan 6 121,26 79 2 Langkat 138 187,2 2.576 3 Deli Serdang 3.186 228,23 72.715 4 Simalungun 892 223,04 19.904 5 Tanah Karo 126 164,44 2.066 6 Asahan 135 156,13 2.107 7 Labuhan Batu 32 197,49 629 8 Tapanuli Utara 229 143,24 3.274 9 Tapanuli Tengah 57 180,2 1.020 10 Tapanuli Selatan 34 368,41 1.265 11 Nias 22 126,2 280 12 Dairi 47 118,02 557 13 Tebing Tinggi 2 91,77 18 14 Tanjung Balai 13 83,99 107 15 Binjai 4 104,95 37 16 Pematang Siantar - - - 17 Tobasa 6 97,24 54 18 Madina 17 203,25 339 19 Padang Sidempuan 6 113,32 64 20 Humbang Hasundutan 34 109,29 371 21 Pak-Pak Barat - - - 22 Samosir 4 32,73 13 23 Serdang Bedagai 227 101,26 602.303 24 Nias Selatan 44 110,54 482 Jumlah 5.261 3262,1 110.260

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Batang pisang sebagian berisi air dan serat (selulosa), mineral, kalium dan fosfor. Komposisi kimia batang pisang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu komposisi tanah, frekuensi pemotongan, fase per tumbuhan, pemupukan, iklim setempat dan ketersediaan air (Small, 1954 dalam Wijaya, 2002).

dipengaruhi oleh kandungan kimia yang ada pada tanaman pisang. Kandungan tanaman pisang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia dari bagian-bagian tanaman pisang

Komponen (%) Daun Batang Bonggol Buah dan kulit Kulit

Bahan kering 17,5-24,3 3,6-9,8 6,2-13,87 20,9-21,2 14,08-18 Protein kasar 8,6-13,6 2,4-8,3 2,95-6,4 4,5-6,0 6,56-9,5 Lemak kasar 12,6 3,2-8,1 0,96-7,0 0,87-2,1 6,7-8,3 Ekstrak bebas nitrogen 50,1 31,6-53,0 39,5 82,87 33,5 Total abu - 18,4-24,7 10,64 5,5 11,15-22,0

Abu tidak larut 1,52 0,85-1,7 1,92 - -

Serat kasar 22,6 13,4-31,7 9,99-16,1 4-5,2 15,32-26,7 Serat Deterjen Netral (NDF) 47,6-63,5 40,5-64,1 35,2 16,6 - Serat Deterjen Asam (ADF) 30,5-39,3 35,6-45,5 36,7 - - Selulosa 20,5-23,5 19,7-35,2 - - - Hemiselulosa 17,1-24,2 4,9-18,7 - - - Lignin 4,5-10,4 1,3-9,2 8,8 - - Sumber: Kardono (2010)

Wood Polymer Composite (WPC) atau papan plastik

Wood Polymer Composite (WPC) atau papan plastik adalah komposit plastik yang mengadung kayu dari berbagai bentuk yang berfungsi sebagai pengisi (filler) dan plastik yang berfungsi sebagai matriks atau perekat. Kelahiran industri WPC menyangkut pertemuan dua industri yaitu industri kayu dan plastik yang keduanya memiliki pengetahuan, kepakaran, dan perspektif yang sangat berbeda. (Maloney, 1993).

Komposit kayu dengan resin termoset lahir pada awal tahun 1990-an. Komersil produk tersebut pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Bakelite yang merupakan gabungan antara fenol formaldehida dengan serbuk kayu (Gordon, 1998 dalam Mutiha, 2010). Komposit polimer merupakan komposit yang menggabungkan serbuk kayu dengan polimer termoplastik. Termoplastik yang umum digunakan di industri adalah termoplastik berbentuk pelet atau butiran dengan kerapatan 500 kg/m3.

Papan plastik merupakan gabungan matriks dan serbuk kayu sebagai pengisi (filler) yang mempunyai sifat gabungan kedua bahan. Penambahan matriks ke dalam filler bertujuan meningkatkan kerapatan, kekakuan, dan mengurangi biaya per unit volume. Dari segi kayu, dengan adanya matrik polimer di dalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya juga akan meningkat (Febrianto, 1999).

Menurut Taurista et al. (2004) komposit plastik adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material dengan sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda. Dikarenakan karakteristik pembentuknya berbeda-beda maka akan dihasilkan material baru, yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya. Komposit plastik dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement) yang mempunyai sifat kurang elastis tetapi lebih kaku serta lebih kuat

2. Matriks umumnya lebih elastis tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.

Tahapan Pembuatan Papan Plastik

Pada dasarnya pembuatan papan komposit serbuk plastik dapat dibuat melalui proses satu tahap, proses dua tahap, maupun proses kontinyu. Proses satu tahap, semua bahan baku dicampur terlebih dahulu secara manual, kemudian dimasukkan kedalam alat pengadon (kneader) dan diproses sampai menghasilkan produk komposit. Pada proses dua tahap, bahan baku plastik dimodifikasi terlebih dahulu, kemudian bahan pengisi dicampur bersamaan didalam kneader dan

dibentuk menjadi papan plastik. Sedangkan proses kontinyu merupakan gabungan antara proses satu tahap dan proses dua tahap. Pada proses ini, bahan baku dimasukkan secara bertahap dan berurutan kedalam kneader kemudian diproses sampai menjadi produk papan plastik (Han dan Shiraishi, 1990). Gambaran proses pembuatan papan plastik disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Pembuatan Papan Plastik Polipropilena

Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan kopolimer. Polimer alam yang telah kita kenal antara lain selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Pada mulanya manusia menggunakan polimer alam hanya untuk membuat perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad XIX dan selanjutnya manusia mulai memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa. Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting di bidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produk-produk industri lainnya (Seprianto, 2008).

Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan Penyiapan partikel Penyiapan plastik Pembuatan pellet Pembentukan papan plastik Pengujian

kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic. Yang termasuk thermoplastic antara lain polietilena (PE), polipropilena (PP), dan polistirena (PS) (Setyawati, 2003).

Plastik merupakan polimer organik yang memiliki variasi jenis dan fungsi beragam sesuai monomer penyusunnya. Plastik memiliki derajat kekristalan yang lebih rendah dibandingkan dengan serat dan dapat dicetak atau dilunakkan pada suhu tinggi (Cowd, 1991 dalam Saragih, 2009).

Kishi et al. (1988) menyatakan bahwa plastik mempunyai sifat hidrofobik, sehingga komposit yang dihasilkan lebih tahan terhadap air dan kelembaban. Selain itu bahan plastik tidak disukai rayap, sehingga tanpa perlakuan pengawetan, papan komposit berbahan plastik tidak akan dimakan rayap, bebas emisi formaldehida dan ramah lingkungan. Saat ini jenis termoplastik yang dapat digunakan untuk tujuan pembuatan papan plastik adalah jenis polipropilena dan polietilena. Polipropilena merupakan bahan yang bersifat termoplastik, memiliki sifat padat, keras, kuat dan kedap air, yang sukar terdegradasi secara alamiah, sehingga menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang potensial.

Syarief et al. (1989) menyebutkan, bahwa PP termasuk jenis plastik olefin dan merupakan polimer dari propilen. Dikembangkan sejak 1950 dengan berbagai nama dagang seperti : bexphene, dynafilm, luperen, escon, olefane dan profax. Disebutkan pula sifat-sifat utama dari PP yaitu :

1. Ringan (kerapatan 0,90 g/cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih dalam bentuk film.

2. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari PE (polyethylene). Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -30oC mudah pecah sehingga perlu menambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.

3. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.

4. Lebih kaku dari PE dan tidak gambang sobek sehingga lebih mudah penanganannya.

5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150oC 6. Titik leleh cukup tinggi pada suhu 170oC

7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. Tidak terpengaruh pada suhu kamar kecuali HCl.

8. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzena, siklena, toluena, terpentin dan asam nitrat kuat.

Penelitian di Lembaga Politeknik Milan pada tahun 1955, Profesor Natta menemukan bahwa dengan menggunakan katalis Ziegler, polimer khas ruang (stereospecific) propylene dapat dihasilkan dengan derajat keteraturan tinggi dalam konfigurasi polimernya. Polipropilena termasuk jenis plastik olefin dan merupakan polimer dari propylene. Jenis plastik ini digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci, komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan makanan dan barang (Cowd, 1991).

Polipropilena sangat rentan terhadap sinar ultra violet dan oksidasi pada suhu tinggi. Senyawa ini dapat terdegradasi membentuk produk dengan berat

molekul rendah. Perbaikan dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa antioksidan dan penstabil ultra violet (Klyosov, 2007).

Menurut Klyosov (2007) polipropilena terbagi menjadi dua jenis yaitu homopolimer dan kopolimer. Apabila dibandingkan dengan polipropilena kopolimer, jenis homopolimer lebih berbentuk kristal, memiliki titik leleh yang lebih tinggi dan memiliki nilai kekakuan yang lebih besar. Karakteristik polipropilena menurut Bost (1980) dalam Syarief et al. (1989) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik polipropilena

No Karakteristik Satuan Besaran

1 Kerapatan pada suhu 20oC g/cm3 0,90

2 Suhu melunak oC 149

3 Titik lebur oC 170

4 Kristalinitas % 60-70

5 Indeks fluiditas 0,2-2,5

6 MOE Kg/cm2 11.000-13.000

7 Tahanan volumetrik Ohm/cm2 1017

8 Konstanta dielektrik 60-108 cycles 2,3

9 Permeabilitas gas -

10 Nitrogen 4,4

11 Oksigen 23

12 Gas karbon 92

13 Uap air 600

Sumber : Bost (1980) dalam Syarief et al. (1989)

Komposisi Plastik dan Partikel

Komposit kayu plastik umumnya mengandung 50% kayu, meskipun beberapa produk menggunakan sangat sedikit kayu dan beberapa lainnya

menggunakan kayu sampai dengan 70%. Pilihan umum adalah diantara 30% sampai 65% (Clemons, 2002). Berdasarkan penelitian Satito (2012) mengenai pengujian sifat mekanis komposit serbuk kayu dan plastik high density polyethylene (HDPE) yang menggunakan variasi komposisi plastik dan serbuk kayu yaitu 50:50, 60:40 dan 70:30 menyatakan bahwa bahwa komposit dengan material 50 % serbuk plastik HDPE memiliki kekuatan tarik terbesar. Hasil pengujian secara keseluruhan menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi plastik dalam komposit akan menaikkan kekuatan komposit.

Sedangkan Stark dan Rowland (2002), meneliti tentang efek karakteristik serat kayu dan tepung kayu sebagai pengisi (filler) terhadap sifat mekanis pada komposit kayu dan polypropylene (PP). Hasilnya pada nisbah (ratio) antara tepung kayu ataupun serat kayu dan polypropylene sebesar 80:20 lebih baik sifat mekanisnya dibandingkan pada nisbah 60:40.

Setyawati (2003) melakukan penelitian tentang sifat fisik dan mekanis dari komposit kayu dan limbah plastik PP dengan variabel ukuran butiran pengisi ataupun matriks dengan penambah material stabilyzer MAH sebesar 2,5 %. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel pengisi maka sifat mekanis maupun sifat fisik komposit akan meningkat. Hasil paling optimum dicapai oleh komposit dengan nisbah serbuk kayu dan matriks PP sebesar 50:50.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi khususnya di bidang komposit telah menghasilkan produk papan komposit yang sebagian besar menggunakan partikel kayu sebagai bahan baku. Akibatnya ketersediaan kayu sebagai bahan baku papan komposit akan menipis seiring dengan meningkatnya produksi kayu setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan (2015) kebutuhan kayu bulat berdasarkan sumber produksi tahun 2011-2013 terus meningkat, tercatat bahwa produksi kayu pada tahun 2013 sebesar 50,437 juta m3 meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 49,258 juta m3 dan tahun 2011 sebesar 47,429 juta m3 . Upaya yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan kayu solid adalah penggunaan bahan baku non kayu sebagai material pengganti dalam pembuatan papan komposit.

Papan komposit sangat ideal dikembangkan sebagai pengganti produk utama kayu karena memiliki keunggulan antara lain adalah bahan bakunya berasal dari berbagai limbah non kayu (limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah rumah tangga). Dengan demikian juga dapat mengatasi masalah sampah yang saat ini juga menjadi masalah besar di Indonesia. Sehingga limbah-limbah tersebut akan menjadi produk-produk daur ulang yang dapat memberikan nilai manfaat dan nilai ekonomi bagi masyarakat (Wulandari, 2013).

Batang pisang merupakan limbah pertanian potensial yang belum banyak dimanfaatkan. Dirjen Bina Produksi Hortikultura menyebutkan bahwa potensi buah pisang mencapai 31,87% dari total produksi buah di Indonesia. Batang

pisang memiliki berat jenis 0,29 g/cm3 dengan ukuran panjang serat 4,20–5,46 mm dan kandungan lignin 33,51% (Syafrudin, 2004). Dilihat dari

anatominya, batang pisang merupakan bahan yang berlignoselulosa sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku papan komposit. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Kollmann et al. (1975) bahwa papan komposit merupakan salah satu produk papan tiruan yang terbuat dari bahan-bahan berlignoselulosa yang saling berikatan membentuk ikatan anyaman yang kuat.

Pisang barangan merupakan salah satu jenis pisang yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan papan komposit. Pisang barangan (Musa paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir disetiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Sebenarnya jika tanaman pisang barangan dibudidayakan secara komersial, keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain mengingat buah ini sudah diekspor (Supriadi dan Satuhu, 2008).

Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan kayu, diperlukan alternatif pemamfaatan bahan berlignoselulosa selain kayu untuk dijadikan produk seperti wood polymer composite (papan plastik). Papan plastik adalah produk yang memanfaatkan bahan berlignoselulosa sebagai pengisi (filler) dan plastik sebagai matriks atau perekat. Keunggulan produk komposit kayu plastik antara lain adalah biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih bersifat lebih mudah terurai (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya,

dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta produknya dapat didaur ulang (recycleable) (Febrianto, 2005 dalam Wardani et al., 2013).

Pembuatan papan plastik juga diperlukan perekat ataupun matriks sebagai pengikat bahan utama ataupun bahan pengisinya. Menurut Febrianto (1999) dengan menggunakan plastik sebagai perekat, maka akan meningkatkan ketahanan dan kekuatan papan plastik yang dihasilkan. Dalam penelitian ini matriks yang digunakan adalah polipropilena (PP). Polipropilena lebih bersifat kaku dan kuat, memiliki kekuatan tarik dan kejernihan yang lebih baik daripada polietilena serta memiliki kekuatan lentur yang lebih tinggi (Klyosov, 2007). Tujuan penggunaan polipropilena juga dilakukan untuk menghasilkan stabilitas dimensi produk yang lebih baik.

Dari uraian tersebut, menunjukkan bahwa polipropilena (PP) memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai perekat (matriks) pada pembuatan papan komposit plastik dan partikel batang pisang barangan sebagai filler (pengisi). Permasalahan selanjutnya yang perlu diketahui adalah komposisi antara matriks polipropilena (PP) dengan partikel batang pisang yang tepat sehingga dapat diproduksi papan plastik yang memenuhi standar mutu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Septiari et al. (2014) mengenai papan partikel dari limbah plastik polipropilena (PP) dan tangkai bambu tali dengan berbagai variasi komposisi menyatakan bahwa komposisi papan partikel terbaik adalah papan partikel dengan komposisi 60% serbuk tangkai bambu tali berbanding 40% limbah plastik polipropilena (PP). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi antara bahan baku dan matriks berpengaruh terhadap kualitas papan komposit.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian lebih lanjut berjudul Pengaruh Komposisi Plastik Polipropilena dan Partikel Batang Pisang Terhadap Kualitas Papan Plastik. Penelitian ini akan mengevaluasi pengaruh penambahan atau pengurangan komposisi antara partikel batang pisang barangan sebagai pengisi (filler) dan matriks polipropilena (PP) terhadap sifat fisis dan mekanis papan tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi pengaruh komposisi plastik polipropilena (PP) dan partikel batang pisang barangan terhadap kualitas papan plastik.

2. Menentukan komposisi yang terbaik untuk sifat fisis dan mekanis papan plastik.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan nilai tambah dan meningkatkan nilai guna limbah batang pisang barangan sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh limbah batang pisang.

2. Sebagai alternatif untuk menjadi subtitusi pengganti bahan baku kayu dalam industri papan komposit sehingga membantu menrunkan tingkat kerusakan hutan.

Hipotesis

Perbedaan komposisi antara plastik polipropilena dan partikel batang pisang barangan sebagai bahan baku pembuatan papan plastik mempengaruhi sifat fisis dan mekanisnya.

WINDA MARTOGI SITUMEANG: Effect of Plastic Polypropylene Composition and Particle of Barangan Banana Stems Against Quality Wood Polymer Composite. Under supervised by TITO SUCIPTO and APRI HERI ISWANTO.

Banana trunk is agricultural waste which is potentially as one of the solutions to be used as a material utilization berlignoselulosa products such as plastic boards. The purpose of this study was to evaluate the effect of the composition of the plastic polypropylene (PP) and banana stem particles to quality plastic board and determine the best composition for the physical and mechanical properties of plastic boards. Making plastic boards using a variation of the composition of polypropylene plastic (PP) and banana stem particles are 50:50, 60:40, 70:30 and 80:20. Mixing materials is done by using an extruder machine and compression board sheets using hot forged at a temperature of 1700C pressure of 25 kgf / cm2 for 10 minutes. The sample size of 25 cm x 25 cm x 1 cm with a target density of 0.7 g / cm3. Data analysis was carried out using a completely randomized design (CRD) with three replications. The results of this study compared with SNI 03-2105-2006. The density value of from 0.52 to 0.73 g / cm3, 1.67 to 4.32% moisture content, water absorption in immersion 2 hours from 1.88 to 11.41%, and a 24-hour immersion 5.38 to 28 , 48%, thickness swelling at 2 hours of immersion from 0.21 to 0.41%, and 24 hours from 0.43 to 0.69%, MOE 2710-6170 kg / cm2, MOR 50.72 to 128.49 kg / cm2 IB 1.11 to 2.94 kg / cm2. Variations in the composition of the plastic polypropylene (PP) and banana stem particles affect the physical and mechanical properties of plastic boards. Treatment on the composition of 70:30 is the best treatment for physical and mechanical properties of plastic boards.

Keywords: banana stems, plastic polypropylene (PP), physical and mechanical properties, wood polymer composite

WINDA MARTOGI SITUMEANG : Pengaruh Komposisi Plastik Polipropilena dan Partikel Batang Pisang Barangan Terhadap Kualitas Papan Plastik. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan APRI HERI ISWANTO.

Batang pisang merupakan limbah pertanian yang berpotensial sebagai salah satu solusi pemanfaatan bahan berlignoselulosa untuk dijadikan produk seperti papan plastik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh komposisi plastik polipropilena (PP) dan partikel batang pisang barangan terhadap kualitas papan plastik dan menentukan komposisi yang terbaik untuk sifat fisis dan mekanis papan plastik. Pembuatan papan plastik menggunakan variasi komposisi plastik polipropilena (PP) dan partikel batang pisang barangan yaitu 50:50, 60:40, 70:30 dan 80:20. Pencampuran bahan dilakukan dengan menggunakan mesin ekstruder dan pengempaan lembaran papan dengan menggunakan kempa panas pada suhu 1700C tekanan 25 kgf/cm2 selama 10 menit. Ukuran sampel 25 cm x 25 cm x 1 cm dengan target kerapatan 0,7 g/cm3. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006. Nilai kerapatan sebesar 0,52-0,73 g/cm3, kadar air 1,67-4,32%, daya serap air pada perendaman 2 jam 1,88-11,41%, dan perendaman 24 jam 5,38-28,48%, pengembangan tebal pada perendaman 2 jam 0,21-0,41%, dan 24 jam 0,43-0,69%, MOE 2.710-6.170 kg/cm2, MOR 50,72-128,49 kg/cm2, IB 1,11-2,94 kg/cm2. Variasi komposisi antara plastik polipropilena (PP) dan partikel batang pisang barangan berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan plastik. Perlakuan pada komposisi 70:30 merupakan perlakuan terbaik untuk sifat fisis dan mekanis papan plastik.

Kata kunci: batang pisang, plastik polipropilena (PP), sifat fisis dan mekanis, papan plastik

Dokumen terkait