• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1 Learning Organization

Organisasi pembelajaran didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki

kemampuan untuk selalu memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dan siklikal,

karena anggota-angotanya memiliki komitmen dan kompetensi individual yang

mampu belajar dan berbagi pengetahuan pada tingkat superfisial dan subtansial.

Organisasi pembelajaran adalah kata kiasan yang menggambarkan suatu

organisasi sebagai sebuah sistem yang terintregasi dan senantiasa selalu berubah,

karena individu-individu anggota organisasi tersebut mengalami proses belajar,

yang dilandasi oleh budaya kerjanya. Proses belajar individual terjadi jika anggota

organisasi mengalami proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru (know

why), yang dilanjutkan dengan meningkatnya kemampuan dan pengalaman untuk merealisasikan konsep tersebut (know how), sehingga terjadi perubahan atau

perbaikan nilai tambah organisasi. (Tjakraatmadja, 2006:123). Learning

organization adalah suatu perusahaan yang menyadari pentingnya pelatihan dan pengembangan yang terkait dengan kinerja berkelanjutan dan mau mengambil

tindakan yang tepat (Mondy, 2008:211).

West dan Burnes (dalam Haryanti, 2006:16) memberikan penjelasan yang

baik mengenai perbedaan antara pembelajaran organisasi (organizational

learning) dan organisasi pembelajaran (learning organization). Pembelajaran organisasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan tipe-tipe

aktifitas yang terdapat dalam organisasi pada waktu pembelajaran organisasi

mengacu pada keadaan di dalam maupun di luar organisasi tersebut. Sedangkan

organisasi pembelajaran adalah kemampuan organisasi dalam menciptakan,

mengakuisisi, dan mentransfer pengetahuan serta perilaku-perilakunya dalam

menyongsong pengetahuan dan wawasan baru.

Parmono 2001 (dalam Haryanti, 2006:16) menyatakan bahwa upaya

menjadi sebuah organisasi pembelajaran bukanlah hal yang mustahil. Upaya

pembentukan organisasi pembelajaran ini harus memperhatikan faktor-faktor

budaya, strategi, struktur dan lingkungan organisasi yang bersangkutan. Lebih

jauh dikemukakan bahwa ada delapan karakteristik yang harus dimiliki oleh

organisasi agar berhasil menjadi organisasi pembelajaran, yaitu :

1. Adanya peluang untuk belajar bagi seluruh komponen yang ada dalam

organisasi, bukan hanya secara formal tetapi juga terwujud dalam aktivitas

sehari-hari.

2. Adanya perancangan struktur dan budaya organisasi yang menjamin,

merangsang, dan memungkinkan seluruh komponen yang ada dalam

organisasi untuk belajar, menanyakan praktek manajemen yang ada selama

ini, bereksperimen, dan berkontribusi dengan ide-ide baru yang lebih segar.

3. Adanya insentif bagi para manajer yang selalu menggunakan prinsip

keterbukaan dan partisipatif dalam setiap proses pengambilan keputusan.

4. Adanya prinsip penerimaan terhadap kemungkinan timbulnya kesalahan

5. Adanya kesempatan dan hak yang sama bagi seluruh karyawan tanpa

terkecuali untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

6. Adanya keterbukaan sistem manajemen data dan akuntansi yang bisa diakses

oleh para pengguna yang lebih luas namun berkompeten.

7. Semakin kaburnya batas-batas yang ada antar karyawan dan antar departemen

sehingga memungkinkan terciptanya keterbukaan komunikasi dan hubungan

pemasok-pelanggan (supplier-customer relationship) dalam setiap tahapan

proses manajemen.

8. Adanya pemahaman bahwa keputusan pimpinan bukanlah solusi yang lengkap

tetapi lebih sebagai eksperimen yang masuk akal (rational experiment).

Indikator-Indikator Learning Organization

Adapun yang menjadi indikator learning organization menurut

Senge(dalam Tjakraatmadja, 2006:153) yaitu:

1. Disiplin Personal Mastery

Disiplin yang mendorong sebuah organisasi untuk terus-menerus belajar

bagaimana menciptakan masa depannya, yang hanya akan terbentuk jika

individu-individu para anggota organisasi mau dan mampu terus belajar menjadikan

dirinya seorang master di bidang ilmunya. Disiplin personal mastery terbentuk

dicirikan oleh tumbuhnya keterampilan-keterampilan individual para anggota

organisasi kontemplasi (refleksi) diri; keterampilan untuk memahami akan

kelebihan dan kelemahan kompetensi intelektual, emosional maupun sosial

kemudian keterampilan untuk membangun kondisi kerja yang sesuai dengan

keadaan organisasinya.

2. Disiplin Berbagi Visi

Oganisasi pembelajaran membutuhkan visi bersama, visi yang disepakati

oleh seluruh anggota organisasinya. Visi bersama ini akan menjadi kompas dan

sekaligus pemicu semangat dan komitmen untuk selalu bersama, sehingga

menumbuhkan motivasi kepada para karyawan untuk belajar dan terus belajar

meningkatkan kompetensinya. Keterampilan untuk menyesuaikan antara visi

pribadi dengan visi organisasi, serta keterampilan berbagi visi agar mencapai

tujuan pribadi yang terkandung dalam visi bersama organisasi, merupakan disiplin

individual yang dibutuhkan untuk membangun disiplin berbagi visi. Artinya,

untuk menumbuhkan komitmen dan performansi yang tinggi dari seluruh

karyawan, harus dimulai dari adanya visi bersama.

3. Disiplin Mental Model

Organisasi akan mengalami kesulitan untuk secara akurat mampu melihat

berbagai realitas yang ada, jika para anggota organisasi tidak mampu merumuskan

asumsi serta nilai-nilai yang tepat untuk digunakan sebagai basis cara berpikir

maupun cara memandang berbagai permasalahan organisasi. Keterampilan untuk

menemukan prinsip dan nilai-nilai bersama, serta tumbuhnya semangat berbagi

nilai untuk menumbuhkan keyakinan bersama sehingga menguatkan semangat

dan komitmen kebersamaan, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk

4. Disiplin Pembelajaran Tim

Disiplin pembelajaran tim akan efektif jika para anggota kelompok

tersebut memiliki rasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk dapat

bertindak sesuai dengan rencana bersama. Kemampuan untuk bertindak

merupakan prasyarat untuk menciptakan nilai tambah organisasi, karena rencana

tanpa diikuti tindakan nyata merupakan ilusi belaka. Masalahnya, kemampuan

untuk bertindak sesuai dengan rencana bersama sering terhambat hanyalah karena

kita tidak mampu berkomunikasi dan berkoordinasi secara benar dengan pihak

lain. Untuk itu, semangat berdialog, keterampilan bekerjasama tim, kemampuan

belajar dan beradaptasi, serta usaha untuk meningkatkan partisipasi, merupakan

disiplin yang dibutuhkan untuk membangun disiplin pembelajaran tim.

5. Disiplin Berpikir Sistemik

Peter Sange (1990) melengkapi keempat disiplin di atas dengan disiplin

berpikir sistemik, yaitu keterampilan untuk memahami stuktur hubungan antara

berbagai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi eksistensi

organisasi, keterampilan untuk berpikir integrative dan tuntas, keterampilan untuk

berpikir komprehensif, serta keterampilan untuk membangun organisasi yang

adaptif, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun disiplin belajar

sistemik.

2.1.2 Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan

tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam bidang tertentu sebagai

sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan di bidang tersebut. (Wibowo, 2007:86)

Sedangkan menurut Amstrong (dalam Dharma, 2005:102) kompetensi

mengacu kepada dimensi prilaku dari sebuah peran atau prilaku yang diperlukan

seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara memuaskan.

Spencer dan Spencer (dalam Wibowo, 2007:87) menyatakan bahwa

kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan mengindikasikan

cara berprilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode

waktu cukup lama. Dengan demikian kompetensi merupakan suatu kemampuan

melaksanakan suatu pekerjaan berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki. Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat

dan perilaku yang bersifat teknis, bekaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau

berorentasi bisnis.(Mondy:2008:261)

Menurut Alwi (2006: 6) Sumber Daya Manusia atau human resource

adalah orang yang bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula disebut

karyawan atau pegawai. Sedangkan menurut Nawawi (2001: 57) sumber daya

manusia adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu

organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, tenaga kerja, dll. Menurut

Mangkunegara (2005: 40) kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi

yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan

karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara langsung terhadap

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi sumber daya

manusia adalah suatu yang dapat memberikan gambaran tentang kemampuan

suatu individu sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas tertentu.

Kompetensi sumber daya manusia juga dapat diartikan sebagai karakteristik dasar

individu yang dalam hubungan sebab akibat berkaitan dengan performa yang

efektif atau superior dalam suatu pekerjaan atau jabatan.

2.1.2.1Tujuan Kompetensi

Menurut Hutapea dan Nurianna (2008: 16-19) kompetensi dalam

organisasi atau perusahaan pada umumnya bertujuan untuk:

a. Pembentukan pekerjaan (job design)

Kompetensi teknis dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi, peran,

dan tanggung jawab pekerjaan di suatu organisasi. Besarnya fungsi, peran, dan

tanggung jawab tersebut tergantung dari tujuan perusahaan, besar kecilnya

perusahaan, tingkat atau level pekerjaan dalam organisasi serta jenis usaha.

Sedangkan kompetensi perilaku digunakan untuk menggambarkan tuntutan

pekerjaan atas prilaku pemangku jabatan agar dapat melaksanakan pekerjaan

tersebut dengan prestasi luar biasa.

b. Evaluasi pekerjaan (job evaluation)

Kompetensi dapat dijadikan salah satu faktor pembobot pekerjaan, yang

digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan serta tantangan pekerjaan merupakan

pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah komponen dasar

pembentuk kompetensi.

c. Rekrutmen dan seleksi (recruitment and selection)

Pembentukan organisasi biasanya diikuti dengan pembentukan pekerjaan

serta penentuan persyaratan atau kualifikasi orang yang layak melaksanakan

pekerjaan tersebut. Kompetensi dapat digunakan sebagai salah satu komponen

dalam persyaratan jabatan, yang kemudian dijadikan pedoman untuk menyeleksi

calon karyawan yang akan menduduki jabatan atau melaksanakan pekerjaan

tersebut.

d. Pembentukan dan pengembangan organisasi (organization design and

development)

Organisasi yang kukuh adalah organisasi yang mempunyai kerangka

fondasi yang kuat. Kekuatan kerangka dan fondasi ditentukan oleh kemampuan

teknis, nilai atau budaya organisasi serta semangat kerja atau motivasi

orang-orang yang bekerja dalam organisasi. Kompetensi dapat menjadi fondasi yang

kuat untuk pembentukan dan pengembangan organisasi kearah organisasi yang

produktif dan kreatif apabila semua orang kearah organisasi.

e. Membentuk dan memperkuat nilai dan budaya perusahaan (company culture)

Peran kompetensi prilaku sangat diperlukan untuk membentuk dan

mengembangkan nilai budaya perusahaan (culture) sistem budaya kerja yang

produktif. Pembentukan nilai-nilai produktif dalam organisasi akan mudah

tercapai apabila pemilihan nilai-nilai budaya perusahaan sesuai dengan

f. Pembelajaran organisasi (organizational learning)

Peran kompetensi bukan hanya untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan, melainkan juga untuk membentuk karakter pembelajaran yang akan

menopang proses pembelajaran yang berkesinambungan.

g. Manajemen karier dan penilaian potensi karyawan (career management &

employee’s assessment)

Kerangka dan tindakan kompetensi dapat digunakan untuk membantu

perusahaan atau organisasi menciptakan pengembangan ruang karir bagi

karyawan untuk mencapai jenjang karir yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Melalui assessment centre (pusat penilaian potensi karyawan), penggunaan

kompetensi dapat mendorong pengembangan karier yang lebih terpola dan sejalan

dengan kebutuhan perusahaan.

h. Sistem imbal jasa (reward system)

Sistem imbal jasa akan memperkuat dan diperkuat oleh kerangka pekerjaan yang

berbasis kompetensi. Artinya, pemberian imbalan jasa yang dihubungkan dengan

pencapaian kompetensi individu akan mendukung pelaksanaan sistem kompetensi

yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya, sistem

kompetensi yang baik akan membantu mengefektifkan sistem imbal jasa yang

berlaku dalam perusahaan.

2.1.2.2 Indikator Kompetensi Sumber Daya Manusia

Adapun yang menjadi indikator kompetensi sumber daya manusia menurut

a. Pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan yang meliputi:

1) Mengetahui dan memahami pengetahuan di bidangnya masing-masing

yang menyangkut tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja.

2) Mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan peraturan, prosedur,

teknik yang baru dalam perusahaan.

3) Mengetahui bagaimana menggunakan informasi, peralatan, dan teknik

yang tepat dan benar.

b. Keterampilan individu meliputi

1) Kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik secara tulisan.

2) Kemampuan dalam berkomunikasi dengan jelas secara lisan.

c. Sikap kerja

1) Memiliki kemampuan dalam berkreativitas dalam bekerja.

2) Adanya semangat kerja yang tinggi.

3) Memiliki kemampuan dalam perencanaan/ pengorganisasian.

2.1.2.3 Kategori Kompetensi

Zwell (dalam Wibowo, 2007: 93) memberikan lima kategori kompetensi yang

terdiri dari task achievement, relationship, personal attribute, managerial, dan

leadership.

a. Task achievement merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan

kinerja baik. Misalnya orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi,

inisiatif, efisiensi produksi, inovasi, dan lain sebagainya.

b. Relationship merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan

kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan relationship meliputi,

kerja sama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antarpribadi, kecerdasan

organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik, dll.

c. Personal attribute merupakan kompetensi intrinsik individu dan

menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan berkembang.

Personal attribute merupakan kompetensi yang meliputi: integritas dan

kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, dll.

d. Managerial merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan

pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang.

e. Leadership merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin

organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi.

Kompetensi yang berkenaan dengan ini meliputi berpikir strategis, orientasi

kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen organisasional,

membangun fokus dan maksud, dasar, dan nilai-nilai.

2.1.2.4 Tingkatan Kompetensi

Spencer dan Spencer (dalam Wibowo, 2007: 96) mengelompokkan tiga tingkatan

kompetensi yaitu:

1. Behavioral Tools

a. Knowledge merupakan informasi yang digunakan orang dalam bidang

tertentu, misalnya membedakan antara akuntan senior dan junior.

b. Skill merupakan kemampuanorang untuk melakukan sesuatudengan baik.

2. Image Attribute

a. Social Role merupakan pola perilaku orang yang diperkuat oleh kelompok

social atau organisasi. Misalnya menjadi pemimpin atau pengikut, menjadi

agen perubahan atau menolak perubahan.

b. Self Image merupakan pandangan orang terhadap dirinya sendiri, identitas,

kepribadian, dan harga dirinya. Misalnya melihat dirinya sebagai

pengembang atau manajer yang berada di atas.

3. Personal Charasteristic

a. Traits merupakan aspek tipikal berprilaku misalnya, menjadi pendengar

yang baik.

b. Motive merupakan apa yang mendorong perilaku seseorang dalam bidang

tertentu (prestasi, afiliasi, kekuasaan). Misalnya, ingin mempengaruhi

perilaku orang lain untuk kebaikan organisasi.

2.1.3 Kinerja Karyawan

Pengertian kinerja (dalam Tika, 2006: 121) telah dirumuskan oleh beberapa ahli

manajemen antara lain sebagai berikut:

1. Stoner mengemukakan kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan

persepsi peranan.

2. Bernardin dan Russel mendefenisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil

yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama

kurun waktu tertentu.

3. Handoko mendefenisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi

4. Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

5. Sedangkan menurut Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007: 7) kinerja

merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan

tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi

pada ekonomi.

John Bernadin (dalam Edwardin 2006:12-13) menyatakan ada 6 indikator

kinerja pegawai secara individu, namun dalam penelitian ini digunakan 5

indikator yang relevan antara lain sebagai berikut :

1. Kualitas

Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti

menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktifitas ataupun

memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktifitas.

2. Ketepatan waktu

Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dilihat

dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang

tersedia untuk aktifitas yang lain.

3. Efektifitas

Tingkat pengguna sumber daya organisasi dengan maksud menaikan

keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam pengguna sumber

4. Kemandirian

Tingkat dimana seorang pegawai dapat melaksanakan fungsi kerja nya tanpa

meminta bantuan, bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya

pengawas guna menghindari hasil yang merugikan.

5. Komitmen kerja

Tingkat dimana pegawai mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan

tanggung jawab kerja dengan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia

Terhadap Kinerja Karyawan di PT.PP London Sumatra Tbk, Medan” yang

dilakukan oleh Ayuningrum (2010). Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kuantitatif dengan maksud mencari pengaruh antara variabel X dan

variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

primer terdiri dari metode angket dan observasi, dan data skunder terdiri dari studi

kepustakaan dan studi dokumenter. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

dilihat bahwa kompetensi sumber daya manusia di PT.PP Lonsum, Tbk sudah

baik sehingga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan hasil koefisien

korelasi antara kompetensi sumber daya manusia dengan kinerja karyawan adalah

0,46. Artinya, hubungan antara kedua variabel positif. Dan berdasarkan hasil uji

signifikan didapat t hitung > t tabel atau 4,75 > 2,028 yang berarti terdapat

hubungan yang positif dan signifikan anatara kompetensi sumber daya manusia

dengan kinerja karyawan. Sedangkan berdasarkan hasil determinasi bahwa kinerja

sedangkan sisanya 75,99 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Menjadi Prediktor

Organisasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan kinerja Karyawan (Study Kasus

pada PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta)” yang dilakukan oleh Haryanti, ST

(2006). Hasil analisis data menunjukkan bahwa model penelitian dan hasilnya

dapat diterima. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelatihan dan

pengembangan, aliran informasi, visi dan strategi mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap organisasi pembelajaran. Selanjutnya, organisasi

pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Semakin tinggi pelatihan dan pengembangan, aliran informasi, visi dan strategi

maka akan semakin meningkat kinerja karyawan melalui organisasi pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka implikasi teoritis yang dapat memberikan

justifikasi yang lebih kuat bagi anteseden yang mempengaruhi organisasi

pembelajaran, seperti pelatihan dan pengembangan, aliran informasi, visi dan

strategi. Implikasi manajerial menyarankan agar PT Gramedia Pustaka Utama

Jakarta lebih memberikan perhatian terhadap visi dan strategi karena faktor ini

merupakan faktor yang paling dominan untuk membangun organisasi

pembelajaran. Keterbatasan penelitian adalah penggunaan data yang hanya berasal

dari para karyawan di PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Penelitian mendatang

perlu mengembangkan model ini pada cabang yang berbeda dan menambahkan

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel

yang akan diteliti yaitu learning organization dan kompetensi sebagai variabel

independen dan kinerja kerja karyawan sebagai variable dependen.

John Bernadin (dalam Edwardin 2006:12) menjelaskan kinerja karyawan

dipengaruhi oleh seberapa banyak mereka memberikan kontribusi pada organisasi,

kontribusi itu dapat diukur dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, efektifitas

kinerja, kemandirian dan komitmen kerja. Kinerja karyawan yang baik dapat

terbentuk jika terdapat learning organization dan kompetensi yang kuat di dalam

perusahaan (Haryanti, 2006:11). Learning organization adalah suatu perusahaan

yang menyadari pentingnya pelatihan dan pengembangan yang terkait dengan

kinerja berkelanjutan dan mau mengambil tindakan yang tepat.(Mondy 2008:211).

Sedangkan kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat

dan perilaku yang bersifat teknis, bekaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau

berorentasi bisnis (Mondy:2008:261).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Mondy (2008) dan John Bernadin (dalam Edwardin 2006:12-13) (Haryanti, 2006:11) Learning Organization (X1) Kompetensi (X2) Kinerja Karyawan (Y)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2009:84).

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis

dalam penelitian ini adalah: “Learning Organization dan kompetensi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kerja karyawan PT Bank Negara indonesia Cabang USU Medan.”

Dokumen terkait