• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Helianthus

Spesies : Helianthus annuus

Cobia (1978) menjelaskan bahwa bunga matahari merupakan tanaman asli Amerika Utara yang berasal dari negara bagian Kansas dan tumbuh liar di kawasan Amerika Serikat. Sebelum pertengahan abad ke-16, tanaman ini dibawa ke Spanyol hingga akhirnya tersebar melalui jalur perdagangan dunia, kemudian sampai ke Italia, Mesir, Afganistan, India, Cina serta Rusia. Bunga matahari digunakan oleh suku Indian sebagai bahan pangan sebelum jagung dibudidayakan. Selain itu, bunga matahari juga digunakan sebagai sebagai salah satu tanaman obat, pewarna alami, minyak pada saat upacara adat serta sebagai penanda waktu atau musim. Budidaya bunga matahari dimulai saat masa dunia baru yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pangan tambahan. Setelah itu, bunga matahari mulai banyak digunakan sebagai tanaman penghias halaman.

Kristio (2007) mendeskripsikan bunga matahari sebagai bunga yang memiliki daun berwarna hijau berbentuk jantung, saling berhadapan dengan panjang 15 cm dan lebar 12 cm, merupakan daun tunggal. Ujung daunnya meruncing, sedangkan pangkal daunnya membelah. Tepi daunnya rata dan tulang daunnya menyirip. Tangkai daunnya yang panjang tersusun pada batang utama. Tumbuhan ini berbatang lunak (herbaceus) yang lunak dan berair. Batangnya berbentuk bulat dan tumbuh tegak lurus mencapai tinggi 1-3 meter. Batang utama tidak berkambium, kasar, dan berbulu. Bunga matahari berakar serabut serta memiliki epidermis berupa rambut-rambut akar. Bunganya berukuran besar

berbentuk cawan dengan mahkota seperti pita kuning di sepanjang tepi cawan. Di tengah cawan itu terdapat bunga-bunga kecil berbentuk tabung dengan warna coklat. Diameter bunganya sekitar 10-15 cm. Biji bunga matahari berasal dari bunga-bunga kecil yang dibuahi, berwarna hitam dengan garis-garis berwarna putih berkumpul di dalam cawan. Bila sudah matang, biji-biji ini mudah dilepaskan dari cawannya.

Budidaya Bunga Matahari

Tanaman bunga matahari tumbuh subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000-1500 meter di atas permukaan laut (Kristio, 2007).

Cobia (1978) menjelaskan bahwa benih bunga matahari sangat sensitif terhadap garam. Oleh sebab itu pupuk Nitrogen (N) yang ditambahkan dengan Potasium (K2O) ataupun Fosfat (P2O5) harus dibatasi ketika harus diberikan, yaitu

sekitar 453.6 kg/ha. Selain itu hal penting lainnya yang perlu dipertimbangkan ketika menanam bunga matahari adalah kelembaban lubang tanam untuk meletakkan benih, lubang tanam tidak boleh lebih dari 7.5 cm. Lubang tanam yang ideal bagi perkecambahan benih bunga matahari adalah 2.5-5 cm. Lubang tanam yang dangkal mengakibatkan suhu tanah yang rendah, kelembaban yang tinggi, tekstur tanah yang baik serta ukuran benih yang kecil. Benih bunga matahari dapat ditanam lebih dalam (7.5 cm) jika suhu tanah cukup tinggi, kelembaban rendah, tekstur tanah berpasir dan benih berukuran besar. Jarak tanam bunga matahari umumnya adalah 50 x 75 cm, namun pada jarak tanam 100 x 35 cm bunga matahari akan memberikan hasil yang baik. Populasi tanaman bunga matahari yang baik untuk produksi minyak adalah berkisar antara 32000 – 52000 tanaman/hektar, sedangkan populasi yang baik jika tidak untuk memproduksi minyak adalah berkisar antara 26000 – 38000 tanaman/hektar. Pemanenan dapat dilakukan setelah bunga matahari berumur 120 hari setelah tanam atau 30 - 45 hari setelah pembungaan berlangsung.

Paclobutrazol

Zat penghambat tumbuh mempunyai efek biologis lain disamping memperlambat pemanjangan batang. Daun-daun dari tanaman yang diberikan zat penghambat pertumbuhan berwarna hijau tua jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan zat tersebut. Zat penghambat tumbuh juga mendorong pembungaan pada beberapa tanaman tertentu. Pengaruh fisiologis dari zat penghambat tumbuh antara lain adalah : menghambat elongasi sel pada sub apikal meristem, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, mempertinggi perakaran stek, menghambat

senescence, memperpanjang masa simpan, meningkatkan pembuahan serta membantu perkecambahan dan pertunasan (Wattimena, 1988).

Salah satu jenis zat penghambat tumbuh yang umum digunakan pada tanaman adalah paclobutrazol. Rimando (2003) mengemukakan bahwa paclobutrazol merupakan salah satu bahan kimia yang menghambat perpanjangan sel tanpa membatasi fungsi dari meristem apikal ataupun menyebabkan perubahan dari bagian tanaman yang lain. USDOE (2000) dalam Rani (2006) menambahkan, paclobutrazol merupakan zat pengatur tumbuh yang bekerja melalui xylem dan menghambat pertumbuhan vegetatif dengan menghambat biosintesis giberelin.

Berdasarkan penelitian Rani (2006), paclobutrazol dengan konsentrasi yang optimum dapat memberikan pengendalian tanaman bunga matahari yang optimum, yaitu 4 mg/tanaman untuk kultivar „Hallo‟ dan 2 mg/tanaman untuk kultivar „Teddy Bear‟ dengan persentase pengendalian masing-masing kultivar secara berturut-turut adalah sebesar 47.6% dan 13.0%.

Pulsing

Pengawetan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan, yaitu, menambahkan nutrisi, menurunkan pH air sehingga kondisi masam, dan menghambat perkembangan jasad renik pembusuk (Amiarsi

et al., 2002). Prabawati et al. (2002) menjelaskan bahwa, pulsing merupakan perlakuan pengawetan bunga segera setelah panen untuk memberi bekal sumber nutrisi pada bunga dan melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme

penyebab penyumbatan pembuluh pada tangkai bunga. Komposisi pulsing

umumnya terdiri atas sumber karbohidrat, germisida, dan asam yang dapat diperkaya dengan senyawa antagonis etilen.

Yulianingsih (2000) mengungkapkan bahwa penggunaan larutan perendam tidak hanya mencukupi kebutuhan air dari bunga potong, tetapi juga karbohidrat yang diperlukan untuk aktivitas hidup bunga potong selama dalam peragaan. Kandungan sukrosa yang cukup tinggi dalam larutan perendam memungkinkan ketersediaan karbohidrat yang cukup banyak untuk aktivitas bunga potong, sehingga masa kesegarannya dapat lebih lama dipertahankan dan persentase kuncup yang mekar dapat lebih banyak.

Sukrosa banyak ditambahkan ke dalam zat pengawet yang pengaruhnya sama efektifnya seperti flukosa dan fruktosa (Amiarsi, 2002). Berdasarkan penelitian Murtiningsih et al. (2000), penambahan gula 15% kedalam larutan pulsing dapat menambah jumlah bunga mekar dan memperpanjang ketahanan

simpannya.

Asam Salisilat

Asam salisilat memiliki rumus kimia C7H6O3. Asam salisilat biasanya

berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau, jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. Sifat asam salisilat yaitu sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih dimana titik didih asam salisilat adalah 280oC dengan densitas 25oC pada 1.84 kg/L (Depkes RI, 1995)

Asam salisilat memegang peran penting dalam Ketahanan Sistemik Terinduksi (KST). Beberapa produk dari gen KST mempunyai sifat antimikrobia atau dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein itu antara lain berupa b,1-3, Glukanase, kitinase, thaumatin, dan protein PR-1 (Kessman et al., 1994).

Dalam aplikasinya bagi tanaman hias khususnya bunga potong, asam salisilat dapat digunakan sebagai bahan larutan perendam (pulsing) untuk

memperpanjang masa keragaan bunga potong. Dalam penelitiannya Ramadiana (2008) menggunakan 150 ppm asam salisilat yang dilarutkan dengan aquades dan 3% sukrosa untuk memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek vanda (Vanda teres) selama 10 hari dengan persentase kesegaran sebesar 58.6%.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2011 hingga Juli 2011 berlokasi di Green House Kebun Percobaan Cikabayan dan di Laboratorium

Produksi dan Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bunga matahari aksesi Jepang. Retardan yang digunakan adalah paclobutrazol dengan merek dagang Patrol yang memiliki konsentrasi bahan aktif paclobutrazol sebesar 250 g.L-1 (250000 mg.L-1 = 250000 ppm). Benih bunga matahari disemai dalam kertas

tissue lembab. Setelah calon akar muncul dari benih atau ketika kecambah bunga

matahari berumur satu minggu, kecambah dipindahkan ke dalam polybag 30 x 30 cm dengan media campuran pupuk kandang : tanah : sekam dengan perbandingan 2 : 2 : 1 (v/v). Pada saat transplanting, tiap tanaman diberikan pupuk dasar NPK Mutiara sebanyak 2 g/polybag. Bahan yang dibutuhkan selama proses penanganan pasca panen bunga matahari sebagai bunga potong adalah bunga hasil panen yang telah diseleksi serta terlihat segar, sehat dan seragam dengan panjang tangkai bunga sekitar 50 cm diukur dari ujung tangkai ke kelopak bunga. Bahan larutan

pulsing yang digunakan adalah aquades, gula pasir, dan asam salisilat.

Alat yang digunakan selama berlangsungnya penelitian ini adalah polybag dengan diameter 30 cm, ember, gembor, gelas plastik, botol, cutter, corong, gelas piala, gelas ukur, sudip, kertas pH meter, timbangan, kamera, penggaris, pipet, kertas tissue, plastik, karet, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor yaitu pemberian paclobutrazol dan komposisi larutan

terdiri dari dua taraf yaitu P0 : tanpa pemberian paclobutrazol dan P1 : dengan pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 mg/L atau setara dengan 10 ppm. Faktor kedua yang menjadi perlakuan adalah jenis komposisi larutan pulsing, dimana terdapat tiga taraf yaitu :

R0 : aquades

R1 : aquades + 5% gula pasir

R2 : aquades + 5% gula pasir + 150 ppm asam salisilat

Dengan rancangan perlakuan di atas terdapat 6 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5 ulangan, sehingga terdapat sebanyak 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman. Model statistik yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan adalah:

Yijk = μ + αi+ βj + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan (respon) perlakuan pada perlakuan paclobutrazol ke-i

ulangan ke-j

μ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i

βj = Pengaruh ulangan/kelompok ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan paclobutrazol ke-i ulangan ke-

j

Data pertumbuhan dan perkembangan di lapang dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada selang kepercayaan 5% dan 1%.

Model statistik untuk pengamatan pasca panen adalah: Yijk= μ + αi+ βj+ (αβ)ij+ ρk + εijk

Keterangan:

Yijk =Nilai pengamatan (respon) perlakuan pada perlakuan paclobutrazol ke-i

dan komposisi larutan pulsing ke-j μ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i

(αβ)ij = Komponen interaksi perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i dengan

komposisi pulsing pada taraf ke-j

ρk = Pengaruh kelompok atau ulangan ke-k

εijk = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan paclobutrazol ke-i dengan

komposisi larutan pulsing taraf ke-j, dan ulangan ke-k

Data diuji dengan analisis uji-F pada selang kepercayaan 5% dan 1% dengan menggunakan piranti lunak SAS (Statistical Analytic System). Pengujian kemudian dilanjutkan dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% dan 1%.

Pelaksanaan

Tahapan penelitian ini dimulai dengan persiapan berbagai alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam penanaman bunga matahari. Benih bunga matahari disemai dalam kertas tissue lembab. Setelah akar muncul atau saat kecambah berumur satu minggu, kecambah dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm dengan media jadi campuran media pupuk kandang : tanah : sekam. Bibit bunga matahari kemudian diletakkan di rumah kaca. Pada saat

transplanting, tiap tanaman diberikan pupuk dasar NPK Mutiara sebanyak 2

g/polybag.

Aplikasi paclobutrazol dilakukan dengan cara disiramkan ke media tanam (soil drenching) dengan konsentrasi 10 ppm. Tiap polybag diaplikasikan

paclobutrazol dengan volume siram 200 ml/pot. Aplikasi ini dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur satu bulan setelah transplanting.

Pembuatan larutan paclobutrazol diawali dengan pengambilan Patrol yang memiliki konsentrasi 250000 ppm untuk dibuat larutan stok paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 14000 ml dengan cara :

V1 x M1 = V2 x M2

Vpatrol x 250000 mg/L = 14000 mL x 10 mg/L Vpatrol = 0,56 ml

Ditambahkan Patrol sebanyak 0,56 ml ke dalam 13999,44 ml aquades untuk mendapatkan 14000 mL larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm yang diaplikasikan pada tanaman bunga matahari. Paclobutrazol kemudian

diaplikasikan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur empat minggu setelah

transplanting.

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan. Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan konsentrasi 2 g/L dan pupuk cair dengan konsentrasi 2 ml/L, serta volume semprot 200 ml/polybag secara bergantian. Selain pemupukan, dilakukan juga pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu serta penyiraman.

Pemanenan bunga matahari dilakuan saat mahkota bunga matahari ada pada stadia 75% mekar. Pemanenan dapat dilakukan pada saat yang tidak bersamaan, namun berada pada stadia yang sama. Ukuran panjang tangkai bunga matahari saat dilakukan pemanenan adalah 50 cm. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan cutter untuk memotong tangkai bunga matahari.

Perlakuan pasca panen dilakukan dengan segera setelah bunga matahari dipanen. Pembuatan komposisi larutan pulsing dilakukan beberapa jam sebelum

perlakuan. Larutan pulsing yang sudah jadi sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam wadah botol sauce ABC bervolume 500 ml yang telah diberi label untuk masing-masing perlakuan. Setelah bunga matahari dimasukkan ke dalam wadah berdasarkan masing-masing perlakuan yang telah disebutkan, wadah tersebut kemudian kembali ditutup dengan plastik, agar larutan pulsing tidak terkontaminasi dengan udara luar. Setelah dilakukan perendaman pada larutan pulsing pada komposisi tertentu selama 24 jam, bunga matahari kemudian dipindahkan ke dalam botol peraga berisi air aquades sebanyak 300 ml untuk diamati keragaannya pada suhu ruang. Penelitian diakhiri setelah terlihat adanya diskolorasi/pencokelatan pada mahkota bunga matahari sebesar 50%.

Pengamatan

Pengamatan yang akan dilakukan selama penelitian ini dilakukan di lapang dan di laboratorium produksi dan pasca panen. Adapun pengamatan- pengamatan yang dilakukan pada saat di lapang adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah cabang, jumlah buku pada batang utama, serta diameter bunga utama. Pengamatan saat dilakukan

penanganan pasca panen bunga matahari adalah pengamatan terhadap mutu fisik bunga yang meliputi jumlah larutan terserap (ml), jumlah mahkota segar dan masa peragaan bunga matahari (hari), pengamatan ini dihitung mulai peragaan hingga terlihat adanya pencokelatan pada mahkota bunga dengan persentase 50%.

Pengamatan di Lapang

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari buku pertama batang hingga titik tumbuh tanaman. Pengamatan dilakukan tiap minggu, dimulai satu minggu setelah pengaplikasian paclobutrazol.

2. Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan meteran pada batang ruas pertama, pengamatan dilakukan setiap minggu setelah dilakukan pengaplikasian paclobutrazol.

3. Jumlah ruas

Pengamatan jumlah ruas dilakukan pada saat satu minggu setelah pengaplikasian paclobutrazol dengan menghitung jumlah ruas pada batang utama yang dimilliki masing-masing tanaman.

4. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung setiap minggu sejak diaplikasikannya paclobutrazol. Daun yang dihitung adalah daun yang masih segar dan tidak layu atau kuning. 5. Jumlah cabang

Pengamatan terhadap jumlah cabang pada batang utama dilakukan saat cabang minimal sudah memiliki empat helai daun dan bakal bunga sekunder. 6. Jumlah buku pada batang utama

Jumlah buku pada batang utama diamati setiap minggu pada masing- masing tanaman bunga matahari setelah pengaplikasian paclobutrazol.

7. Diameter bunga utama (mm)

Pengukuran diameter bunga dilakukan saat bunga telah membuka sempurna atau telah mekar penuh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris.

Pengamatan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen

1. Jumlah larutan terserap (ml/tangkai)

Jumlah larutan terserap diukur pada waktu sebelum dan sesudah perendaman dengan larutan pulsing dengan mengukur larutan pada gelas ukur kemudian menghitung selisihnya.

2. Jumlah mahkota segar

Jumlah mahkota segar dihitung dengan cara menghitung mahkota segar dalam satu bunga matahari yang diamati.

3. Masa peragaan bunga (hari)

Bunga matahari yang telah direndam dalam larutan pulsing selama 24 jam kemudian dipindahkan ke dalam larutan air suling (aquades). Setelah dipindahkan ke dalam larutan aquades, bunga matahari diamati hingga terlihat persentase kecokelatan braktea lebih dari 50%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Green House Kebun Percobaan Cikbayan dan Laboratorium Produksi dan Pasca Panen

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Green House Kebun Percobaan Cikabayan terletak pada ketinggian sekitar 250 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata di dalam rumah kaca pada pagi hingga siang hari berkisar antara 28-40 oC sedangkan kelembabannya bekisar antara 54.5 - 65%.

Proses penanaman bunga matahari dimulai dengan menyemai benih bunga matahari pada media tissue, kemudian bibit bunga matahari yang sudah berumur satu minggu dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Tanaman disusun berbaris secara selang-seling antara yang mendapat perlakuan paclobutrazol dengan tanaman kontrol.

Secara umum seluruh tanaman bunga matahari tumbuh dengan baik, walaupun beberapa tanaman terserang hama belalang pada saat berumur 4 MSP dan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP. Serangan belalang tidak terlalu mengganggu karena dengan sekali penyemperotan insektisida saja sudah dapat teratasi dan tanaman kembali tumbuh normal, namun serangan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP cukup mengkhawatirkan, karena hampir 35% tanaman bunga matahari mati akibat serangan hama tersebut. Penanggulangan hama kutu putih dilakukan dengan pemberian deterjen yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentarsi sebesar 5% (w/v). Larutan ini kemudian disemprotkan ke bagian tanaman yang terkena serangan kutu putih seminggu sekali.

Aplikasi paclobutrazol dilakukan setelah 4 minggu setelah transplanting

dengan konsentrasi paclobutrazol sebesar 10 ppm. Paclobutrazol diberikan dengan menyiramkan larutan paclobutrazol 10 ppm pada media tanam di masing-masing polybag, dengan volume siram 200 ml/polybag. Aplikasi pacobutrazol dilakukan hanya satu kali, dengan harapan reduksi pertumbuhan tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm sebesar 30% dibandingkan dengan tanaman kontrol.

Tanaman bunga matahari yang dapat bertahan hidup hingga akhir penelitian berjumlah 46 tanaman bunga matahari dari total 70 tanaman bunga matahari yang ditanam. Sebagian tanaman merana karena serangan hama kutu putih. Hama kutu putih lebih banyak menyerang tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Secara umum, tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol terlihat lebih pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol.

Tanaman bunga matahari kemudian dipanen bunganya setelah mahkotanya mencapai stadia 75% mekar penuh, panjang tangkai bunga matahari yang dapat dipanen berukuran 50 cm. Pemanenan dilakukan sore hari sekitar pukul 16.00-18.00. Setelah dilakukan pemanenan, tangkai bunga matahari direndam dengan menggunakan komposisi larutan pulsing sesuai dengan

perlakuan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman di Rumah Kaca

Tinggi Tanaman. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari mengalami peningkatan selama dilakukannya pengamatan 10 Minggu Setelah Perlakuan (MSP) paclobutrazol 10 ppm. Perlakuan pacobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bunga matahari.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol

Perlakuan

Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ….………..………...cm... P0 35.6 42.2 49.2 59.6 65.2 73.2 89.5 104 119.6 132.9 P1 23.6 29.6 33.6 40.6 45.9 51.2 63.8 73.7 86.8 92 Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol

P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1%

Pada 1 MSP hingga 10 MSP terlihat perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman bunga matahari. Tanaman bunga matahari yang diberi

paclobutrazol memilliki tinggi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa pertambahan tinggi paling rendah pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol sebesar 4.07 cm terjadi saat tanaman berumur 3 MSP dan pertambahan tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu 12.88 cm terjadi saat umur tanaman 9 MSP. Pertambahan tinggi pada tanaman kontrol dengan nilai terkecil terjadi saat tanaman berumur 5 MSP yaitu sebesar 5.63 cm, sedangkan pertambahan tinggi terbesar yaitu 16.27 cm yang terjadi saat tanaman berumur 7 MSP.

Paclobutrazol mampu mereduksi pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 31.3% pada setiap minggunya jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Whipker dan McCall (2000) yang menyatakan bahwa pengaplikasian paclobutrazol pada

Helianthus annus dengan metode siram ke media dengan dosis 2 mg/tanaman dan

4 mg/tanaman mampu menghasilkan tanaman yang 24% dan 33% lebih pendek pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol. Santiasrini (2009) mengemukakan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan menyebabkan tinggi tanaman semakin rendah.

Gambar 2. Penampilan tanaman bunga matahari hasil penelitian. A : Tanaman kontrol; B : Tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm paclobutrazol pada 8 MSA.

Diameter Batang. Pengamatan berikutnya adalah diameter batang tanaman bunga matahari. Berbeda dengan tinggi tanaman, hasil uji t student

terhadap diameter batang tanaman bunga matahari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sejak tanaman berumur 1 MSP hingga tanaman berumur 10 MSP.

Tabel 2. Diameter Batang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol

Perlakuan

Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ……….………cm………….………. P0 0.8 0.9 0.9 1.1 1.1t 1.1 1.2 1.3 1.4 1.3 P1 0.7 0.9 1.0 1.1 1.1 1.2 1.2 1.3 1.4 1.3 Uji t student tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : P0 : Tanaman kontrol

P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap ukuran diameter batang pada tanaman bunga matahari, baik pada tanaman yang diberikan aplikasi paclobutrazol maupun tanaman kontrol. Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman bunga matahari setiap minggunya berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 adalah sebesar 0.06 cm/minggu.

Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Rani (2006), dimana tanaman bunga matahari yang diaplikasikan paclobutrazol memiliki diameter batang yang 0.9 - 9.6 mm lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan. Peningkatan diameter batang karena

Dokumen terkait