• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biologi ikan koi (Cyprinus carpio)

Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota Ojiya, Provinsi Niigata. Nenek moyangnya adalah ikan mas yang biasa disimpan dan dikonsumsi pada musim dingin. Dari ikan konsumsi yang tadinya berwarna coklat dihasilkan mutan yang berwarna merah dan biru, kemudian mutan inilah yang secara selektif dikembangkan menjadi variasi baru. Pada tahun 1870, varitas kohaku disempurnakan. Kohaku artinya warna merah diatas purih, kemudian banyak varitas-varitas indah yang dikembangkan pada tahun 1930-an. Sejak saat itu satu persatu varitas ikan koi bermunculan dari hasil seleksi yang dilakukan secara terus menerus (Junior, 2013).

Menurut Effendi (1997) Ikan koi memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas sebagai berikut:

Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Ordo : Cypriniformei Familyi : Cyprinidae Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Menurut Susanto (2000) tubuh ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan alat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi

adalah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip pada koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip yang berfungsi sebagai alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip anus memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan batang sampai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna sebagai penerima getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada disebelah dalam sisik yang membayang hingga keluar dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ikan koi

Pada awalnya ikan koi hanya memiliki warna tunggal yaitu hitam (karasugoi dan sumigoi), merah (benigoi, higoi, akagoi), putih (shiromuji), keemasan (kingoi), dan putih keperakan (gingoi) dan disilangkan sehinggamenghasilkan dua warna, tiga warna, lima warna dan multi warna. Seiring dengan perkembangan teknik budidaya, koi yang pada awalnya hanya memiliki satu warna saja saling disilangkan sehingga menghasilkan ikan koi yang memiliki dua warna, tiga warna, bahkan lima warna. Ikan ini dapat dipelihara hampir di semua tempat, gerak gerik ikan ini tampak simpatik, bahkan ada anggapan ikan koi dapat membawa keuntungan bagi pemiliknya (Effendi, 1997).

Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan tawar. Menurut SNI 7734 (2011) persyaratan media air untuk ikan koi sesuai Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan Media Air Untuk Ikan Koi

Jenis Uji satuan Persyaratan a. Fisika

Suhu (0C) 0C 20-29 b. Kimia

Ph - 6,5-8

Oksigen terlarut mg/L Min. 5

Amonia mg/L Mak. 0,02

Nitrat mg/L Maks. 50

Nitrit mg/L Maks. 0,2

Sumber: SNI 7734 (2011).

Pertumbuhan

Dalam kegiatan budidaya perikanan, baik pada tahap kegiatan pembenihan maupun pembesaran, pakan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang keberhasilan usaha tersebut. Pakan yang dibultuhkan harus mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan (Sutikno, 2011).

Bagi ikan, pakan tidak hanya berfungsi sebagai penyambung hidup. Namun, gizi yang terdapat didalamnya juga dibutuhklan untuk pertumbuhan. Kandungan gizi yang harus terdapat dalam pakan antara lain protein, lemak (lipid), karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein diperlukan ikan untuk pertmbuhan dan mengganti sel yang rusak. Lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, sementara vitamin dan mineral membantu proses metabolisme, mengatur proses fisiologi, membentuk enzim dan menunjang kesehatan ikan (Bachtiar, 2003).

Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan, selain reproduksi. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu, ukuran ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, bobot maupun volume.ikan tumbuh terus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tidak terbatas (Rahardjo, dkk., 2011).

Pertumbuhan dalam suatu individu disebabkan oleh pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Makanan tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual dan perawatan bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang rusak (Effendie 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi akan berpengaruhi pada kebutuhan jumlah maupun kualitas pakan. Faktor tersebut antara lain tingkah laku dan ukuran ikan. Ikan yang aktif memerlukan energi lebih banyak daripada ikan yang berukuran besar karena kecepatan metabolismenya lebih tinggi. Semakin tua ikan, maka kebutuhan energinya semakin berkurang (Lesmana dan Dermawan, 2001).

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi faktor internal dan eksternal (Effendie, 1997). Faktor internal meliputi keturunan, kematangan gonad, parasit dan penyakit. Faktor eksternal meliputi suhu, oksigen, makanan, padat penebaran dan bahan buangan metabolit. Apabila jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan kehilangan berat. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi

pada padat penebaran yang lebih tinggi dibandingkan padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada padat penebaran lebih tinggi ukuran ikan lebih bervariasi sedangkan padat penebaran yang lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar (Serdiati, 1988).

Terdapat dua macam pertumbuhan yaitu petumbuhan mutlak danpertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot atau panjangikan pada saat umur tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbedaanantara ukuran pada akhir interval dengan ukuran pada awal interval dibagi dengan ukuran pada awal interval. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energy dan asam amino (protein)berasal dari makanan (Effendie 1997).

Sebagai data penunjang pertumbuhan diperlukan data kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode (Effendie, 2004). Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makanan, penanganan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang

gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan kekurangan makanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat dilakukan dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan sesuai dengan kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal dan kelangsungan hidup yang maksimal. Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan rentan terhadap penyakit dan parasit. Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya kepadatan dan kualitas air. Umumnya laju kelangsungan hidup benih lebih tinggi dibandingkan larva, karena benih lebih kuat (Effendi, 2004).

Kualitas Air

Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya (Boyd 1982). Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Ismoyo 1994).

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan koi. Meskipun ikan koi dapat hidup dan berkembang pada air yang berkualitas buruk tetapi akan rentan terhadap serangan penyakit dan warna akan menjadi pudar dan tidak indah lagi. Untuk menjaga kualitas koi yang tinggi dan sehatfaktor pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas air (Lesmana 2001).

Oksigen (O2)

Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Oksigen dalam air minsalnya berasal dari udara dan fotosintesis organisme yang hidup di danau. Jika respirasi terjadi lebih cepat dari pergantian yang larut, maka terjadi defisit oksigen. Sebaiknya dasar danau dijenuhkan dengan oksigen (Satrawijaya, 1991).

Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesa sel, dan oksidasi sel. Komponen oksigen yang mengandung senyawa nitrogen dapat juga dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan senyawa organik yang mengandung senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat. Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 200C selama 5 hari dan BOD yang menunjukan jumlah oksigen yang dikonsummsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarutsebelum dan setelah inkubasi (Fardiaz, 1992).

pH

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didetma finisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktifitas ian hitrogen dan secara sistematis dinyatakan dalam sebagai pH = log 1/H+ dimana H+ adalah ebanyakan ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air dalam

mengikat dan melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan keadaan ini disebut sebagai larutan basa (Barus, 2004).

Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak basa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5-8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 mg/L CaCO3 (Effendi 1993).

Suhu

Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen. Populasi termal pada organisme air terjadi pada suhu tunggi. Setiap spesies mempunyai suhu optimumnya. Ada ikan yang mempunyai suhu optimum, 150C, ada yang 240C dan ada yang 320C. ikan ini dapat memegang perbedaan suhu sedikit, bahkan dapat mengaklimatisasi diri. Tetapi jika suhu berbeda jauh dari optimumnya, hewan itu akan mati atau bermigrasi ke daerah baru. Selisih 50C sudah cukup untuk ikan mengakhiri hidupnya, apabila terjadi serentak karena limbah panas dan pabrik. Kenaikan suhu secara bertahap diketahui masih dapat ditahan oleh ikan, keadaan ini disebabkan oleh aanya sifat adaptasi oleah ikan terhadap perubahan lingkungan hidupnya (Sastrawijaya, 1991).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pemasok ikan hias yang terbesar ke manca negara. Bagi rakyat Indonesia, budidaya ikan memberikan kontribusi yang sangat besar karena dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan produk olahan dan bahkan dapat menghasilkan devisa. Namun, jumlah permintaan dari pasar ikan hias dunia terkadang tidak terpenuhi karena jumlah ikan hias yang dihasilkan masih kurang. Agar budidaya komuditas baru tersebut dapat berkembang biak dengan baik, maka kontinutas pengadaan benihnya harus terjamin. Untuk mewujudkan ketersediaan jumlah ikan dapat dilakukan peningkatan produksi komunitas ikan hias yang ada dan pengembangan komuditas ikan hias baru yang berasal dari spesies lokal Indonesia (Junior, 2003).

Usaha pembenihan ikan hias hingga saat ini telah berkembang pesat. Salah satu mata rantai usaha budidaya ikan adalah tersedianya benih yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitas. Walaupun usaha pembenihan ikan khususnya ikan koi telah lama dilakukan, tetapi permintaan terhadap ikan koi hingga saat ini masih belum mencukupi.

Pakan ikan yang dibuat oleh pabrik di Indonesia umumnya mengandung nutrisi yang lengkap, namun harganya relatif mahal. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan dalam usaha budidaya ikan secara intensif adalah dengan penggunaan pakan secera efisien agar ikan tumbuh optimal dan pakan yang terbuang seminimal mungkin. Penggunaan pakan secara efisien berarti jumlah

pakan, jadwal pemberian dan cara pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan makan ikan. Selain pakan, pertumbuhan ikan juga bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran.

Salah satu kendala dalam usaha budidaya ikan koi yaitu tingkat kelangsungan hidup yang rendah dan pertumbuhan ikan yang relativ lambat. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya suhu, sehingga ikan koi menjadi stres dan mati. Selain itu, tidak stabilnya suhu juga mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan proses metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.

Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan ikan koi, maka perlu dilakukan penelitian mengenai suhu yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan koi.

Perumusan Masalah

1. Berapa besar pengaruh suhu untuk pertumbuhan ikan koi?

2. Apakah perbedaan suhu berpengaruh langsung terhadap nafsu makan ikan koi?

Kerangka Pemikiran

Ikan koi merupakan ikan yang paling banyak digemari serta banyak ditemukan di lingkungan masyarakat Indonesia. Ikan koi memiliki banyak

keunggulan selain dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah, ikan koi juga mudah diipelihara dan dibudidayakan.

Selain pakan, suhu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pada ikan. Dimana suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan pada ikan tersebut. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan koi.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan koi.

Manfaat Penelitian

1. Mengaplikasikan penggunaan heater sebagai pengatur suhu untuk ikan koi. 2. Meningkatkan nilai jual dari ikan koi sebagai ikan hias.

3. Sebagai informasi bagi pembudidaya ikan koi guna untuk meningkatkan pertumbuhan ikan koi.

Budidaya Ikan Koi

lingkungan Suhu Pakan

Takari

Analisis pertumbuhan ikan koi Budidaya Intensif

ABSTRAK

EMALIANA. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan Koi (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan INDRA LESMANA.

Ikan koi merupakan ikan hias air tawar, salah satu kendala dalam usaha budidaya ikan koi yaitu tingkat kelangsungan hidup yang rendah dan pertumbuhan ikan yang relativ lambat. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya suhu, sehingga menyebabkan ikan koi menjadi stres dan mati.. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan koi dan Mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan koi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah tanpa pengaturan suhu, suhu 27oC , 29oC dan 31oC. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari pada pukul 09.00 dan 18.00 WIB. Pergantian air sebanyak 10% dari volume total air media dilakukan pada tiga hari sebelum pengamatan. Tahap awal sebelum dilakukan pemeliharaan adalah proses adaptasi selama 30 menit, sehingga diharapkan ikan sudah dapat beradaptasi terhadap perlakuan yang diberikan. Ikan dipelihara selama 30 hari dan setiap sepuluh hari dilakukan pengukuran seluruh ikan meliputi panjang total dan berat tubuh ikan serta kelangsungan hidup ikan. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, dan DO. Benih ikan koi yang dipelihara pada suhu 270C memberikan nilai pertumbuhan panjang mutlak sebesar 11,47 cm dan menghasilkan pertumbuhan bobot berkisar antara 8,61 – 10,36 gram. Nilai kelangsungan hidup yang didapat selama masa pemeliharaan adalah 100%. Parameter pendukung kualitas air yang diperoleh adalah DO berkisar 5,22 – 5,61mg/l dan pH berkisar 7,08 – 7,15. Suhu pemeliharaan ikan koi masih dalam keadaan optimal yaitu berkisar 26 – 310C, namun suhu yang terbaik untuk pertumbuhan ikan koi yaitu pada suhu 270C. Pertumbuhan panjang ikan koi memiliki pengaruh nyata terdapat pada perlakuan B dengan suhu 270C. Akan tetapi pada perlakuan A, C dan D tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang maupun bobot ikan koi.

ABSTRACT

EMALIANA. The influence of the temperature against the growth of koi Fish (Cyprinus carpio). Under academic suvervised by SYAMMAUN USMAN and INDRA LESMANA.

Koi fish is fish ornamental waters bargaining, one of the constraints in the effort coltivation koi fish is the level of survival rates low and the growth of fish relatively slow. This condition is one of them caused by the axistence of the temperature change or the temperature is not stable, causing koi fish become stress later died. This study was aimed to determine how big the influence of the The influence of the temperature against the growth of koi Fish and knowing the temperature is good for the growth of fish. The experimental design used is Completely Randomized Design (CRD) with four treatment and three test. The treatment fish without temperature, temperature 270C, 290C and 310C. The artificial fish fed as much as twice a day during the study 09.00 and 18.00. turn of the water as much as 10 % of the volume a total of water done for 3 days before observatoin. An early stage before done maintenance is the process of the adaptability for 30 minutes, so is expected to fish can adapt against the treatment. Fish maintained for 30 days and every 10 days done measurement at all fish covering long total, heavy and survival rates of fish. Measures of the quality of the water is temperature, pH and DO. The seeds of koi fish that maintained at a temperature 270C growth long absolute necessity of 11,74 cm and growth of weight range 8,61 - 10,36 gr. The value of survival rate maintenance is 100%. Parameters supporters quality of water oftained from DO changed 5,22 -5,61 mg/l and pH changed 7,08 – 7,15. The temperature is maintenance koi fish still in a state of optimally that at temperature 270C. Growth long koi fish have the influence of the real contained in the treatment B with the temperature 270C. But in the treatment A, C and D do not have the influence of the real against the growth of long and weights koi fish.

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP

Dokumen terkait