Definisi Beberapa Istilah Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menujukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan pada pendapatan riil pada tahun sebelumnya (Sukirno 2004).
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor- faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Berikut ini adalah persamaan dari pendapatan nasional:
Y = C + I + G + (X −M),
dengan Y merupakan pendapatan nasional, C merupakan konsumsi rumah tangga, I merupakan investasi, G merupakan pengeluaran pemerintah, X merupakan ekspor, dan M merupakan impor. Data yang dikumpulkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah jumlah pembelanjaan yang dilakukan dalam satu tahun (Sukirno 2004). Salah satu faktor lain dari pendapatan nasional
3 adalah investasi. Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan barang
(inventory) dan struktur usaha (Mankiw 2006).
Konsumsi rumah tangga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu jumlah pembelian rumah tangga atas barang dan jasa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memaksimumkan tingkat konsumsi sebuah rumah tangga biasanya dipengaruhi oleh faktor diskon. Faktor diskon adalah pengurangan jumlah yang seharusnya dibayarakan yang dibayar dimuka (Sukirno 2004).
Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing di suatu wilayah. Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi di suatu wilayah. Umumnya tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan juga negara asing. Berikut adalah persamaan Produk Domestik Bruto (PDB):
PDB = C + I + G,
dengan PDB merupakan Produk domestik bruto, C merupakan konsumsi pemerintah, I merupakan investasi, dan G merupakan pengeluaran pemerintah (Sukirno 2004).
Ada beberapa pandangan mengenai teori pertumbuhan ekonomi. Menurut teori Solow, ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pertama, meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kedua, meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk maupun non-fisik dapat mendorong kemajuan teknologi dan dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Solow juga berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah. Model pertumbuhan Solow dalam bentuk formal memakai fungsi produksi agregat standar, yakni:
�= ∝( )1−∝,
pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas (Mankiw 2003).
Teori pertumbuhan ekonomi Solow semakin mengalami perkembangan, diantaranya adalah teori pertumbuhan ekonomi endogen. Teori pertumbuhan endogen adalah peningkatan akumulasi modal. Modal dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan pertumbuhan
4
ekonomi. Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses learning by
doing dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan
efisiensi produksi. Efisiensi ini dapat meningkatkan produktivitas, sehingga dalam hal ini kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Todaro & Smith 2006).
Adapun yang dilakukan pemerintah untuk mencapai pertumbuhan perekonomian yang stabil yaitu dengan melakukan sebuah kebijakan. Kebijakan tersebut terdiri dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal merupakan satu instrumen dari kebijakan makroekonomi yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga serta keseimbangan dalam neraca pembayaran. Kebijakan fiskal merupakan salah satu proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran pemerintah atau publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus ekonomi dan ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan tenaga kerja penuh dimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah. Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu belanja negara dan perpajakan. Pemerintah dapat menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah pajak. Pajak adalah beralihnya sumber daya dari sektor swasta ke sektor pemerintah wajib dibayar oleh sektor swasta dan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan pemerintah, penerimaan pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan negara (Mankiw 2003).
Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk dapat menutupi utang pemerintah dan mencegah terjadinya defisit anggaran pemerintah. Utang pemerintah adalah akumulasi pinjaman dari sektor swasta yang digunakan untuk mendanai defisit anggaran. Keadaan ini terjadi bila pengeluaran pemerintah lebih banyak daripada kegiatan mengumpulkan dana melalui pajak. Defisit anggaran pemerintah adalah selisih pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pemerintah, yang sama dengan jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk mendanai operasinya (Mankiw 2006).
Istilah Matematika Current-Value Hamilton
Tingkat diskon merupakan ciri dasar dalam masalah pengoptimuman dinamik, terutama dalam bidang ekonomi. Dalam kontrol optimum fungsi nilai sekarang (present value) sering memuat faktor diskon e- rt. Secara umum fungsi nilai sekarang dari fungs integran f0 dapat dituliskan sebagai berikut:
0 , , = ( , , ) − ,
sehingga masalah kontrol optimum dengan faktor diskon yang memaksimumkan fungsi suatu nilai didefinisikan dengan persamaan sebagai berikut:
max = , , − ,
5 dengan kendala = f( , , ) ditambah dengan syarat batas. Dalam Pontryagin et al (1962), definisi fungsi Hamilton dari masalah kontrol optimum diatas dapat dituliskan dalam bentuk:
, , ,� = , , − + � ( , , ).
Prinsip maksimumkan menggunakan turunan fungsi Hamilton terhadap s dan u. Hadirnya faktor diskon akan menambah kerumitan penentuan turunan tersebut. Oleh karena itu, dikenalkan fungsi Hamilton baru yang sering disebut dengan
current-value Hamiltonian. Untuk mendapatkan persamaan current-value
Hamiltonian diperlukan konsep current-value adjoin. Misalkan λ(t) menyatakan current-value fungsi adjoin, yang didefinisikan � ( ) = �( ) � berimplikasi dengan persamaan �( ) = �( ) − , sehingga fungsi current-value Hamiltonian yang dinotasikan dengan ℋ dapat dituliskan menjadi:
ℋ= = ( , , ) + � ( ) ( , , ).
Perhatikan bahwa ℋ, sebagaimana yang diinginkan sudah tidak memuat faktor diskon (ℋ = ). Penerapan prinsip maksimum Pontryagin terhadap ℋharus disesuaikan, karena u yang memaksimumkan H maka juga akan memaksimumkan ℋ, maka
ℋ, ∀ ∈ [0, ].
�
m ax
Persamaan state yang muncul dalam sistem kanonik aslinya adalah = �ℋ�� . Karena �
�� = 0 , , =
�ℋ
�� , maka persamaan ini disesuaikan menjadi = �ℋ
�� . Persamaan untuk peubah adjoin yang muncul dalam sistem kanonik aslinya adalah dalam bentuk (t) = − �
� . Pertama, transformasikan masing- masing suku dalam bentuk yang melibatkan peubah adjoin baru, � ( ), kemudian hasilnya disamakan. Persamaan suku kiri dari persamaan = − �� adalah sebagai berikut:
( ) = � ( ) − – �( ) − . (1)
Dengan memanfaatkan definisi H, suku kanan dari persamaan = − �� dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
−�� = −�ℋ
�� − .
(2) Dengan menyamakan kedua persamaan dari persamaan (1) dan (2), persamaan adjoin menjadi seperti berikut:
6
selanjutnya akan diperiksa kondisi (syarat) batas. Syarat batas yang sesuai untuk syarat batas p(T) = 0 adalah �( ) − = 0 dan syarat batas yang sesuai untuk syarat batas [ ]� = = 0 [ℋ e- rt]� = = 0 (Pontryagin et al 1962).
Titik Tetap dan Jenis Kestabilan
Diberikan sistem persamaan diferensial sederhana dalam bentuk sebagai berikut:
= , ∈ ��, (3)
y(t) adalah nilai real fungsi dari waktu dan ( ) adalah nilai real fungsi dari y. Persamaan (3) disebut sistem dimensi satu atau sistem orde satu. Persamaan (3) mempunyai titik tetap y = y* ketika memenuhi ( ∗) = 0. Titik tetap juga disebut sebagai titik keseimbangan. Ada dua jenis titik tetap yaitu titik tetap stabil dan titik tetap tak stabil (Strogatz 1994).
Menurut Verhulst (1990) titik ∗disebut sebagai titik tetap stabil jika untuk sebarang radius ε > 0 ada r > 0 sedemikian sehingga jika posisi awal 0
memenuhi 0 − ∗ < maka solusi y(t) memenuhi ( ) − ∗ < �, untuk
setiap t > t0. Titik ∗ disebut sebagai titik tetap tak stabil jika ada radius ε > 0 dan r > 0 . Posisi awal 0 dan suatu t0 memenuhi 0 − ∗ < tetapi solusi y(t) memenuhi ( ) − ∗ > �, untuk t > t0.
Misalkan dilakukan perluasan Taylor terhadap persamaan (3) pada titik tetapnya akan diperoleh sebagai berikut:
= � + � , � = ∗ = � | = ∗ , (4) sehingga A = � 1 � 1 � 1 � 2 � 1 � � � 2 � 1 � 2 � 2 � 2 � � ⋱ � � � 1 � � � 2 � � � � = ∗ ,
A disebut matriks Jacobi pada titik tetap y* dan fungsi memenuhi limy→0 y = 0, hal ini menyebabkan persamaan diferensial (3) dapat didekati oleh persamaan
= � . (5) Persamaan (5) disebut sebagai pelinearan dari persamaan diferensial (3) (Tu 1994).
Anton & Rorres (2004) menyatakan jika A adalah sebuah matriks berukuran n x n, sebuah vektor tak nol di Rndinamakan vektor eigen dari A jika A adalah kelipatan skalar dari , yaitu:
7
� = � . (6)
Skalar � ini dinamakan nilai eigen dari A, sedangkan dinamakan vektor eigen yang bersesuaian dengan �. Matriks A yang berukuran n x n digunakan untuk mencari nilai eigen, maka:
�� = � , ��� = �� ,
� − �� = 0, (7)
persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian tak nol jika dan hanya jika: det � − �� = 0. (8) Persamaan (8) adalah sebuah persamaan polinomial dalam � yang dinamakan polinomial karakteristik dari A.
Misalkan
�= .
Dari persamaan (8), maka persamaan karakteristiknya menjadi
− � − � = 0,
sedemikian sehingga diperoleh persamaan
�2− ��+Δ= 0,
dengan
� = trace � = + =�1+�2,
Δ= det � = − =�1�2.
Dengan demikian diperoleh nilai eigen dari matriks sebagai berikut: �1,2 =
�± �2−4Δ
2 .
Menurut Strogatz (1994), untuk menentukan kestabilan dari suatu sistem dapat dilihat dari nilai Δ . Ada tiga kasus untuk nilai Δ, yaitu:
1 Δ< 0.
Jika kedua nilai eigen berbeda tanda maka titik tetap bersifat sadel. 2 Δ> 0.
�2 −4Δ> 0.
Jika �> 0 dan kedua nilai eigen real bernilai positif, maka titik tetap bersifat simpul tak stabil.
Jika �< 0 dan kedua nilai eigen real bernilai negatif, maka titik tetap bersifat simpul stabil.
8
Jika � > 0 dan kedua nilai eigen imajiner ( ±� ), maka titik tetap bersifat spiral tak stabil.
Jika � < 0 dan kedua nilai eigen imajiner ( ±� ), maka titik tetap bersifat spiral stabil.
Jika � = 0 dan kedua nilai eigen imajiner ( ±� ), maka titik tetap bersifat center.
�2 −4Δ= 0.
Parabola �2−4Δ= 0 adalah garis batas antara simpul dan spiral. Star nodes atau degenerate terletak pada parabola ini. Jika kedua nilai eigen bernilai sama mama titik tetap bersifat simpul sejati.
3 Δ= 0.
Jika salah satu nilai eigen bernilai nol, maka titik asal bersifat titik tetap tak terisolasi.
PEMBAHASAN
Surplus Primer dan Dinamika Utang Publik Berkelanjutan
Utang merupakan akumulasi dari defisit anggaran yang pembiayaannya dilakukan dengan meminjam. Pinjaman dapat dilakukan melalui bank sentral, bank konvensional, lembaga non bank, ataupun pinjaman dari luar negeri. Pembayaran utang dapat dilakukan dengan menaikkan pajak atau memotong salah satu komponen dalam pembiayaan negara. Secara teori, pemerintah dapat membayar utang tanpa menaikkan pajak ataupun memotong komponen pembiayaan negara dengan cara mengeluarkan utang baru yang berfungsi membayar bunga dan pokok utang lama. Kebijakan ini akan berhasil menurunkan utang pemerintah jika tingkat pertumbuhan PDB lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan bunga. Apabila jumlah utang terus menurun dibandingkan pertumbuhan ekonomi maka utang pemerintah makin lama akan habis.
Greiner A (2007) memodelkan model dinamika utang publik yang didefinisikan sebagai laju perubahan utang publik terhadap waktu yang sama dengan besarnya bunga dari utang nominal ditambah belanja pemerintah dikurangi penerimaan pajak. Definisi tersebut dapat dibentuk menjadi persamaan:
( ) = ( ) ( ) − ( ), (9) dengan
(t) : laju perubahan utang publik pada periode t, B(t) : utang pada akhir periode t,
r(t) : tingkat bunga riil pada periode t, S(t) : surplus primer pada periode t, T(t) : penerimaan pajak pada periode t, Ip(t) : pengeluaran pemerintah pada periode t,
9 yang didefinisikan sebagai
( ) = ( ) − �( ).
Model dinamika ini dapat digunakan untuk menganalisis kesinambungan utang pemerintah dengan cara mengubah model tersebut menjadi persamaan rasio utang terhadap PDB.
Adapun asumsi yang dicantumkan pada karya ilmiah ini digunakan saat suatu negara mengalami kondisi ekonomi yang efisien dinamis (kondisi dimana anggaran negara dipergunakan sepenuhnya dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun), diasumsikan rasio surplus primer terhadap PDB adalah fungsi linear positif dari rasio utang terhadap PDB, atau dapat ditulis sebagai berikut:
− � �( ) = � + ( ) �( ), β > 0, �, β∈ R. (10)
� : parameter dari rasio persamaan surplus primer terhadap PDB yang menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan dari surplus primer akibat dari kenaikan PDB,
β : parameter dari koefisien kemiringan persamaan rasio surplus primer terhadap PDB yang menggambarkan bagimana kuatnya reaksi surplus primer untuk merubah utang publik.
Y(t) : Produk Domestik Bruto (PDB),
Perubahan persamaan utang publik yang diperoleh dengan menyubtitusikan persamaan (10) ke persamaan (9) sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
( ) = ( ) ( ) – ( ) + �( ) = ( ( ) – ) ( ) − ��( ). (11) Persamaan (11) diperoleh berdasarkan persamaan (9) dan (10). Pertama formulasikan kembali persamaan (9) dengan S(t) = T(t) + Ip(t), sehingga diperoleh:
( ) = �_�( ) ( ) − ( ) ( ) = ( ) ( ) – ( ) + �( ).
Rasio utang terhadap PDB berdasarkan persamaan (10) dilakukan dengan mengalikan kedua ruas tersebut terhadap Y(t), PDB sehingga diperoleh:
( ) − �( ) = ��( ) + ( ). Selanjutnya didapatkan persamaan baru dari utang publik, yaitu:
10
( ) = ( ) ( ) – (��( ) + ( )) ( ) = ( ( ) – ) ( ) − ��( ).
Struktur Model Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Teori model pertumbuhan ekonomi yang dimodelkan oleh Greiner A (2007) memiliki struktur ekonomi yang terdiri dari tiga sektor. Pertama, sektor rumah tangga dimana besarnya penerimaan berasal dari pendapatan tenaga kerja dan pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan. Kedua, sektor produktivitas. Ketiga, sektor pemerintah. Selanjutnya akan dibahas masing-masing sektor untuk mengetahui dan menggambarkan model dari pertumbuhan ekonomi.
Sektor Rumah Tangga
Sektor rumah tangga dapat diartikan sebuah rumah tangga dengan tujuan akan memaksimumkan tingkat diskon dari hasil utilitas konsumsi per-kapita yang dilambangkan sebagai C. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah. Selain itu konsumsi rumah tangga bersifat endogen, yaitu besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Fungsi utilitas dari konsumsi rumah tangga diasumsikan sebagai fungsi logaritma, U(C) = ln C dan dalam sektor rumah tangga diasumsikan memiliki satu unit tenaga kerja, L. Tujuan akhir dari sektor rumah tangga adalah untuk memaksimumkan setiap anggota rumah tangga. Masalah pemaksimuman rumah tangga dapat dituliskan sebagai berikut:
max ( ) = −� �� ,
∞
0 (12)
dengan batasan sebagai berikut:
= (1 − �) ( + ) – , (13) dengan
: laju pertumbuhan antara utang publik dan modal swasta,
ρ : tingkat diskon, w : tingkat upah, r : tingkat bunga, B : utang publik, K : modal swasta, : tingkat pajak, ϵ (0,1)
11 yang didefinisikan sebagai
W = B + K.
Rumusan model yang diperoleh dari persamaan (10) dan (11) merupakan masalah kontrol optimum dengan W ialah variabel tetap dan C ialah variabel peubah. Tujuan ini adalah memaksimumkan utilitas sektor rumah tangga. Penentuan alokasi optimal konsumsi rumah tangga dapat diselesaikan dengan memformulasikan masalah tersebut dengan menggunakan formula current-value Hamiltonian sehingga dapat dituliskan dalam bentuk:
= ln + � 1 − � + − , (14) dengan λ ialah shadow price dari konsumsi. Syarat perlu untuk solusi optimal adalah sebagai berikut:
� = 1, (15)
� = ��– �(1 – �) , (16)
Persamaan (14) diperoleh dengan memformulasikan formula current-value Hamiltonian. Menggunakan teori kontrol optimum pada persamaan (12) yang memaksimumkan konsumsi rumah tangga adalah sebgai berikut:
max = −� �� .
∞
0
Kendala pada persamaan (13), yaitu:
= (1 − �) ( + ) – .
Jika persamaan (12) ditambah dengan syarat batas pada persamaan (13), fungsi Hamilton dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut:
= −� ln + �( ) ( (1 − �) ( + ) – ).
Adanya faktor diskon akan menambah kerumitan karena prinsip maksimum merupakan fungsi turunan terhadap konsumsi rumah tangga, C. Oleh karena itu, dikenalkan fungsi Hamilton baru yang sering disebut dengan current-value Hamiltonian. Misalkan �( ) yaitu shadow price dari konsumsi rumah tangga yang menyatakan current-value fungsi adjoin, didefinisikan � = � yang berimplikasi � = � . Selanjutnya fungsi current-value Hamiltonian yang dinotasikan dengan ℋ, dapat dituliskan menjadi:
ℋ= = �� + � 1 − � + – .
Persamaan (15) dan (16) diperoleh dari syarat perlu optimal current-value Hamiltonian. Persamaan (15) diperoleh dengan menurunkan persamaan (14)
12
terhadap fungsi konsumsi rumah tangga, C yang memiliki tujuan untuk memaksimumkan konsumsi rumah tangga ialah sebagai berikut:
�ℋ
� = 0 1
− � = 0 � = 1 .
Sebaliknya pada persamaan (16), yaitu persamaan adjoin yang menggambarkan
shadow price dari kendala laju pertumbuhan antara utang publik dan modal
swasta dapat diperoleh sebagai berikut: � = − �ℋ
� + �� � = − � – �� + �� � = ��� − � 1 − � .
Sektor Produksi
Sektor produksi menggambarkan sebuah perusahaan yang memiliki peran sebagai produsen, pengguna faktor produksi, agen pembangunan, dan penyedia serta penyalur barang dan jasa yang mempunyai tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Fungsi produksi dari sebuah perusahaan adalah sebagai berikut:
= 1 − ( ) , (16) dengan Q : tingkat output, K : modal swasta, L : tenaga kerja, G : modal publik, α : elastisitas.
Sektor produksi suatu perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Diasumsikan bahwa tenaga kerja bersifat elastis, sehingga dari persamaan (17) diinterpretasikan bahwa keuntungan maksimum suatu perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk modal publik yang diinterpretasikan dengan memiliki tingkat upah, w, untuk para tenaga kerja suatu perusahaan tersebut dan untuk modal swasta yang diinterpretasikan dengan memiliki tingkat bunga, r, untuk para tenaga kerja perusahaan tersebut. Persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
= 1− , (18) = (1 – ) − . (19)
13 Berdasarkan kedua sektor antara konsumsi rumah tangga dan sektor produktivitas suatu perusahaan memiliki hubungan yang harus memenuhi kondisi yang seimbang. Sehingga muncul persamaan tingkat pertumbuhan konsumsi dalam keadaan seimbang yang diperoleh dari persamaan (15), (16), (18), dan (19) dapat dituliskan sebagai berikut:
� = −� + 1 − � 1 − − . (20)
Persamaan (20), yaitu persamaan tingkat pertumbuhan konsumsi dapat diperoleh dari persamaan (15), (16), (18), dan (19):
� = 1 � = − 2 � = �� − � 1− � − 12 = �� − � 1 − � − 1 = �� − � 1 − � −� = �� − � 1 − � = −� + 1 − � = −� + 1 − � (1 – ) − . Sektor Pemerintah
Pemerintah adalah suatu sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian- bagiannya. Peran utama pemerintah dalam bidang ekonomi adalah meminimalisir terjadinya kegagalan pasar. Suatu mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan hukum yang dibuat oleh pemerintah.
Sistem pemerintah dalam model ekonomi disini ialah pemerintah menerima pajak penerimaan dari pajak pendapatan serta dari pengeluaran pemerintah untuk obligasi yang kemudian dialokasikan untuk kegiatan investasi publik. Selanjutnya pemerintah harus tetap dalam kondisi pada persamaan (13) yang menyatakan bahwa surplus primer memiliki fungsi produksi yang positif dari utang publik dimana kondisi ini menjamin keseimbangan dari utang publik.
Sejak pemerintah tetap pada kondisi persamaan (13), besarnya investasi publik berasal dari persamaan tersebut yang dituliskan sebagai berikut:
14
� = 1 − �� − = �� − , (21)
yang didefinisikan
�
�= (
1−
� �).
Persamaan diferensial dari perubahan modal publik dengan mengabaikan penyusutan dapat dituliskan sebagai berikut:
Ġ = �� – . (22)
Selanjutnya dengan menyubtitusikan persamaan (19) ke dalam persamaan (9) dan definisi dari ip, persamaan kendala anggaran pemerintah atau yang disebut pengeluaran pemerintah dapat dituliskan pada persamaan sebagai berikut:
+ = + �� ↔ = (1 – �) + (�� − 1). (23) Persamaan (23), yaitu persamaan kendala anggaran pengeluaran pemerintah diperoleh dengan menyubstitusikan persamaan (21) ke persamaan (11) dengan menggunakan definisi ip ialah sebagai berikut:
= � – + � + = + �
= + �� − −
= − + ( ��− 1).
Ada dua poin parameter utama berdasarkan kondisi sektor pemerintah tersebut. Pertama, pada kendala anggaran pengeluaran pemerintah terdapat pada Persamaan (8) dan kemudian mengalami perubahan menjadi persamaan (21) yaitu pemerintah harus mengkontrol investasi publik. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya kenaikan dari utang publik yang menyebabkan penurunan dari investasi publik, yang digambarkan dari parameter yang diberikan yaitu parameter � dan β. Pemerintah melakukan kebijakan fiskal terhadap perubahan anggaran pemerintah dengan menaikan surplus primer untuk mencapai kondisi yang seimbang pada saat terjadi kenaikan utang publik. Kedua, terdapat parameter ip yang didalamnya terdapat parameter � dan τ yang menggambarkan bahwa investasi publik berasal dari pajak penerimaan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa seberapa besar pajak penerimaan yang dialokasikan untuk investasi publik dan untuk pembayaran utang publik. Pemerintah kemudian melakukan kebijakan fiskal dengan mengubah parameter �, β, dan τ. Variasi dari parameter � dan τ terdapat dari definisi ip.
Kondisi ekuilibrium pada dinamika model pertumbuhan ekonomi
Kondisi ekuilibrium didefinisikan dari alokasi perusahaan memaksimumkan keuntungan yang mengimplikasikan adanya faktor harga sama dengan produk marjinal yang terdapat pada persamaan (18) & (19), serta alokasi konsumsi rumah
15 tangga yang terdapat pada persamaan (11) & (13) dan kendala anggaran pemerintah pada persamaan (23). Kondisi ekuilibrium berdasarkan ketiga sektor tersebut harus terpenuhi sehingga diperoleh persamaan yang menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi dengan kendala modal swasta yang dinotasikan sebagai ialah sebagai berikut:
= − +
1−
− �� − .
(24) Pembuktian persamaan (24) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kondisi pertumbuhan ekonomi yang seimbang didefinisikan dengan semua jalur pada variabel pertumbuhan endogen memiliki tingkat yang sama yang diidentitasikan sebagai
=
ĠG
=
Ḃ B=
Ċ
C
,
seperti yang telah dijelaskan padapersamaan (10), yaitu pemerintah menetapkan surplus primer yang dikaitkan dengan utang publik, dengan β > 0. Penjelasan lebih lanjut lagi akan dibahas mengenai pertumbuhan ekonomi yang seimbang.
Analisis untuk menjelaskan model dari pertumbuhan ekonomi yang seimbang dinotasikan dengan adanya variabel baru, yaitu dapat didefinisikan sebagai berikut:
≡
, (25)≡ , (26)
≡ , (27)
sehingga dari ketiga variabel tersebut memiliki model dalam bentuk system persamaan diferensial sebagai berikut:= ( – 1 + −1 − + ��� + ��� −1), (28) = ( – 1 + + − � −1 �
� − 1 + ���), (29)
= − � − − + ��� , (30)
dengan
x(t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, b(t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, c(t) : laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi, x(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, b(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, c(t) : tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi,
16
β : parameter dari koefisien kemiringan persamaan rasio surplus primer- PDB yang menggambarkan bagaimana kuatnya reaksi surplus primer
untuk merubah utang publik,
ρ : tingkat diskon,
ip : parameter yang menggambarkan investasi publik yang berasal dari pajak penerimaan,
� : parameter dari rasio persamaan surplus primer-PDB yang
menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan dari surplus primer akibat dari kenaikan PDB,
τ : tingkat pajak, yang didefinisikan sebagai
�� = (1 − ��).
Pembuktian persamaan (28), (29), dan (30) dapat dilihat pada Lampiran 2.
Simulasi yang akan dilakukan untuk menganalisis struktur model sistem persamaan diferensial (28), (29), dan (30) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Tujuan menganalisis struktur ketiga model tersebut untuk menyelidiki bagaimana peningkatan keuangan yang defisit dalam investasi publik yang mempengaruhi kestabilan dari laju pertumbuhan ekonomi.
SIMULASI
Simulasi dari persamaan (28), (29), dan (30) akan dilakukan pada bab ini. Definisikan terlebih dahulu ip, yaitu
i
p= (1−
�τ
), sehingga sistem persamaan
diferensial (28), (29), dan (30) dapat dituliskan menjadi persamaan (31) ialah sebagai berikut: f ( x, b, c) = dx dt = x c–x β b−b β–x x + x τ (1 − � τ ) + τ (1 − �τ ), (31) x, b, c = db dt = b c–b β– b b β + b x–τ (1 − � τ ) − 1 + b τ (1−�τ ), h x, b, c = dc dt = c c−c �−c x−c b + c � (1 − � τ ).Dalam model tersebut, diasumsikan pemerintah sebagai pengatur dari seluruh kegiatan ekonomi yang berwenang melakukan kebijakan fiskal untuk mencapai perekonomian yang seimbang. Dari ketiga persamaan tersebut yaitu laju pertumbuhan ekonomi terhadap modal publik, laju pertumbuhan ekonomi terhadap utang publik, serta laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat konsumsi dipengaruhi oleh besranya surplus primer, tingkat pajak, dan investasi publik.
Selanjutnya dilakukan penentuan kestabilan titik tetap dari model persamaan diferensial (31). Kestabilan dari sistem persamaan diferensial (31) dapat ditentukan dengan menganalisis nilai eigen yang diperoleh dari masing-masing