• Tidak ada hasil yang ditemukan

Virus Demam Berdarah Dengue

Virus dengue adalah virus RNA rantai tunggal yang muncul dengan 4 serotipe antigen yang berbeda yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Setiap serotipe secara genetik memiliki perbedaan. Infeksi dari keempat virus dengue bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Infeksi salah satu serotipe akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi dari serotipe lain (Carrington et al. 2005).

Virus dengue termasuk genus flavivirus dan famili flaviviridae. Flavivirus ini berukuran relatif kecil (40-50 mm) dan berbentuk seperti bola yang berselubung lipid. Ukuran genom flavivirus sekitar 11.000 basis yang terdiri atas 3 struktur protein dan 7 yang tidak berstruktur protein. Semua flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menghasilkan reaksi berlawanan dalam uji serologis. Hal ini menyebabkan penegakan diagnosis flavivirus menjadi sulit, terutama pada empat serotipe virus dengue (Gubler 1998).

Vektor Demam Berdarah

Vektor DBD di Indonesia yaitu nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Siklus normal infeksi DBD terjadi antara manusia dan nyamuk Aedes. Dari darah penderita yang dihisap, nyamuk betina dapat menularkan virus DBD setelah melewati masa inkubasi 8-10 hari yang membuat virus mengalami replikasi. Oleh sebab itu, nyamuk yang telah tertular virus akan menjadi nyamuk yang infektif selama hidupnya (Hadi 2012).

Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus tersebar di seluruh pelosok tanah air. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah pada stadium dewasa dan larva. Tanda pada bagian dorsal mesonotum sangat jelas dapat dilihat dengan mata telanjang. Nyamuk Ae. aegypti memiliki garis lengkung putih dan dua garis pendek di bagian tengah toraks, sedangkan Ae. albopictus memiliki garis putih di medial dorsal toraks. Selain itu, Ae. albopictus secara umum berwarna lebih gelap daripada Ae. aegypti. Perbedaan pada larva menggunakan diseccting microscope. Bagian yang paling jelas adalah perbedaan bentuk sisik sikat (comb scales) dan gigi pekten (pecten teeth), dan sikat ventral yang terdiri atas empat pasang rambut pada Ae. albopictus dan lima pasang pada Ae. aegypti (Hadi 2012).

Nyamuk Ae. aegypti sama seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Larva dan pupa memerlukan air untuk kehidupannya. Telur Ae. aegypti dapat tahan hidup dalam waktu lama tanpa air meskipun harus tetap dalam lingkungan yang lembab. Nyamuk merupakan serangga yang sangat sukses memanfaatkan air lingkungan, termasuk air alami dan air sumber buatan yang sifatnya permanen maupun temporer (Hadi dan Koesharto 2006).

3 Larva Ae. aegypti dalam kondisi sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari, dan berubah menjadi pupa. Pupa juga membutuhkan lingkungan akuatik (air). Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Pupa seringkali berada di dekat permukaan air yang memudahkan memperoleh oksigen untuk bernafas. Dalam waktu ±2 hari, dari pupa akan menetas (ekslosi) menjadi nyamuk dewasa. Total siklus hidup dapat diselesaikan dalam waktu 9-12 hari dan suhu air antara 25-30oC (Supartha 2008).

Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus berkembangbiak di dalam wadah air (kontainer). Penyebaran nyamuk Ae. aegypti di seluruh daerah tropis maupun subtropis. Tempat perkembangbiakan larva nyamuk Ae. aegypti adalah tempat- tempat yang digunakan manusia sehari-hari seperti bak mandi, drum air, kaleng- kaleng bekas, dan lubang-lubang batu. Tipe-tipe kontainer baik yang kecil maupun besar yang mengandung air merupakan tempat perkembangbiakan yang baik bagi stadium pradewasa nyamuk Ae. aegypti (Hadi 2012).

Pengendalian Vektor DBD

Pencegahan penyakit DBD tergantung pada pengendalian vektornya yaitu nyamuk Ae. aegypti. Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu melalui lingkungan, pengendalian biologis, dan kimiawi. Metode pengendalian vektor DBD melalui lingkungan antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, dan perbaikan desain rumah (Depkes 2004).

Pengendalian secara biologi dilakukan dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri pembunuh larva. Sementara itu, pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengasapan/fogging dan memberikan bubuk insektisida (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, dan kolam. Pengasapan menggunakan malation untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai waktu tertentu (Hadi dan Koesharto 2006).

Pencegahan yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui tindakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) dan 3M plus (memakai kelambu siang hari jika tidur, memakai repelan, dan membakar anti nyamuk bakar). Selama seminggu sekali dilakukan 3M, karena nyamuk berkembangbiak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurung waktu 7-10 hari. Halaman/kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, sejak pagi sampai sore hari supaya terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk (Hadi 2012).

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟ dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan masyarakat terbagi menjadi 6 tingkatan, yaitu mengetahui,

4

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Notoatmodjo 2007).

Sarwono (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku/merespons sesuatu, baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan/aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan/aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai cakupan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh orang tersebut dan dapat diamati secara langsung/tidak langsung (Notoatmodjo 2007).

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di wilayah permukiman penduduk Desa Laladon, Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di RW 1, 2, 3, 8, dan 11. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni-Desember 2011.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil secara acak dari 196 responden di Desa Laladon menggunakan kuisioner dengan wawancara langsung. Penelitian ini menggunakan 196 responden dikarenakan menurut Lemeshow et al. (1997) menyatakan jumlah sampel yang diambil minimal 5% dari populasi yang ada dalam wilayah penelitian tersebut. Jumlah populasi di Desa Laladon adalah 4822 sehingga jumlah responden yang diambil seharusnya 241 responden. Akan tetapi, responden yang mengikuti sampai berakhir penelitian sebanyak 196 responden. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah setiap anggota keluarga/kepala keluarga di RW 1, 2, 3, 8, dan 11, orang dewasa dengan usia diatas 15 tahun, dan tidak dibedakan antara status sosial ekonomi, pekerjaan, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terakhir (Febriyana et al. 2010). Kuisioner penelitian ini bersifat tertutup dan tidak diperlihatkan kepada responden.

Kuisioner penelitian terbagi atas 5 bagian yaitu data umum, pengetahuan, sikap, perilaku, dan bentuk penyuluhan yang diharapkan responden. Data umum adalah data karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan serta hubungan responden kepada kepala keluarga. Data sekunder meliputi data kasus DBD di wilayah penelitian tahun 2007-2010 dari

4

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Notoatmodjo 2007).

Sarwono (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku/merespons sesuatu, baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan/aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan/aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai cakupan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh orang tersebut dan dapat diamati secara langsung/tidak langsung (Notoatmodjo 2007).

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di wilayah permukiman penduduk Desa Laladon, Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di RW 1, 2, 3, 8, dan 11. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni-Desember 2011.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil secara acak dari 196 responden di Desa Laladon menggunakan kuisioner dengan wawancara langsung. Penelitian ini menggunakan 196 responden dikarenakan menurut Lemeshow et al. (1997) menyatakan jumlah sampel yang diambil minimal 5% dari populasi yang ada dalam wilayah penelitian tersebut. Jumlah populasi di Desa Laladon adalah 4822 sehingga jumlah responden yang diambil seharusnya 241 responden. Akan tetapi, responden yang mengikuti sampai berakhir penelitian sebanyak 196 responden. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah setiap anggota keluarga/kepala keluarga di RW 1, 2, 3, 8, dan 11, orang dewasa dengan usia diatas 15 tahun, dan tidak dibedakan antara status sosial ekonomi, pekerjaan, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terakhir (Febriyana et al. 2010). Kuisioner penelitian ini bersifat tertutup dan tidak diperlihatkan kepada responden.

Kuisioner penelitian terbagi atas 5 bagian yaitu data umum, pengetahuan, sikap, perilaku, dan bentuk penyuluhan yang diharapkan responden. Data umum adalah data karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan serta hubungan responden kepada kepala keluarga. Data sekunder meliputi data kasus DBD di wilayah penelitian tahun 2007-2010 dari

5 Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaannya meliputi karakteristik kepala keluarga, karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku responden terhadap vektor dan penyakit DBD, serta bentuk penyuluhan yang diharapkan oleh responden. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data yang meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code book sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry berdasarkan kode yang telah dibuat, kemudian dilakukan cleaning untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Data dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan program SPSS 16.0 for Windows. Hubungan antarvariabel berskala ordinal dianalisis secara statistik menggunakan uji korelasi Spearman.

Tingkat pengetahuan, kategori sikap, dan perilaku responden dikelompokkan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan buruk. Pengelompokkan tingkat pengetahuan dan perilaku berdasarkan hasil jawaban yang benar dari responden. Setiap jawaban benar dari responden diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0. Sementara itu, kategori sikap responden diukur dengan menggunakan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan yang tercantum dalam kuisioner. Pengelompokkan kategori tersebut berdasarkan hasil persentase jawaban yang benar. Tingkat pengetahuan, kategori sikap, dan perilaku apabila buruk total nilai <40%, sedang 40-70%, dan baik >70% (Khomsan 2000).

Dokumen terkait