• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) 1. Pengertian CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari- hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini merupakan strategi pembelajaran yang bersifat student oriented. CTL juga merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajrkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung apa yang telah dipelajari. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk belajar. Berbagai

pendekatan yang ada sama-sama bertujuan untuk mengoptimalisasikan pembelajaran siswa dengan understanding dan bukan memorizing.

Dalam kelas yang me nggunakan pendekatan ini, tugas guru adalah menjadi fasilitator dalam membantu siswa mencapai tujuan belajar. Artinya guru dituntut untuk lebih banyak berpikir tentang strategi pembelajaran daripada pemberian informasi. Strategi pembelajaran lebih penting daripada hasil (Depdiknas 2003:2).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Mulyasa, bahwa dalam pembelajaran kontektual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkugan belajar yang kondusif sangat penting dan menunjang keberhasilan pembelajaran kontekstua l secara keseluruhan. Nurhadi (2002: 4) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

a. Belajar efektif, dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

b. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.strategi belajar lebih penting daripada hasilnya.

8

c. Umpan balik bagi siswa yang berasal dari proses penilaian (assesment)yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.

2. Pemikiran Tentang Belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

a. Proses belajar

1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri

pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.

5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan ketrampilan seseorang.

b. Transfer ilmu

1) Siswa belajar ari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain

2) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit).

3) Penting bagi siswa tahu untuk apa itu belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.

c. Siswa sebagai pembelajar

1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal- hal baru. 2) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah

mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan

10

menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan srtategi mereka sendiri.

d. Pentingnya lingkungan belajar

1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasinya.

3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.

4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

3. Perbedaan Pendekatan CTL Dengan Pendekatan Tradisional

CTL TRADISIONAL

1. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa

2. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/ masalah yang disimulasikan

1. Pemilihan informasi ditentukan oleh guru

2. Siswa secara pasif mnerima informasi

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4. Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

5. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

6. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir, kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

7. Perilaku dibangun atas kesadaran diri 8. Ketrampilan dikembangkan atas dasar

pemahaman

9. Hadiah dari berperilaku baik adalah kepuasan diri

10.Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan

11.Perilaku baik didasarkan atas motivasi intrinsik

12.Pembelajaran terjadi diberbagai

4. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan

5. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) trtentu

6. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengarkan ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individu)

7. Perilaku dibangun atas kebiasaan 8. Ketrampilan dikembangkan atas

dasar latihan

9. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor

10.Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

11.Perilaku baik berdasarkan moivasi ekstrinsik

12

tempat, konteks dan seting

13.Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik

dalam kelas

13.Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

4. Prinsip-prinsip CTL

Adapun prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran CTL antara lain :

a. Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning). Belajar bukanlah sekedar menghafal informasi tetapi bagaimana menggunakan informasi yang ada dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata.

b. Pengajaran autentik (Autentik Instruction). Pendekatan konteks secara bermakna.

c. Belajar berbasis inquiri (Inquiri-Based Learning). Belajar sebagai aktivitas bertanya pada diri sendiri dan mencari tahu sendiri jawabannya

d. Belajar berbasis kerja (Work-Based Learning) adalah kerja yang memberikan peluang untuk mengalami sesuatu, bukan sekedar mendengar pengalaman seseorang.

e. Belajar jasa layanan (Service Learning). Belajar dengan percaya diri, merasa dibutuhkan, bekerja bersama dan akrab pada kegiatan di luar maupun di dalam kelas lebih menjanjikan hasil. f. Belajar bekerja sama (Cooperative Learning ). Belajar disini

yaitu siswa belajar dalam kelompok kelas besar. Hal ini akan menghasilkan prestasi yang baik daripada setiap individu yang belajar sendiri-sendiri karena persaingan yang terus- menerus antar pribadi justru akan melelahkan dan meruksi hasil belajar. g. Belajar berbasis proyek atau tugas ( Project-Based Learning).

Guru memberikan suatu tugas untuk membantu siswa dalam mendapatkan banyak hal secara komprehensif.

5. Komponen CTL

CTL mempunyai 7 pilar atau komponen yang disusun agar belajar menjadi lebih hidup atau bermakna. Tujuh komponen CTL antara lain: a. Konstruktivis (Constructivism)

Konstruktivis merupakan landasan berpikir pendekatan CTL yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja/belajar sendiri dan guru siap sebagai sumber untuk konfirmasi apa yang sudah dipelajari siswa. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman nyata dapat diberikan melalui praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik,

14

mendemonstrasikan, menciptakan ide dan membangun pengertian/ bukan menerima.

b. Menemukan (Inquiry)

Inquiri merupakan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh siswa melalui suatu kegiatan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil serta mengkomunikasikan hasil pada orang lain.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Untuk itu guru hendaknya mendorong sifat ingin tahu siswa, membimbing siswa untuk bertanya. Kegiatan bertanya ini dapat terjadi antara siswa dengan siswa, atau antar kelompok siswa.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep ini adalah hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar dapat diciptakan melalui kegiatan sharing antar teman dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, penggunaan berbagai sumber belajar yang relevan.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran diperlukan contoh-contoh sebagai model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan merupakan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan pihak luar ataupun siswa sendiri.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang berbagai hal yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang hal-hal yang sudah dilakukan di masa lalu. Dengan cara menyisakan waktu untuk refleksi dalam setiap pertemuan untuk mengetahui hasil belajar siswa maupun proses mereka belajar. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung, jurnal atau catatan saran siswa, diskusi, ataupun hasil karya di akhir pertemuan.

g. Penilaian otentik (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Penilaian otentik merupakan penilaian alternatif. Penilaian kombinasi dari beberapa jenis penilaian adalah:

1) Penilaian kinerja dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah ataupun tugas analisis.

16

2) Observasi sistematik yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak pembelajaran terhadap sikap siswa. 3) Portofolio yaitu kumpulan berbagai ketrampilan, ide, minat,

prestasi siswa selama jangka waktu tertentu dan bersifat reflektif, dapat berupa tulisan, gambar dan lain- lain.

4) Jurnal adalah proses refleksi siswa tentang proses maupun hasil belajarnya dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan bentuk lain.

Karakteristik penilaian otentik adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar, dapat digunakan untuk penilaian formatif maupun sumatif. Yang diukur dalam penilaian ini adalah performasi (bukan mengingat fakta), berkesinambungan, terintregrasi dan dapat digunakan sebagai umpan balik. Sedangkan dasar untuk menilai prestasi siswa adalah proyek atau kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tertulis, dan karya tulis.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Untuk itu, Zahorik (1995) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual. Lima elemen tersebut yaitu:

a). Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

b). Pembelajara dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus.

c). Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara

d). Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajari.

e). Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengemabangan pengehuan yang dipelajari.

B. Persepsi Siswa Implementasi Pendekatan CTL Di Sekolah Negri Dan Swasta

Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang, sehingga individu mengerti rangsang yang diinderanya. Ada tiga komponen dalam persepsi, yaitu : (1) seleksi, (2) interpretasi, dan (3) reaksi. Seleksi dilakukan terhadap rangsang yang masuk dari luar melalui penginderaan. Penafsiran dibuat untuk mengorganisasikan rangsang atau informasi sehingga mempunyai makna bagi individu. Tanggapan adalah bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari interpretasi (Walgito, 1993 : 53).

Sedangkan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

18

membuat hubungan antara pengetahuan ya ng dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari. Hal ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni: konstuktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

Persepsi siswa terhadap guru dalam mengajar tentu berbeda- beda dalam implementasi pendekatan CTL nya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu kemampuan guru, fasilitas, pelatihan-pelatihan, lokakarya dan partisipasi pihak sekolah.

Pendekatan CTL pada umumnya telah digunakan oleh guru baik guru sekolah negeri maupun swasta dalam proses belajar mengajar. Pendekatan CTL mempunyai tujuh komponen. Dari tujuh komponen tersebut baik guru negeri maupun swasta dalam pelaksanaannya didalam proses belajar mengajar tentu juga berbeda.

Sekolah negeri dari segi kepemilikannya merupakan sekolah milik pemerintah. Dimana seluruh infrastruktur, fasilitas, tenaga keguruan, berbagai pelatihan peningkatan kompetensi guru dan lain sebagainya pemerintah yang menyediakan. Selain itu sekolah negri merupakan sekolah unggulan berstandar nasional bahkan internasional, biaya murah dan banyak diminati oleh siswa sehingga input serta outputnya lebih unggul. Berbeda dengan sekolah swasta yang kepemilikannya dibawah suatu yayasan atau lembaga tertentu. Lembaga atau yayasan berusaha menyediakan fasilitas, tenaga keguruan dan seluruh infastruktur yang

diperlukan agar dapat sejajar dengan sekolah negeri. Peningkatan fasilitas tentu diimbangi dengan kenaikan biaya, sehingga kebanyakan sekolah swasta fasilitasnya masih relatif kurang memadai. Pelatihan bagi guru pun kurang begitu diperhatikan padahal hal tersebut sangat penting dalam peningkatan kompetensi. Sedangkan untuk input dan output sekolah swasta masih dibawah sekolah negri

C. Kerangka Berpikir

1. Persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar

Seorang guru pada dasarnya harus memiliki kompetensi dalam proses pengajaran. Kemampuan itu meliputi yaitu 4 kompetensi antara lain kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi diatas sangat penting dalam menunjang proses belajar mengajar. Salah satunya kompetensi pendagogik dimana kompetensi ini meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Persepsi siswa terhadap guru dalam mengajar tent u berbeda- beda dalam implementasi pendekatan CTL nya. Hal ini disebabkan

20

oleh banyak faktor yaitu kemampuan guru, fasilitas, pelatihan-pelatihan, lokakarya dan partisipasi pihak sekolah.

Guru sekolah negeri tentu berbeda dengan sekolah swasta kemampuannya dalam mengimplementasikan pendekatan CTL. Sekolah negeri dari segi kepemilikannya merupakan sekolah milik pemerintah. Dimana seluruh infrastruktur, fasilitas, tenaga keguruan, berbagai pelatihan peningkatan kompetensi guru dan lain sebagainya pemerintah yang menyediakan. Selain itu sekolah negeri merupakan sekolah unggulan berstandar nasional bahkan internasional, biaya murah dan banyak diminati oleh siswa sehingga input serta outputnya lebih unggul. Berbeda dengan sekolah swasta yang kepemilikannya dibawah suatu yayasan atau lembaga tertentu. Tentu lembaga berusaha menyediakan fasilitas dan seluruh infastruktur yang diperlukan. Peningkatan fasilitas tentu diimbangi dengan biaya yang sangat mahal, sedangkan peningkatan untuk kompetensi guru nya kurang diperhatikan. Untuk input dan output sekolah swasta masih dibawah sekolah negeri. Sehingga kecenderungan sekolah negeri lebih baik implementasi pendekatan CTL nya dalam proses belajar mengajar.

D.Hipotesis

ada perbedaan kemampuan guru sekolah negri dan swasta terhadap implementasi pendekatan CTL.

21

Dokumen terkait