• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kopi

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstrasi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kopi merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Asia Selatan. Bunga kopi yang berwarna putih berbunga bersamaan, buah kopi sendiri berbentuk oval panjangnya sekitar 1,5 cm, berwarna hijau kekuningan lalu hitam bila sudah digongseng. Biasanya buah kopi berisikan 2 buah biji kopi, tetapi sekitar 5-10% mempunyai hanya 1 biji (Budiman, 2011).

Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Secara botani kopi memiliki sistimatika penamaan bionominal yakni : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Dicotyledone (berkeping dua) Ordo : Rubiales (pohon)

Familia : Rubiaceae Genus : Coffea Species : Coffea sp. (Najiyati dan Danarti, 1999).

Tanaman kopi berasal dari famili Rubiaceae yang terdiri atas sekitar 500 genus dan lebih dari 6.000 spesies. Sebagian besar tumbuhan famili ini berwujud semak dan tumbuh baik pada iklim tropis. Kopi merupakan anggota famili yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi. Spesies kopi yang penting secara ekonomi adalah Coffea arabica (kopi arabika) yang merupakan lebih dari 70% produk dunia dan Coffea canephora (kopi robusta), ada dua spesies lain yang tumbuh dalam skala lebih kecil, yaitu Coffea liberica (kopi liberika)

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Jenis Kopi

Adapun beberapa jenis kopi secara umum, yaitu : 1. Kopi Arabika (coffea arabica)

2. Kopi Robusta (coffea canephora) 3. Kopi Liberika (coffea liberica)

Kopi arabika berasal dari Ethiopia, jenis kopi ini sangat tidak tahan dengan penyakit Hemileia vastatrix, kecuali pada tanaman yang terdapat di dataran tinggi yang lebih dari 1.000 m dari permukaan laut. Jenis arabika ini mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut :

− Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun sekitar 12 sampai 15 cm dan lebar 6 cm.

− Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

− Ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.350 – 1.850 m dari permukaan laut dan produksinya bagus.

− Suhu yang dikehendaki tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah (AAK, 1988).

Kopi robusta berasal dari Kongo dan masuk Indonesia pada tahun 1900. Karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi ini merupakan jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia. Beberapa sifat penting kopi robusta antara lain :

− Resisten terhadap penyakit HV.

− Tumbuh sangat baik pada ketinggian 400 – 700 mdpl dengan suhu 21 – 24 0C.

− Kualitas buah lebih rendah daripada kopi arabika.

− Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3 – 4 bulan secara berturut-turut (Najiyati dan Danarti, 1999).

Kopi liberika berasal dari Angola dan dapat tumbuh di daerah dataran rendah. Jenis kopi ini agak sensitif terhadap penyakit HV. Meskipun dapat berbuah sepanjang tahun, kualitas buah pada kopi ini relatif rendah dan tidak seragam. Hal ini lah yang membuat kopi liberika tidak banyak dibudidayakan (Anggara dan Marini, 2011).

Tabel 1. Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta

Keterangan Arabika Robusta

tahun ditemukan 1753 1895

waktu berbuah 9 bulan 10-11 bulan

produksi (kg/ha) 1500-3000 2300-4000

suhu optimal 15-24 0C 24-30 0C

buah matang jatuh Dipohon

curah hujan 1500-2000 mm 2000-3000 mm

Bubuk Kopi

Menurut Mulato (2002) Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua kehitaman.

Menurut Najiyati dan Danarti (1999), Pembuatan kopi bubuk oleh pabrik biasanya dilakukan secara modern dengan skala yang cukup besar. Pembuatan kopi bubuk dibagi kedalam dua tahap, yaitu tahap penyangrai dan tahap penggilingan. Pada tahap penyangraian proses pemanasan kopi pada suhu 200 0C – 225 0C yang bertujuan untuk mendapatkan kopi yang berwarna coklat kayu manis kehitaman. Menurut Budiman (2011), kisaran suhu sangrai yang umum adalah sebagai berikut :

− Suhu 190 – 195 0C untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda).

− Suhu 200- 205 0C untuk tingkat sangrai medium (warna coklat agak gelap).

− Suhu diatas 205 0C untuk tingkat sangrai gelap (warna coklat tua cenderung agak hitam).

Menurut Anggara dan Marini (2011), proses penggilingan biji kopi merupakan salah satu penentu kualitas produknya. Penggilingan biji kopi bertujuan untuk memperluas permukaan biji kopi. Dengan demikian, proses ekstraksinya menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan menghasilkan cita rasa, aroma dan penampilan yang baik.

Menurut Najiyati dan Danarti (1999), penggilingan adalah proses pemecahan (penggilingan) butir-butir biji kopi yang telah disangrai untuk mendapatkan kopi bubuk yang berukuran maksimum 75 mesh. Seperti yang dinyatakan Budiman (2011), biji kopi yang telah disangrai akan dihaluskan dengan alat penghalus sampai memperoleh butiran bubuk kopi agar mudah diseduh dan memberikan sensasi aroma dan rasa yang lebih optimal.

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), kopi bubuk ukuran halus diperoleh dari ayakan dengan ukuran lubang 200 mesh, sedangkan untuk ukuran bubuk medium digunakan ayakan 120 mesh. Jika dipasang ayakan 200 mesh, sebagian besar (79%) kopi bubuk akan mempunyai ukuran 0,90 – 1,0 mm. Rendemen hasil pengolahan (penyangraian dan penghalusan) adalah perbandingan antara berat kopi bubuk yang diperoleh dengan berat biji kopi beras yang di proses.

Tabel 2. Standar Nasional Indonesia biji kopi (SNI No. 01-2907-1999)

Mutu Syarat Mutu

Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11

Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 s/d 25

Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 s/d 44

Mutu 4-A Jumlah nilai cacat 45 s/d 60

Mutu 4-B Jumlah nilai cacat 61 s/d 80

Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 s/d 150

Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 s/d 225

Sumber : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008

Aluminium

Atom aluminium pada dasarnya terlalu kuat bergabung dengan atom oksigen dan disebut aluminium oksid. Bijih tambang untuk aluminium adalah bauksit. Bauksit terdiri dari 60% alumina , 30% iron oksida dan sejumlah SiO. Dalam hal ini agak sulit untuk memisahkan alumina dari bauksit, tidak dapat

dengan pemanasan kokas atau embusan oksigen, karena logamnya kan terbakar dahulu dan yang tertinggal adalah kotorannya. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. Sifat-sifat yang dimiliki aluminium antara lain :

1. Ringan, tahan korosi, dan tidak beracun, maka banyak digunakan untuk alat rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.

2. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus makanan, obat, dan rokok.

3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel tiang listrik.

4. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti Duralium (campuran Al, Cu, Mg) untuk pembuatan badan pesawat.

(Amanto dan Daryanto, 1999).

Aluminium dengan kadar aluminium 98% adalah logam ringan (lightweight metal) yang banyak digunakan pada bagian-bagian mesin. Titik lumer aluminium rendah, mudah beroksidasi, maka agak sukar disambung dengan las karena bahan ini lunak maka agak sulit juga dikerjakan mesin. Sebaliknya, oleh lunaknya, ringan untuk digilas, di pres dan diekstrusi. Selanjutnya untuk meningkatkan sifat fisiknya guna memenuhi syarat-syarat teknis yang baik diberi logam tambahan sebagai campuran (Putra, dkk., 2008).

Besi

Bijih besi merupakan bahan baku dalam pembuatan besi yang dapat berupa senyawa oksida, karbonat dan sulfida serta tercampur dengan unsur lain

misalnya silikon. Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah persentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya merupakan besi oksida atau besi karbonat yang dinamakan batu besi spat. Biji besi terdiri atas

Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bent3O4

(Fe2O3

dan beragam dalam hal merah karat. Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak, namun seiring dengan bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini mulai berkurang, karena jumlahnya tetap (Amanto dan Daryanto, 1999).

Baja

Baja tahan karat (stainless steel) mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar, yakni :

a. Baja Tahan Karat Ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan.

b. Baja Tahan Karat Austenit

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.

c. Baja Tahan Karat Martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.

(Amanto dan Daryanto, 1999). Motor Lisrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :

1. Dapat disesuaikan, motor listrik dapat digunakan dihampir setiap lokasi termasuk di dalam air.

2. Otomatis, motor listrik dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

3. Rapi, sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara bersama-sama.

4. Ekonomis dan efisien, motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.

5. Perawatan mudah, jika melindungi dari debu dan kotoran, motor listrik hanya membutuhkan sedikit perawatan.

6. Tenang, motor listrik secara umum lebih tenang dari pada mesin yang dijalankan.

7. Aman, apabila dipasang dengan tepat, dipelihara, dan digunakan, motor listrik sangat aman untuk dioperasikan.

8. Mudah dioperasikan, tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk mengoperasikan motor listrik.

(Cooper, 1992).

Di lain pihak motor listrik mempunyai kekurangan sebagai berikut :

1. Motor listrik membutuhkan sumber daya, kabelnya harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunaannya sangat terbatas panjang kabel.

2. Kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan menjadi besar.

3. Secara umum biaya listrik lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak (Soenarto dan Furuhama, 2002).

Jenis Penggiling Biji Kopi Blade Grinder

Ini jenis grinder yang menggunakan bilah besi dan berputar dengan kecepatan tinggi. Sebenarnya blade tidak menggiling, tetapi memecah biji kopi menjadi serpihan kecil. Bila diperhatikan secara seksama, sistem blade mempunyai kecenderungan menghasilkan gilingan yang tidak seragam. Selain itu kelemahan lainnya berupa putaran yang tinggi mengakibatkan suhu pada bubuk kopi naik dan akan mempengaruhi aroma dan cita rasa kopi (Wahid, 2011).

Flat Burr Grinder

Menggunakan dua besi berbentuk bulat (flat burr) yang terdapat gerigi disekelilingnya. Biji kopi masuk diantara dua burr tersebut dan kemudian berputar menghaluskan kopi dengan ukuran bubuk berdasarkan jarak kedua burr. Semakin dekat jaraknya, semakin halus bubuk kopi yang dihasilkan. Burr biasanya terbuat dari besi baja, keramik atau material titanium (Wahid, 2011).

Conical Burr Grinder

Ini merupakan jenis burr terbaik, bentuknya kerucut dan banyak digunakan pada grinder yang mahal. Jenis burr ini terbuat dari material keramik atau baja. Bagi yang digerakkan dengan menggunakan motor listrik, conical burr biasanya berputar dalam kecepatan rendah untuk menjaga suhu bubuk kopi tetap dingin agar menjaga aroma dan rasa kopi tetap prima (Wahid, 2011).

Penggiling Burr Mill

Mesin penghalus yang digunakan saat ini adalah dengan menggunakan tipe burr mill. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), mesin ini mempunyai dua buah piringan (terbuat dari baja), yang satu berputar (rotor) dan yang lainnya diam (stator). Mekanisme penghalusan terjadi dengan adanya gaya geseran antara permukaan biji kopi sangrai dengan permukaan piringan dan sesama biji sangrai. Bila alat ini dipasang ayakan 200 mesh, sebagian besar (79%) kopi bubuk akan mempunyai ukuran antara 0,90-1,0 mm, dan kapasitas mesin penghalus antara 10-60 kg per jam.

Prinsip Kerja Alat Penggiling Biji Kopi Tipe Flat Burr Mill

Prinsip kerja alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini, menggunakan dua besi berbentuk bulat (flat burr) yang terdapat gerigi disekelilingnya berukuran lebih kecil dan lebih tipis yang disebut flat burr mill yang artinya alat ini bekerja seperti piringan yang berputar dimana biji masuk ke dalam hopper kemudian turun menuju saluran dan masuk ke dalam miller (penggiling) yang akan dihancurkan oleh piringan berputar (rotator) dengan piringan yang diam (stator) yang berukuran lebih kecil dan tipis yang digerakkan oleh elektromotor. Setelah itu menuju ke penampungan bahan akhir.

Analisis Ekonomi

Menurut Soeharno (2007), analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktifitas perusahaan. Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan aktifitas perusahaan. Biaya ini secara total akan berberubah-ubah sesuai dengan volume produksi (Halim, 2009).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar.

Sedangkan, Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

Break even point

Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Menurut Waldiyono (2008), manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Analisis titik impas juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha. 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

(R V) F N = ...(1) dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak tetap per tahun (rupiah/unit)

Net present value

Net present value dapat diartikan bahwa seluruh angka net cash flow yang digandakan dengan discount faktor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan dan merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV bernilai positif maka investment feasible, bila NPV bernilai 0 berarti investment dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate) dan bila NPV bernilai negatif maka investment ditolak (Prawirokusumo, 1990).

Menurut Purba (1997), Net present value (NPV) merupakan selisih antara benefit dengan cost + investment yang dihitung sebagai berikut :

NPV = B – (C = I/n) ...(2) n = umur teknis ekonomi proyek

jika ditinjau dari segi present value of benefit, maka : NPV = Total B – (Total C + I)

- Jika NPV lebih besar dari 0 (NPV positif), hal ini berarti bahwa : total B lebih besar dari total C + I, berarti benefit lebih besar dari cost + investment, sehingga pembangunan (rehabilitasi, perluasan) proyek tersebut favourable.

- Jika NPV sama dengan 0 (NPV netral), berarti : total B + total C + I, berarti bahwa benefit hanya cukup untuk menutupi cost + investment selama umur teknis – ekonomis proyek yang bersangkutan.

- Jika NPV lebih kecil dari 0 (negatif), berarti : total B lebih kecil dari total C + I, berarti pula bahwa benefit tidak cukup untuk menutupi cost + investment selama umur teknis – ekonomis proyek yang bersangkutan unvourable.

Internal rate of return

Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha tani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi usaha tani bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usaha tani itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dulu (Soekartawi, 1995).

Menurut Kastaman (2006), Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate diperoleh dimana B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Sedangkan menurut Giatman (2006), dengan menggunakan metode IRR kita akan mendapatkan informasi yang berkairan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikkan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

( )

( )

= + − = n t t i Ct Bt NPV 0 1 ... (3) dimana :

B = Manfaat penerimaan tiap tahun

C = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun

t = Tahun kegiatan usaha (t=1,2,...,n) i = Tingkat diskon yang berlaku

Menurut (Purba, 1997) Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

...(4) ... ... negatif).. dan f p%)(positi -(q% X Y) + X/(X + p% = IRR dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

1 Latar belakang

Kopi Indonesia saat ini ditilik dari hasilnya, menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangatlah cocok bagi tanaman kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi.

Di era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya dan penerapan teknologi yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk (bubuk kopi) yang bagus dan sesuai dengan permintaan konsumen.

Tanaman kopi merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Di Indonesia sebagian besar biji kopi dihasilkan dari perkebunan rakyat yang masih menggunakan teknologi budidaya sederhana. Untuk itu, perlu ada perbaikan dalam penerapan teknologinya, antara lain teknik persiapan atau penyediaan sarana produksi, proses budidaya, teknik penanganan pasca panen dan pengolahannya. Bila penerapan teknologi budidaya diperkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, maka produksinya bisa ditingkatkan.

Dalam penerapan teknologi pasca panen pada tanaman kopi berupa penggilingan dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan keterbatasan jumlah alat yang ada pada petani, sehingga harga jual yang diperoleh petani kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan.

Dalam meningkatkan mutu produk kopi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai penanganan pasca panen. Diperlukan usaha-usaha perbaikan, diantaranya melalui penanganan atau penerapan teknologi pasca panen yang praktis yang bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan mutu, menekan tingkat kehilangan secara kuantitaif dan kualitatif serta praktis dan murah. Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen tersebut adalah dengan menggunakan alat-alat pasca panen, misalnya alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill.

Pada dewasa ini biji kopi yang telah disangrai akan dihaluskan dengan alat penghalus (grinder) sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu agar mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa dan aroma yang lebih optimal. Mesin penghalus yang digunakan adalah mesin penghalus menggunakan tipe burr mill.

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), mesin ini mempunyai dua buah piringan (terbuat dari baja), yang satu berputar (rotor) dan yang lainnya dian (stator). Mekanisme penghalusan terjadi dengan adanya gaya geseran antara permukaan biji kopi sangrai dengan permukaan piringan dan sesama biji kopi sangrai. Proses gesekan yang sangat intensif akan menyebabkan timbul panans dibagian silindernya dan akan menyebabkan aroma kopi bubuk berkurang. Untuk menghindari hal tersebut, maka mesin penghalus (grinder) sebaiknya dihentikan dan didiamkan sejenak.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat penggiling biji kopi tipe Flat Burr Mill.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat penggiling yang lebih praktis.

3. Bagi masyarakat, sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibatasi hanya pada komoditi kopi robusta.

ABSTRAK

SAMUEL HAPOSAN NAPITUPULU: Rancang Bangun Alat Penggiling Biji Kopi Tipe Flat Burr Mill, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ADIAN RINDANG.

Penggilingan dilakukan untuk menghaluskan bahan pangan menjadi bubuk dengan tingkat kehalusan tertentu agar lebih mudah diolah menjadi produk lain. Penggilingan biji kopi bertujuan untuk menghaluskan biji kopi hingga menjadi bubuk kopi dengan kehalusan tertentu agar mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa dan aroma yang lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill pada kopi robusta. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, persentase biji hilang dan analisis ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat 5,00 kg/jam untuk kopi robusta. Persentase biji kopi robusta yang hilang adalah sebesar 1,112 %. Analisis ekonomi Rp. 1.074,25/kg, BEP sebanyak 2.748,91 kg/tahun pada komoditi kopi robusta. NPV 16% sebesar Rp. 6.147.021,25 dan NPV 20% sebesar Rp. 5.397.751,98. IRR sebesar 52,81 %.

Kata kunci : flat burr mill, kopi, alat penggiling, rotator, stator.

Dokumen terkait