E. Sistematika Penulisan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi telaah kepustakaan seperti: menjelaskan mengeni konsep peranan
kepolisian, proses peradilan pidana, dan Tinjauan mengenai Tindak Pidana
Perjudian Koprok.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang langkah-langkah atau cara-cara yang dipakai dalam
rangka pendekatan masalah, serta tentang uraian tentang sumber-sumber data,
20
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil dari penelitian tentang berbagai hal yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini yang akan dijelaskan tentang Peranan
Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Koprok .
V. PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari kajian penelitian yang menjadi fokus bahasan
Peranan Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Koprok dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut.15 Penegakan hukum pidana untuk menanggulangi perjudian
sebagai perilaku yang menyimpang harus terus dilakukan. Hal ini sangat berlasan
karena perjudian merupakan ancaman yang nyata terhadap norma-norma sosial
yang dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan
sosial. Perjudian merupakan ancaman atau potensial bagi berlangsungnya
ketertiban sosial.16
Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana, dimana penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya
tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.17
15
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 63. 16
Saparlina Sadli, dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet II, Penerbit Alumni, Bandung, 1998, hlm 148.
17 P.A.F. Lamintang.
Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti. Bandung. 1996,
22
Terdapat 3 hal yang diperhatikan :
1. Perbuatan pidana adalah oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam
pidana.
2. Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang
ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan
kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.
3. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena
antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan erat
pula. Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, dan
orang tidak dapat diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan
olehnya.
Peran hukum terasa sekali dalam mewarnai tata kehidupan bermasyarakat.
Dengan wibawa dan daya gunanya itu semakin berperan serta dalam upaya
menstrukturisasi kehidupan sosial, sehingga struktur kehidupan sosial masyarakat
dapat diubah dan dikembangkan ke arah kehidupan bersama yang lebih maju,
lebih menjamin kesejahteraan dan kemakmuran bersama yang berkeadilan yang
menjadi tujuan hidup bersama dalam masyarakat.
Selain dari pada itu hukum berperan signifikan dalam mendorong proses
pembangunan suatu masyarakat sebagai rekayasa sosial dan hukum pun
mengendalikan baik para pelaksana penegak hukum maupun mereka yang harus
mematuhi hukum, yang mana kesemuanya berada dalam proses pengendalian
sosial agar gerak kerja hukum menjadi sesuai dengan hakekatnya sebagai sarana
Hukum lahir dalam pergaulan masyarakat dan tumbuh kembang di tengah
masyarakat, sehingga hukum mempunyai peranan penting di dalam mengatur
hubungan antar individu maupun hubungan antar kelompok. Hukum berusaha
menjamin keadilan didalam pergaulan hidup manusia, sehingga terciptanya
ketertiban dan keadilan.
Sebagai suatu peroses yang bersifat sistemik, maka penegakan hukum pidana
menampakan diri sebagai penerapan hukum pidana (criminal law application)
yang melibatkan pelbagai sub sistem struktural berupa aparat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan pemasyarakatan.18 Termasuk didalamnya tentu saja
lembaga penasehat hukum. Dalam hal ini penerapan hukum haruslah dipandang
dari 3 dimensi:
1. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem normatif (normative system)
yaitu penerapan keseluruhan aturan hukum yang menggambarkan nilai-nilai
sosial yang didukung oleh sanksi pidana.
2. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem administratif (administrative
system) yang mencakup interaksi antara pelbagai aparatur penegak hukum
yang merupakan sub sistem peradilan diatas.
18
24
3. Penerapan hukum pidana merupakan sistem sosial (social system) dalam arti
bahwa dalam mendefinisikan tindak pidana harus pula diperhitungkan
pelbagai perspektif pemikiran yang ada dalam lapisan masyarakat.
Sehubungan dengan pelbagai dimensi diatas dapat dikatakan bahwa
sebenarnya hasil penerapan hukum pidana harus menggambarkan
keseluruhan hasil interaksi antara hukum, praktek administratif dan pelaku
sosial.19
Berkaitan dengan masalah judi ataupun perjudian yang sudah semakin merajalela
dan merasuk sampai ke tingkat masyarakat yang paling bawah sudah selayaknya
apabila permasalahan ini bukan lagi dianggap masalah sepele. Masalah judi
maupun perjudian lebih tepat disebut kejahatan dan merupakan tindak kriminal
yang menjadi kewajiban semua pihak untuk ikut serta menanggulangi dan
memberantas sampai ke tingkat yang paling tinggi.
Erwin mapaseng dalam sebuah dialog mengenai upaya pemberantasan perjudian
mengatakan bahwa:
“Praktek perjudian menyangkut banyak pihak, polisi tidak bisa menangani sendiri.
Sebagai contoh praktek permainan ketangkasan, izin yang dikeluarkan dibahas
bersama oleh instansi terkait. Lembaga kepolisian hanya salah satu bagian dari
instansi yang diberi wewenang mempertimbangkan izin tersebut. dalam persoalan
ini, polisi selalu dituding hanya mampu menangkap bandar kelas teri,. Padahal
19
masyarakat sendiri tidak pernah memberikan masukan kepada petugas untuk
membantu penuntasan kasus perjudian”.20
Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan
perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seorang mempunyai
kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat
menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan bahwa
tujuan akhir atau tujuan utama dari politik kriminal ialah perlindungan masyarakat
untuk mencapai kesejahteraan.21
Menurut Simons, strafbaarfeit adalah :
Tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang
yang dapat di pertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang
telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.22
Sedangkan menurut Pompe, strafbaarfeit adalah :
Suatu pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum yang dengan
sengaja yang telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman
terhadap pelaku itu adalah penting demi terpeliharanya tertib hukum dan
terjaminnya kepentingan umum.23
20
Upaya Pemberantasan Perjudian, Harian Kompas, Hari Rabu 31Oktober 2001, Rubrik Jawa
Tengah dan DIY Nomor 6. 21
Andi Hamzah. Buku Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001,
hlm. 22 22 Evi hartanti,
Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 5.
23
26