• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Tinjauan Tentang Bermain

Menurut Sofia Hartati (2005: 85) Bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapatkan pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hai inilah yang menjadikan dasar dari inti pembelajaran pada anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Gallahue (Sofia Hartati, 2005: 85) juga mengemukakan bermain merupakan kebutuhan anak yang paling mendasar, saat anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui bermain lah ia lakukan. Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan yang dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif serta dengan menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya.

Ada beberapa penggolongan kegiatan bermain pada anak usia dini, salah satunya Mildred Parten (Mayke Sugianto, 1995: 13-15) menggolongkan kegiatan bermain sesuai dengan perkembangan social anak dalam enam bentuk yaitu : 1) Unoccupied Playadalah suatu kegiatan bermain yang dilakukan anak, akan

tetapi anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain tersebut, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian anak. Dalam kondisi seperti ini, bila tidak ada hal yang menarik, anak akan menyibukan diri dengan melakukan berbagai hal seperti memainkan anggota tubuhnya, mengikuti orang lain, berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan yang jelas.

2) Solitary Play (bermain sendiri) biasanya tampak pada anak yang berusia sangat muda. Anak sibuk bermain sendiri dan tampaknya tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya.

3) Onlooker Play(pengamat) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain melakukan kegiatan bermain dan mulai menunjukan minat yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya.

4) Parallel Play (bermain paralel) tampak saat dua anak atau lebih dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan atau kegiatan yang sama, tetapi bila diperhatikan tampak bahwa sebenarnya tidak ada interaksi di antara mereka.

5) Assosiative Play(bermain asosiatif) ditandai dengan adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar lat permainan, akan tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama.

6) Cooperative Play(bermain bersama) ditandai dengan adanya kerjasama atau pembagian tugas antara anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai atau tujuan tertentu

b. Macam Permainan

Bentuk permainan anak sangat bervariasi, baik antar daerah , antar etnis, dan antar bangsa. Ki Hadjar Dewantara (1948) (Slamet Suyanto, 2005: 128-131)

menulis bahwa H. Overbeck telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian

anak-anak yang ada di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 699 macam. Padahal setiap waktu permainan baru muncul, menjadi jenis permainan senantiasa bertambah banyak. Dari berbagai jenis permainan itu pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu:

1) Permainan Fisik

Permainan seperti kejar-kejaran, Go bag so dor (Go back trough door), Ci,

Sudamandah (Sondah, Sonlah, Ingkling), banyak menggunakan banyak kegiatan fisik. Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya,

ada di Indonesia tapi juga di dunia. Dengan bermain, maka fisik anaka akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan gerakan dasar.

2) Lagu anak-anak

Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari atau berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu. Sifatnya ada lagu yang humoris, ada yang mengandung teka-teki, dan adapula yang mengandung nilai-nilai ajaran yang luhur.

3) Teka-teki, berfikir logis, dan berfikir matematis

Berbagai permainan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan matematis. Lowok, suatu permainan dengan menggunakan karet gelang, anak-anak dapat belajar mengenai genap dan ganjil, lebih banyak dan lebih sedikit.

Begitu pula dengan permainanbenthikataudakon

4) Bermain dengan benda-benda

Permainan dengan objek seperti air, pasir, balok dapat membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Anak-anak dapat belajar ciri-ciri benda-benda tersebut.

5) Bermain peran (pretend play)

Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama, atau bermain peran, dan jenis permainan lain dimana anak memainkan peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat.

c. Permainan TradisionalIngkling

Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Di Indonesia banyak sekali jenis permainan tradisional, yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia ini. Dari yang dimainkan sendiri sampai yang dimainkan bersamaan atau kelompok, dari permainan yang menggunakan alat sampai tidak menggunakan alat permainan. Selain sebagai hiburan atau wadah untuk bersenang-senang, permainan tradisional dapat juga digunakan sebagai media pengembangan berbagai aspek perkembangan. Permainan tradisional anak-anak banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan pentinya nantinya bagi kehidupan mereka di tengan masyarakat (Sukirman, 2008: 27).

Sedangkan menurut James Danandjaja (Keen Achroni, 2012: 45) permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak memiliki variasi. Dilihat dari akar katanya, permainan tradisional adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia atau anak-anak dengan tujuan mendapat kegembiraan.

Menguatnya arus globalisasi di Indonesia yang membawa pola kehidupan dan hiburan baru yang memberi dampak tertentu terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya kelestarian berbagai ragam permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional member pengaruh yang tidak kecil terhadap

perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak-anak di kemudian hari. Sementara kenyataan di lapangan dewasa ini memperlihatkan tanda-tanda yang kurang baik. Semakin jarang permainan tradisional anak-anak ditampilkan dan jarang dimainkan serta tidak lagi dikenal.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada fenomena permainan tradisional di Jawa dan Indonesia umumnya, ada tiga pola perubahan, yaitu: (1) menurunnya popularitas jenis-jenis permainan tradisional tertentu; (2) munculnya jenis-jenis permainan anak tertentu; (3) masuknya jenis-jenis permainan baru yang modern

Salah satu permainan tradisional yang terkenal di Daerah Istimewa

Yogyakarta yaituingkling. Permainan ini dinamakanengklekatauingklingkarena

dilakukan dengan melakukan engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki.

Permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Ingkling dapat

dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, di halaman rumah, teras rumah, lapangan, halaman sekolah, baik pelataran tanah, semen atau aspal, dan lain sebagainya seperti terlihat pada gambar 2 dan gambar 3. Lama permainan tidak mengikat sesuai dengan kesepakatan bersama sebelum permainan dilakukan. Bentuk bidang

permainan ingkling memiliki bentuk yang bermacam-macam, namun pada

dasarnya cara bermain sama (lihat gambar 1). Permainan ingkling ini termasuk

Gambar 1. Petak pada permainaningkling

Gambar 2. Permainan ingkling di halaman tanah

Sedangkan menurut Keen Achroni (2012: 51) ingkling merupakan permainan anak tradisional yang dikenal. Permainan ini dapat ditemukan diberbagai wilayah di Indonesia. Di berbagai wilayah memiliki nama yang

berbeda-beda, antara lain, teklek, ingkling, sundamanda atau sundah mandah,

jlong-jling, lempeng, ciplak gunung, demprak, dampu, dan masih banyak nama lagi, tetapi bentuk permainannya sama.

Permainaningkling ini bersifat kompetitif, tetapi tidak ada hukuman bagi

yang kalah. Permainan ini dapat dilakuan oleh anak laki-laki maupun perempuan.

Ingklingmengandung unsur-unsur melatih kemampuan fisik motorik anak seperti olah raga pada umumnya. Selain itu permainan ini dapat untuk memupuk

persahabatan antar sesama anak-anak. Permainan ingkling dapat di lakukan

dengan berbagai cara sesuai dengan kesepakatan bersama.

Jumlah pemain pada permainaningkling ini tidak dibatasi. Setiap pemain

harus memiliki kreweng atau gacuk, yaitu pecahan genteng atau batu yang

berbentuk pipih dan tidak mudah pecah. Kemudian seluruh pemain mengadakan

hompimpah dan pingsut (suit). Peserta yang menang diperbolehkan untuk meminkan permainan terlebih dahulu.

Cara bermainan permainan ingkling menurut Keen Achroni (2012: 52)

yaitu:

a. Sebelum memulai bermain pemain melemparkan kreweng ataugacuk yang

dimiliki masing-masing kedalam kotak.Krewengataugacuk dilempar tidak

kreweng atau gacuk melebihi garis kotak ataupetak maka pemain dianggap gugur dan dilanjutkan oleh pemain lainnya.

b. Pemain melompat-lompat dari satu kotak satu ke kotak lainnya

menggunakan satu kaki (engklek atau ingkling) dan tidak boleh bergantian.

Jadi, ingklingdilakukan dengan kaki yang sama dalam satu putaran sampai

selesai. Namun, ketika sampai pada dua kotak yang beraa disamping maka kedua kaki menginjak tanah.

c. Kotak yang terdapatgacuktidak boleh diinjak oleh setiap pemain. Jadi, para

pemain harus melompat ke petak berikutnya dan mengelilingi petak-petak yang ada, saat pemain melompat pemain tidak boleh menginjak garis atau petak. Jika melakukan hal tersebut maka dianggap gugur dan kemudian dilanjutkan pemain selanjutnya.

d. Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran, melemparkan gacuk

membelakangi bidang permianan, jika gacuk jatuh tepat pada salah satu

petak, petak tersebut menjadi miliknya atau sering dkatakan sebagai sawahnya. Pemain yang memiliki sawah boleh menginjak petak tersebut dengan menggunakan dua kaki. Sementara itu, pemain-pemain yang lain tidak diperbolehkan untuk menginjak petak tersebut selama permainan.

e. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang memiliki sawah paling

banyak.

Menurut Keen Achroni (2012: 53), permainaningkling memiliki manfaat,

manfaat permainaningklingtersebut antara lain:

2) Menyehatkan fisik anak. Karena, permainan ini dimainkan dengan banyak bergerak, yaitu melompat.

3) Melatih keseimbangan tubuh dan kekuatan tubuh (motorik kasar) anak karena

permainan ini dimainkan dengan cara melompat dengan satu kaki.

4) Mengajarkan kedisiplinan untuk mematuhi aturan permainan.

5) Mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak karena ingkling dimainkan

secara bersama-sama.

6) Mengembangkan kecerdasan logika anak, yaitu melatih anak untuk berhitung

dan menentukan langkah-langkahyang harus dilewati.

Dalam penelitian ini memilih permainan ingkling untuk meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak karena permainan ingkling dapat dimainkan

dimana saja serta tidak memerlukan biaya banyak. Dalam permainaningklingkita

hanya membutuhkan alat untuk membuat kotak permainan seperti kapur, kayu kecil apabila permaian dilakukan di tanah, kepingan genting bekas dan sebagainya. Selain itu permainan mudah untuk dimainkan. Walaupun demikian ingkling tetap dapat dijadikan media pembelajaran yang menarik untuk anak usia dini.

Selain memiliki banyak manfaat dan kelebihan ingkling memiliki

kelemahan antara lain yaitu: (1) permainan ini harus dimulai dengan pemanasan agar tidak terjadi cidera; (2) memerlukan ruang yang cukup luas agar anak bebas bergerak.

Dalam penelitian ini langkah pembelajaraningklingyaitu sebagai berikut:

1) Guru memberi penjelasan terlebih dahulu kepada anak-anak mengenai

pembelajaran yang akan dilakukan bersama-sama.

2) Setelah itu mengajak anak-anak keluar kelas menuju halaman sekolah.

3) Guru mengkondisikan anak-anak dengan melakukan permainan kecil dengan

tujuan lain untuk pemanasan sebelum kegiatan.

4) Kemudian guru menjelaskan dan memberikan contoh bermain ingkling

dengan benar di depan anak-anak.

5) Setelah memberi penjelasan dan contoh kepada anak, permainan dimulai dari

anak sesuai dengan urut pada presensi kelas agar situasi dan kondisi terkendali.

6) Setiap anak yang sudah selesai dalam permainan, anak menjadi supporter

teman yang lain agar lebih bersemangat dan dengan tujuan lain menjadi pendinginan anak.

Dokumen terkait