• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Tinjauan Pustaka

2. Tinjauan Tentang Dispensasi Nikah

Terhadap adanya aturan Perundang-Undangan yang mengatur mengenai Perkawinan yang berlaku di Indonesia yaitu“Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan”salah satunya membahas pembatasan usia perkawinan yang diperbolehkan melakukan perkawinan, hal ini menyebabkaan banyak terjadi pada masyarakat yaitu pernikahan di bawah tangan atau nikah sirri yang mana perkawinan sah berdasarkan kepercayaan saja bukan sah dimata aturan hukum yang berlaku.

Dalam agama islam pernikahan adalah suatu perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT yang harus dilaksanakan, karena perkawinan itu merupakan suatu ibadah. Dalam agama islam tak ada membahas tentang batas usia yang diperbolehkan menikah, seperti dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 32 yang berbunyi :

ىًُىُكَي ىِإ ۚ ْنُكِئَٰٓاَهِإَو ْنُكِداَبِع ْيِه َييِحِل ََّٰصلٱَو ْنُكٌِه ًََٰوََٰيَ ْلْٱ ۟اىُحِكًَأَو ۟ا

ٌنيِلَع ٌعِس ََٰو ُ َّللَّٱَو ۗ ۦِهِل ْضَف يِه ُ َّللَّٱ ُنِهٌِْغُي َءَٰٓاَسَقُف

19 Artinya :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hambasahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Berdasarkan penjelasan ayat diatas bahwa Allah SWT memerintahkan untuk melakukan pernikahan dengan siapapun yang tidak mempunyai pasangan, baik itu pria atau wanita yang paham agama. Pada Surat An-Nur Ayat 32 ini tidak ada penjelasan mengenai batas usia untuk diperbolehkan melakukan perkawinan.

Sehingga banyak pada masyarakat yang hanya berpedoman terhadap agamanya masing-masing. Yang mana dalam agama islam dapat diketahui tidak ada penjelasan secara jelas tentang batas usia untuk melakukan perkawinan, apabila sudah baligh maka dianggap telah mampu untuk melakukan perkawinan. Berbeda dengan aturan hukum yang berlaku di Indonesia yang mengatur dengan jelas mengenai batas usia yang diperbolehkan untuk melakukan perkawinan.

Pada dasarnya, nikah sirri atau nikah dibawah tangan banyak terjadi dikalangan masyarakat. Salah satu faktor penyebab yang banyak terjadi yaitu dikarenakan suatu hal misalnya dikarenakan mereka belum cukup umur menurut ketentuan hukum yang berlaku. Sehingga untuk menghindari terjadinya nikah sirri tersebut yang dapat merugikan kedua belah pihak dan

20 juga dapat merugikan keturunannya maka perlu adanya penetapan dispensasii nikah dari Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya.

Dispensasi Nikah merupakan suatu cara yang dilakukn oleh calon mempelai laki-laki ataupun perempuannya untuk dapat melakukan perkawinan tetapi sedang dibawah usia dan belum dibolehkan untuk kawin berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. Permohonan dispensasi nikah bisa di ajukan oleh orag tua pria ataupun wanita yang belum cukup umur ke Pengadilan Agama yang mewilayahi. Kemudian, setelah itu dalam persidangan Hakim Pengadilan Agama akan memeriksa untuk mengetahui apakah ada hal yang memungkinkan untuk diberikannya penetapan dispensasi nikah, apabila ditemukan hal yang sinkron dalam pelaksanaan dispensasi nikah, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan.

Untuk menekan angka perkawinan di bawah umur, maka dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, khususnya mengenai batasan usia yang boleh melangsungkan perkawinan terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dalam Peraturan Perundang-undangan khususnya dalam Pasal 7 dinyatakan :

“Seseorang dapat melangsungkan perkawinan apabila kedua calon baik itu laki-laki dan perempuan telah berumur 19 (sembilan belas) tahun.”

Dengan adanya batasan umur yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

21 tentang Perkawinan tentu saja diharapkan dapat membatasi serta mengurangi terjadinya pernikahan dini. Tetapi apabila terjadi hal penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat maka pihak yang bersangkutan dapat mengajukan atau meminta dispensasi nikah ke Pengadilan Agama setempat.

Mengenai prosedur perkawinan serta rukun dan target dari perkawinan sudah ada secara terperinci dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Nikah. merupakan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku secara nasional di Indonesia. Dengan di revisinya mengenai batasan usia menikah diharapkan dapat mengurangi angka perkawinan dibawah umur dan mengurangi tingkat perceraian dini.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Nikah, dinyatakan:

“Bahwa Dispensasi Kawin adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan kepada calon suami/isteri yang belum berusia 19 (sembilan belas) tahun untuk melangsungkan perkawinan”

Jadi apabila seseorang akan melangsungkan perkawinan tetapi belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun maka dapat mengajukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama setempat.

Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi bagi calon pasangan suami/isteri apabila hendak mengajukan permohonan dispensasi nikah tertulis

22 jelas dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Nikah. yaitu sebagai berikut:

1. Membawa Surat Permohonan mengenai permohonan Dispensasi Nikah;

2. Membawa Fotokopi KTP kedua orang tua/wali;

3. Membawa Fotokopi KK;

4. Membawa Fotokopi KTP atau KIA dan/atau Akta Kelahiran Anak;

5. Membawa Fotokopi KTP atau KIA dan/atau Akta Kelahiran calon suami/isteri;dan

6. Membawa Fotokopi Ijazah Pendidikan Terakhir Anak dan/atau Surat Keterangan Masih Sekolah dari Sekolah Anak.

Penelitian tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Terhadap Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Pasir Pengaraian adalah hasil dari peneliti sendiri. Ada beberapa skripsi dan jurnal yang lebih dahulu telah melakukan penelitian tentang permasalahan dispensasi nikah dan juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penyelesaian Perkara Dispensasi Nikah di

23 Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci (Studi Kasus: Perkara Nomor 55/Pdt.P/2019/PA.Pkc), oleh M.Fauzul NPM: 131010045, Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau. Dalam penelitian ini memiliki tujuan penulisan yakni untuk mengetahui alasan dilakukan dispensasi perkawinan dalam perkara Nomor 55/Pdt.P/2019/PA.Pkc dan pelaksanaan dispensasi perkawinan dalam perkara Nomor 55/Pdt.P/2019/PA.Pkc. Pada penelitian ini berfokus pada alasan serta pelaksanaan dispensasi perkawinan dalam perkara Nomor 55/Pdt.P/2019/PA.Pkc;

2. Pengaruh Kenaikan Batas Usia Pernikahan bagi Perempuan terhadap Peningkatan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Sampit, oleh Gusti Nadya Nurhalisa NIM: 16210199, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam penelitian ini berfokus pada pengaruh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap peningkatan dispensasi nikah dan landasan pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah pasca diberlakukannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan;

3. Pengaruh Dispensasi Nikah terhadap Tingkat Perceraian di Pengadilan Agama Watampone Kelas IA, oleh Ummu Kalsum NIM:

10100113146, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk

24 mengetahui faktor yang menyebabkan dikabulkannya permohonan dispensasi nikah serta mengetahui fenomena perceraian akibat perkawinan usia dini di Pengadilan Agama Watampone IA;

4. Pembuatan Perjanjian Kawin oleh Suami Isteri yang Beragama Hindu Terhadap Perkawinan yang Belum Dicatatkan, oleh R.Febrina Andarina Zaharnika, S.H.,M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau. Yang dipublikasi pada Tahun 2017 membahas tentang kekuatan perjanjian kawin yang dibuat berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan tetapi belum dicatatkan berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan;

5. Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Perkawinan Dini Akibat Hamil di Luar Nikah pada Pengadilan Agama Bantul, oleh Bagya Agung Prabowo, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia.

Yang dipublikasi oleh Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Tahun 2013 membahas mengenai Kompilasi Hukum Islam sebagai dasar pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi perkawinan usia dini dan implikasi hukum terhadap dispensasi perkawinan usia dini akibat hamil diluar nikah.

Berdasarkan beberapa bahan pustaka diatas yang menjadi rujukan peneliti kelima skripsi ataupun jurnal tersebut saling berkaitan, karena pada dasarnya mengkaji mengenai pelaksanaan dispensasi nikah. Namun yang akan membedakan dalam penlitian yang akan peneliti lakukan, peneliti akan lebih membahas dan merincikan mengenai Implementasi“Undang-Undang Nomor

25 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Pasir Pengaraian”. Peneliti juga akan membahas apa yang menjadi dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Pasir Pengaraian untuk mengizinkan Permohonan Dispensasi Nikah setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undan-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

3. Tinjauan Tentang Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas

Dokumen terkait