• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

4. Tinjauan tentang Metode Pembelajaran Make A Match

Metode pembelajaran Make A Match merupakan salah satu jenis cooperative learning. Cooperative berarti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative learning adalah pembelajaran dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dari berbagai peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda (Endang Mulyatinigsih, 2011:227).

Pendekatan pembelajaran kooperatif memanfaatkan pengajaran teman sebaya dan kerjasama kelompok untuk mendorong belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar dalam kelompok melainkan terdapat beberapa unsur – unsur dasar cooperative learning yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Annita Lie, 2002:30).

Tujuan utama pembelajaran cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman – temannnya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Selain itu juga dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik (Isjoni, 2007:21)

Dengan demikian cooperative learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang bersifat heterogen dalam

27

menyelesaikan tugas dari guru secara diskusi bertujuan untuk menumbuhkan sifat kebersamaan, semangat belajar, dan saling berbagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan antar peserta didik.

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan – keunggulan dilihat dari aspek siswa meliputi :

a. Memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama dalam merumuskan satu pandangan kelompok Cilibert – Macmilan dalam (Isjoni, 2007:23)

b. Memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebaya (Isjoni, 2007:23)

c. Memungkinkan siswa memiliki motivasi yang tinggi, peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbgai informasi, belajar menggunakan sopan santun, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar, mengurangi tingkah laku yang kurang baik serta membantu menghargai pokok pikiran orang lain (Johnson dalam kutipan isjoni, 2007:24)

28

Selanjutnya Jarolimek dan Parker dalam kutipan Isjoni (2007:24) mengatakan bahwa keunggulan yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan adalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana yang rileks dan menyenangkan

e. Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara guru dan siswa f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

emosi yang menyenangkan

Keberhasilan pembelajaran kooperatif tampaknya juga dipengaruhi bagaimana ciri – ciri guru yang berhasil atau guru yang efektif. Pendapat dari para ahli pendidikan tentang bagaimana ciri – ciri guru yang berhasil tidaklah sama. Adaperbedaan yang mengatakan, guru yang berhasil harus mempunyai rasa cinta dengan belajar dan menguasai sepenuhnya bidang studi yang menjadi beban tugasnya. Pendapat lain mengatakan guru efektif adalah seorang individu yang dapat memotivasi siswa – siswanya untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi lebih, namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.

Guna meningkatkan pemahaman, partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas, guru menerapkan metode pembelajaran Make A Match. Metode pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan guru kepada. Penerapan

29

metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Hal – hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran Make A Match adalah kartu – kartu. Kartu – kartu tersebut terdiri dari kartu berisi jawaban dan kartu lain yang berisi jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut (Agus Suprijono, 2009:94). Langkah – langkah penerapan metode pembelajaran Make A Match sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pertama kelompok pembawa kartu yang berisi pertanyaan, kelompok kedua kelompok pembawa kartu yang berisi jawaban, kelompok ketiga adalah kelompok penilai.

b. Atur kelompok – kelompok tersebut berbentuk huruf U, upayakan kelompok pertama dan kelompok kedua berjajar saling berhadapan. c. Kemudian guru membunyikan peluit pertanda agar kelompok pertama

maupun kelompok kedua saling bergerak untuk mecari pasangan pertanyaan – pertanyaan yang cocok.

d. Beri waktu untuk berdiskusi. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan – pasangan antar anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.

e. Pasangan – pasangan yang sudah terbentuk dengan hasil jawaban yang cocok wajib menunjukkan pertanyaan – pertanyaan keapda kelompok penilai.

30

f. Kelompok penilai kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan dan jawaban itu cocok.

g. Setelah penilaian dilakukan, diatur sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai, sementara kelompok penilai pada sesi pertama diatas dipecah menjadi dua, sebagian memegang kartu pertanyaan dan sebagian lainnya memegang kartu jawaban. Posisikan dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan kelompok pemegang kartu jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusiakn pertanyaan

– jawaban. Berikutnya adalah masing – masing pasangan pertanyaan – jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.

Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan

– jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi kelompok penilai, mereka juga belum mengetahui dengan pasti apakah penilaian mereka sudah benar atau belum. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengonfirmasikan hal – hal yang telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan – jawaban dan melaksanakan penilaian.

Metode pembelajaran Make A Match memiliki kelemahan-kelemahan dalam penerapannya, antara lain :

31

a. Guru membutuhkan persiapan yang matang untuk membuat kartu pertanyaan dan jawaban dalam penerapan metode pembelajaran Make A Match.

b. Guru harus cermat dalam mengelola waktu saat pembelajaran berlangsung.

Dokumen terkait