• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIS A. Kompetensi Tenaga Pendidik

1. Pengertian Kompetensi Tenaga Pendidik

Kompetensi dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari Bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan keterampilan. Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Menurut Mulyasa dalam buku Jejen Musfah kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.18

Littrell dalam buku Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo mengemukakan kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui pelatihan dan praktik. Sementara itu, menurut Stephen J. Kenezevich dalam buku Hamzah B. Uno, dan Nina Lamatenggo

kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi. Kemampuan menurut Kenezevich dalam buku Hamzah B. Uno, dan Nina Lamatenggo adalah hasil penggabungan kemampuan-kemampuan yang memiliki banyak jenis, yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kecerdasan dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan

18Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik (Jakarta: Prenadamedia group, 2011), h.27.

seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu, dimana orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian yang selaras dengan tuntutan19

Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Perilaku di sini merujuk bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak. Barlow dalam buku Hamsah B. Uno dan Nina Lamatenggo mengemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian kompetensi guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru dapat diukur dari sejauh mana guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.20

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara pada bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pejabatan.21

Seseorang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar dalam buku Hamzah B. Uno dan Nina

19Hamzah B. Uno, dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Mempengaruhi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h.12.

20Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Memengaruhi (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.17

21Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.5.

Lamatenggo mengemukakan kompetensi merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Pendapat Munandar ini menginformasikan dua faktor yang memengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni faktor bawaan seperti bakat dan faktor latihan seperti belajar. Menurut Spencer dalam buku Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo lebih menekankan pada wujud dari kompetensi. Kompetensi tersebut sebagai daya untuk melakukan sesuatu yang mewujud dalam bentuk unjuk kerja atau hasil kerja.22

Kompetensi tenaga pendidik dapat disimpulkan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan bertanggung jawab serta memiliki kewenangan dalam menjalankan profesi keguruannya.

Kompetensi kepribadian dalam teori Syaiful Sagala dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang:

1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial, dan norma etika yang berlaku. 2) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai

pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan betindak.

4) Berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif bagi peserta didik.

22Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Memengaruhi, h.11

5) Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peseta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong.23

2. Manfaat Kompetensi Tenaga Pendidik

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru begitu kompleksnya, maka manfaat kompetensi guru sebagai berikut:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep sesuai dengan pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.24

Selain dari manfaat kompetensi tersebut adapun beberapa manfaaat kompetensi tenaga pendidik yang lain, sebagai berikut:

a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa yang perlu mendapat pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal.

b. Merupakan Alat Seleksi Penerimaan Guru

Banyaknya calon guru mengakibatkan perlunya seleksi penerimaan guru untuk memilih guru sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut,

23Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Cet.IV (Bandung: Alfabeta, 2013), h.34.

24Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesion (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 15.

perlu ditetapkan kriteria secara umum kompetensi-kompetensi dasar yang perlu dipenuhi sebagai syarat untuk menjadi guru. Kriteria calon guru merupakan pedoman yang sangat penting bagi para administrator, dan memerintah untuk memilih dan menentukan mana guru yang diperlukan untuk sekolah tersebut.25

c. Untuk pengelompokkan guru

Berdasarkan hasil uji kompetensi, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasilnya, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Untuk kelompok kurang merupakan kelompok yag harus mendapat perhatian dan pembinaan agar dapat meningkatkan kompetensinya. d. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum

Hal ini harus dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru atau calon tenaga kependidikan (LPTK), karena keberhasilan tersebut terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan. Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara lain kurikulum.26

e. Merupakan alat pembinaan guru

Untuk memperoleh guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menyeleksi dan

25E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 188.

26E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, h.189.

menempatkan guru sesuai dengan karakteristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.

f. Mendorong kegiatan dan hasil belajar

Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.27

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan sebagai guru.

B. Kedisiplinan Peserta Didik

1. Pengertian Kedisiplinan Peserta Didik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik. Jadi, disiplin dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Kemudian dalam New World Sictionary, disiplin diartikan sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien.28

Disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan

27E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, h.190.

28Rose Kusumaning Ratri, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2013), h.159.

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan29.

Singodimedjo, mengatakan bahwa disiplin adalah sikap kedisiplinan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya.30

Good’s dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut. a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.

c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.

d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.31

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Disiplin harus ditanamkan secara terus menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan secara terus menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang-orang gagal, umumnya tidak disiplin.

Pada umumnya sikap disiplin adalah upaya ke arah perbaikan perilaku seseorang, agar secara langsung mereka mematuhi segala peraturan yang telah

29Ali Imron, Manajemen Peserta Didik berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.173.

30Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Kencana, 2010), h.86.

disampaikan. Jika seseorang tidak memiliki kedisiplinan, maka cenderung dalam hal tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak merasa terikat pada kode etik yang telah ditetapkan sehingga kinerjanya menjadi tidak baik. Apabila muncul sikap insidipliner seorang guru akan berdampak negatif pada proses belajar mengajar sehingga mutu dan kualitas sekolah menjadi rendah.32

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap mental seseorang, yang mencerminkan ketaatan terhadap aturan-aturan yang dilandasai oleh rasa tanggung jawab.

2. Fungsi Kedisiplinan Peserta Didik

Fungsi utama kedisiplinan untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang serta tidak boleh dilakukan. Disiplin perlu dibina pada diri peserta didik agar mereka dengan mudah dapat:

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam dalam dirinya.

b. Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkan. c. Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbaur sesuatu tanpa adanya

peringatan dari orang lain.33

32Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Memengaruhi, h.35

33Novan Ardi Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.162.

Hurlock menyatakan bahwa fungsi kedisiplinan ada dua yaitu: a. Fungsi yang bermanfaat

1) Untuk Mengajarkan bahwa perilaku tentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian.

2) Untuk mengajarkan anak suatu tindakan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut suatu konformitas yang berlebihan.

3) Untuk mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

b. Fungsi yang tidak bermanfaat 1) Untuk menakut-nakuti anak.

2) Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplinkan34.

Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh sesuatu yang datang dari luar. Sedangkan disiplin menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena di dorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Selain itu dengan adanya disiplin peserta didik belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa

34Wisnu Aditya Kurniawan, Budaya Tertib di Sekolah: Penguatan Pendidikan Karakter Siswa (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h.44-45.

terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan35.

Jadi, disiplin sangat penting bagi setiap peserta didik, dengan adanya disiplin peserta didik akan memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik.

3. Macam-macam Kedisiplinan Peserta Didik Macam-macam kedisiplinan sebagai berikut: a. Disiplin diri pribadi

Disiplin diri pribadi atinya kepatuhan dan ketaatan terhadap apa yang telah ditentukan dan disepakati oleh dirinya sendiri. Misalnya disiplin menggunakan waktu, disiplin melaksanakan ibadah dan disiplin kerja.

b. Disiplin sosial

Merupakan kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap peraturan-peraturan, norma-norma, kaidah-kaidah/adat istiadat dan kesepakatan yang berlaku di dalam masyarakat di mana dia berada. Misalnya menaati adat istiadat dan budaya perkawinan yang berlaku.

c. Disiplin nasional

Diartikan sebagai status mental bangsa yang tercermin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan, baik secara sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang berlaku.36

Ali Imron membagi disiplin menjadi tiga yaitu:

a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang sambil memerhatikan penjelasan guru saat guru sedang mengajar.

35Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, h.94.

36Ngadimin Winata, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Jakarta: Bailmu, 2013) h.59.

Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada peserta didik dan memang harus menekan peserta didiknya agar peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas. Tata tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Dengan demikian konsep permissive ini berlawanan dengan konsep otoritarian.

c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dan konsep otoritarian dan permissive.37

Jadi, dengan adanya disiplin siswa mengetahui aturan-aturan yang berlaku di sekolah dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, siswa akan merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dihindari.

4. Penanggulangan Pelanggaran Kedisiplinan

Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah

37Novan Ardy Wiyani, MAnajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif, h. 160-161.

tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik.

Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi disiplin yaitu:

a. Pengenalan peserta didik

Setiap peserta didik pada dasarnya mempunyai tenaga untuk mengontrol dirinya. Peserta didik yang tidak diperhatikan orang tua dan gurunya seta kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai otoritas. Untuk itu. Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran disiplin.

b. Melakukan tindakan korektif

Dalam kegiatan pengelolaan, tindakan tepat dan segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan tindakan yang seharusnya dilaukan guru bila terjadi pengelolaan. Ciri yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat mungkin., kegiatan ini bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib.

c. Melakukan tindakan penyembuhan

Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok.

d. Tertib ke arah siasat

Sikap guru yang demokratis kondisi bagi terbinanya tertib ke arah siasat. Sikap ini akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut terlibat dalam menegakkan disiplin di sekolah, ikut bertanggung jawab dan ikut mempertahankan aturan yang telah dipikikan dan ditetapkan besama.38

Di samping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu didasari benar bahwa disiplin di kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin subur.39

Dapat disimpulkan bahwa disiplin peserta didik dipengaruhi oleh cara guru dalam mendidik peserta didik, seorang guru harus mampu memahami setiap karakter peserta didik untuk dapat menumbuhkan konsep diri peserta didik sehingga dapat berperilaku disiplin.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kedisiplinan Sears, dkk dalam buku Istiana A. Rahman mengatakan bahwa ketaatan seseorang terdapat suatu aturan kelompok disebabkan oleh tekanan sosial dan perundingan atau konsesi yang dibuat dalam suatu kelompok. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi taat terhadap aturan kelompok, yaitu:40

a. Ketaatan terhadap otoritas yang sah.

Orang yang memiliki otoritas yang sah dalam situasi tertentu akan bertindak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.

b. Ganjaran hukuman dan ancaman Macam-macam hukuman: 1) Hukuman badan 2) Penahanan di kelas 3) Menulis sekian kali

39Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, h.96.

40Istiana A. Rahman, Perilaku Disiplin Remaja (Makassar: Alauddin University Press), h.23.

4) Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan, pelajaran), lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman dan sebagainya.

c. Harapan orang lain

Seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai dengna yang diharapkan oleh orang lain. Permintaan label sebagai cerminan harapan, seperti “cerdas, rajin, kreatif”, dan sebagainya akan menimbulkan harapan tersebut bersifat implisit.41

Selain itu adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan, diantaranya:

a. Faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal yang dimaksud adalah unsur-unsur yang berasal dari luar pribadi yang dibina. Adapun unsur-unsur tersebut diantara lain:

1) Keadaan keluarga

Keluarga sebagai tempat pertama dan utama menanamkan peribadi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Ia memengaruhi atau menentukan perkembangan pribadi tersebut dikemudian hari.

2) Keadaan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh kesadaran sekolah tersebut. Keadaan sekolah yang dimaksud dalam konteks ini adalah ada tidaknya sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar di tempat tersebut.

3) Keadaan masyarakat.

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang luas dari pada keluarga dan sekolah turut menentukan berhasil tidaknya penanaman dan pendidikan

disiplin diri. Suatu keadaan tertentu dalam masyarakat dapat menghambat atau memperlancar terbentuknya kualitas hidup tersebut. b. Faktor internal

Faktor-faktor internal yang dimaksudkan adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam diri manusia. Dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi usaha pembentukan disiplin diri. Diantaranya: 1) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik dan biologis akan dapat menunaikan tugas-tugas yang ada dengan baik, ia mengatur waktu untuk mengikuti berbagai acara atau aktivitas secara seimbang dan lancar. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi yang bersangkutan tidak terganggu, sehingga ia akan menaati norma-norma atau peraturan yang ada secara bertanggung jawab.

2) Keadaan psikis

Keadaan psikis mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin dan psikis seseorang. Hanya orang yang normal atau sehat secara psikis atau mental dapat menghayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan keluarga.42

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kedisiplinan sangat berpengaruh terhadap prilaku disiplin peserta didik baik itu faktor eksternal maupun faktor internal.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau pernyataan.43 Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kompetensi pendidik terhadap kedisiplinan peserta didik di SMA Guppi Samata Gowa. Adapun hipotesis statistiknya yaitu:

= tidak ada pengaruh antara Kompetensi Tenaga Pendidik terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Guppi Samata Gowa.

= Ada pengaruh antara Kompetensi Tenaga Pendidik terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Guppi Samata Gowa.

Berdasarkan uraian latar belakang maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh Kompetensi Tenaga Pendidik terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Guppi Samata Gowa.

Dokumen terkait