• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

a. Pengertian belajar

Menurut W.S. Winkel (2004:59) Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan relatif dan berbekas. Namun tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon seseorang. Stimulus sebagai input dan respon sebagai output dari proses belajar tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, dan tidak dapat menjadi dapat untuk mencapai hasil yang optimal.

b. Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah dia melakukan proses belajar. Dalam Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia, prestasi mempunyai arti sesuatu yang diandalkan

oleh usaha. Prestasi juga dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan berpikir. Ngalim Purwanto menyatakan “prestasi belajar tidak hanya meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan,

namun meliputi pula aspek pembentukan watak seorang siswa.” Hal ini dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar yang dinyatakan berubahnya pengetahuan, tingkah laku dan keterampilan. Prestasi belajar yang dicapai oleh tiap anak setelah belajar dan usaha yang diandalkan guru berupa angka-angka atau skala. Prestasi yang diperoleh siswa berupa pengetahuan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Ada 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

1) Faktor intern, yaitu suatu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi intelegensi dan perhatian.

2) Faktor eksternal, yaitu suatu faktor yang berasal dari luar individu yang sedang belajar, meliputi faktor keluarga, suasana rumah, faktor sekolah, relasi, disiplin sekolah, faktor masyarakat, dan fasilitas belajar.

2. Kedisiplinan Belajar

a. Pengertian kedisiplinan belajar

Pembentukan satu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, orang dapat mengembangkannya melalui kesadaran diri dan kebebasan dirinya dalam menaati dan mengikuti aturan yang ada. Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektif memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif.

Untuk belajar secara efektif dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi setiap siswa. Belajar secara efektif dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektif dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain. Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan

norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan tertulis maupun tidak tertulis antara siswa dengan guru di sekolah maupun dengan orangtua di rumah untuk mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. Disiplin akan timbul bila adanya keterbukaan, kerjasama, mematuhi suatu norma dengan rasa tanggung jawab.

Menurut Hurlock (Suciningrum, 2011:19) indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut.

1) Disiplin belajar di sekolah memiliki indikator sebagai berikut: a) patuh dan taat terhadap tata tertib belajar di sekolah; b) persiapan belajar;

c) perhatian terhadap kegiatan pembelajaran; d) menyelesaikan tugas pada waktunya;

2) Disiplin belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut. a) mempunyai rencana atau jadwal;

b) belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung; c) ketaatan dan keteraturan dalam belajar;

d) perhatian terhadap materi;

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap disiplin belajar siswa, sebagai berikut.

1) Keteladanan

Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi sikap disiplin anak, sebab sikap dan tindak tanduk atau tingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi, tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.

2) Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, hal ini sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:3) bahwa kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul untuk diteladani.

3) Anak

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antar semua yang ada di rumah tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam

membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang memerlukan orang tua.

4) Hukuman dan ganjaran

Hukuman dan ganjaran, merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi perilaku. Apabila anak melakukan suatu pelanggaran atau suatu perbuatan yang tidak terpuji dan tidak mendapat teguran dari orang tua, maka akan timbul dalam diri anak tersebut suatu kebiasaan yang kurang baik.

5) Lingkungan

Faktor yang tidak kalah pentingnya dan berpengaruh terhadap disiplin adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada umumnya apabila lingkungan baik, maka akan berpengaruh terhadap perbuatan yang positif dan begitu pula sebaliknya.

Agar dapat terlaksana sikap disiplin yang diharapkan, maka ketiga lingkungan tersebut harus saling membantu, saling menolong, kerjasama, karena masalah pendidikan itu sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, dalam hal ini guru/sekolah, orang tua/keluarga dan begitu juga masyarakat yang berada di lingkungannya.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa keluarga mendidik anak dengan memberikan

kebiasaan-kebiasaan yang baik sebagai pembentukan watak yang terpuji. Sekolah mendidik anak memberikan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan si anak dengan pengajaran, dan dari masyarakat mendidik anak-anak dengan latihan-latihan praktis, berwujud keterampilan, ketabahan, keberanian, dan sebagainya yang semuanya akan dipergunakan sebagai bekal dalam kehidupannya.

3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua a. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan fasilitas keluarga. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).

Pendapat Weber (Soekanto, 2003:250) mengatakan bahwa status dapat didasarkan pada kepemilikan harta kekayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orang tua adalah kedudukan atau posisi orang tua dalam masyarakat dilihat dari tingkat pendidikannya dan peranannya (hak dan kewajiban)

dalam masyarakat dan tingkat kekayaan seperti penghasilan, harta benda dan sebagainya.

b. Pembagian kelas sosial ekonomi berdasarkan status ekonomi menurut para ahli:

1) Status ekonomi menurut Saraswati (2009) a) Tipe Kelas Atas (> Rp 2.000.000).

b) Tipe Kelas Menengah (Rp 1.000.000 -2.000.000). c) Tipe Kelas Bawah (< Rp 1.000.000)

2) Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3 kelas atau golongan terdiri atas:

a) Golongan sangat kaya: merupakan kelompok kecil dalam masyarakat, terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan

b) Golongan kaya : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat dalam masyarakat, terdiri dari para pedagang. c) Golongan miskin : merupakan golongan terbanyak dalam

masyarakat, kebanyakan dari rakyat biasa.

3) Soerjono Soekanto (1989:214) menggolongkan status sosial yang baiasanya digunakan dalam masyarakat sebagai berikut. a) Ukuran kekayaan

Ukuran kekayaan atau kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak

termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari bentuk rumah dan mobil pribadinya.

b) Ukuran kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekusaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi. Barangsiapa yang memiliki sesuatu berharga dalam jumlah yang banyak akan dianggap oleh masyarakat sebagai orang menduduki lapisan teratas dan itu sebaliknya. c) Ukuran kehormatan

Seseorang yang dilingkungan masyarakatnya disegani dan dihormati mendapat tempat teratas dalam masyarakat tersebut, ini sering terlihat dalam masyarakat tradisional biasanya mereka adalah golongan tua mereka yang pernah berjasa dalam masyarakat.

d) Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sangat penting dan dijadikan acuan untuk menempatkan seseorang di lapisan teratas. Akan tetapi, ukuran tersebut terkadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Ini dapat dilihat dalam gelar kesarjanaan yang diperolehnya dalam menempuh pendidikan.

4. Fasilitas Belajar

a. Pengertian fasilitas belajar

Alat belajar merupakan bahan atau alat apapun yang digunakan untuk membantu dan penyampaian dan penyajian materi pembelajaran. Alat ini dapat berupa alat peraga baik itu alat elektronik maupun alat lainnya yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika ditunjang dengan fasilitas yang memadai.

Maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat menunjang dan mempermudah kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang dimaksud adalah sarana pendidikan yang ada di sekolah berupa, gedung atau ruang kelas dan perabot serta peralatan pendukung di dalamnya, media pembelajaran, buku atau sumber belajar lainya.

b. Standar fasilitas belajar

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa

1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

c. Macam-macam fasilitas yang dibutuhkan oleh anak meliputi: 1) perlengkapan sekolah;

2) kamar belajar;

3) meja dan kursi belajar; 4) penerangan;

5) sarana ke sekolah; 6) lingkungan belajar;

Dokumen terkait