• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Bank

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpundana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir, 2002).

Bank merupakan tempat dimana orang yang mempunyai kelebihan dana untuk menyimpan uang dan tempat dimana orang-orang yang membutuhkan dan kekurangan dana untuk meminjam. Dana yang diperoleh bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukannya. Bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat.

Fungsi-fungsi perbankan tersebut, antara lain :

1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana.

2. Pelaksana kebijakan moneter.

4. Lembaga yang ikut mendorong pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.

2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diukur dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2009 : 119).

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai Pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya

ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan:

ROA = EBT x 100%

TA

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Perhitungan ROA terdiri dari :

1) ROA

ROA adalah return on asset atau hasil pengembalian dari asset.

2) EBT

EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak 3) Total aktiva

Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri dari: a) Aktiva lancar

b) Aktiva tetap

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen.

2.1.3 Kredit

Menurut Kasmir (2010 : 73) pembiayaan atau kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Berdasarkan pengertian diatas maka kredit merupakan suatu bentuk usaha yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh keuntungan atau profit

dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini tentunya ada kendala, setiap usaha pasti ada risiko dalam menjalaninya. Dalam menjalankan usaha didalamnya pasti terdapat risiko. Terutama perbankan dalam melakukan pemberian kredit.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010 : 74):

1. Kepercayaan

Yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benarbenar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu

Yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. Pada saat pelunasan kredit yang telah disepakati jarak atau jangka waktunya bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

Yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. Semakin panjang masa kredit maka semakin besar risiko yang menjadi tanggungan bank, demikian juga sebaliknya. Risiko ini ada yang di sengaja maupun tidak disengaja.

4. Kesepakatan

Yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian dimana masing masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. 5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. 2.1.4 Pemberian Kredit

Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Pemberian kredit biasanya dilakukan oleh bank dalam hal menyalurkan dananya kepada masyarakat untuk masyarakat yang kekurangan dana. Termasuk kredit dalam kerangka pembiayaan bersama atau kredit dalam proses penyelamatan.

Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang

dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Loan to Deposit Ratio menunjukkan kemampuan bank didalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Achmad dan Kusuno, 2003).

Menurut Dendawijaya (2005) Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio sebagai berikut:

LDR = Kredit x 100%

Dana Pihak Ketiga

2.1.4.1 Sumber Dana Pemberian kredit

Pertumbuhan bank dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat. Bagi bank dana merupakan persoalan utama, tanpa dana bank tidak dapat menjalankan kegiatan : “Bagi

sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak dapat berfungsi sama sekali”. Disamping itu, adapun dana-dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2009 : 46) :

1. Dana Pihak Kesatu (Dana dari modal bank sendiri) 2. Dana Pihak Kedua (Dana pinjaman dari pihak luar) 3. Dana Pihak Ketiga (Dana dari masyarakat)

Adapun penjelasan mengenai sumber - sumber dana bank secara lebih rinci, yaitu sebagai berikut :

1. Dana pihak kesatu (dana dari modal bank sendiri)

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika mislanya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka). Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut:

a. Modal disetor, adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan. Pada umunya, sebagai dari setoran pertama modal pemilik bank (pemegang

saham) dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik minat masyarakat.

b. Agio saham, adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

c. Cadangan-cadangan, adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.

d. Laba ditahan, adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank.

2. Dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar)

Dana dari pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yaitu terdiri atas dana-dana sebagai berikut:

a. Call Money, adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh bank, jangka waktu call money biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan, dan bahkan hanya beberapa hari saja.

b. Pinjaman biasa antar bank, adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama. Pinjaman ini umumnya terjadi jika antar bank peminjam dan bank memberikan pinjaman kerja sama dalam bantuan keuangan dengan persyartan-persyaratan tertentu yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang dengan tingkat bunga relatif lebih lunak.

c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), pinjaman dari LKBB lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit. Pinjaman dari Bank Sentral (BI), adalah pinjaman yang diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit investasi pada sektor-sektor ekonomi harus ditunjang sesuai dengan petunjuk pemerintah.

3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)

Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan

menyelesaikan permasalahan-permasalahan keuangan dengan sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank. Untuk itu, bank selalu berusaha memberikan pelayanan (service) yang memuaskan masyarakat.

Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagi berikut :

a. Giro, adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

b. Deposito atau simpanan berjangka, adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

c. Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Semua bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jeniis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia).

Selain tiga macam bentuk dana dari pihak ketiga tersebut, masih terdapat beberapa macam dana dari pihak ketiga yang diterima bank. Akan tetapi, dana-dana ini sebagian besar bersifat sementara, seperti

uang titipan, transfer, setoran jaminan Letter of Credit (dalam maupun luar negeri).

2.1.5 Resiko Kredit

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2009 : 82).

Secara umum diartikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya. Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau default debitur yang tidak dapat diperkirakan.

Menurut Ktut Silvanita (2009 : 28), Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan/atau pinjaman pokoknya, dan tidak membayar pinjaman sama sekali. Risiko kredit sering direfleksikan dengan Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali

kewajibannya. Dendawijaya (2009 : 82) menyatakan bahwa, implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa sebagai berikut:

1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.

3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio).

4) Menurunnya tingkat kesehatan bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perhitungan

Non Performing Loan adalah sebagai berikut: NPL = Kredit Macet x 100%

Total Kredit

Perhitungan NPL terdiri dari :

1. NPL= Non performing loan , rasio risiko kredit 2. KM = Kredit macet ( Kredit yang tidak dapat ditagih) 3. TK = Total Kredit

Dokumen terkait