• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Tinjauan Umum Tentang Badan Pertimbangan

Badan Pertimbangan Kepegawaian yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 71 tahun 1998 adalah suatu Badan yang berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Badan Pertimbangan Kepegawaian merupakan badan khusus Adhoc yang bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Badan Pertimbangan Kepegawaian ini terdiri dari Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) sebagai Ketua merangkap Anggota, Kepala Badan Administrasi Negara selaku Sekretaris merangkap Anggota, Mensesneg, Jaksa Agung, Kepala Badan Intelijen Negara, Dirjend Hukum dan HAM, dan Ketua Pengurus Korpri. Untuk mendukung

kelancaran tugas Badan Pertimbangan Kepegawaian tersebut dibentuk Sekretariat Badan Pertimbangan Kepegawaian.

Banding Administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian hanya dibatasi terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat. Sedangkan untuk jenis hukuman lainnya kecuali hukuman ringan, upaya Banding Administratif diajukan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

Banding Administratif tersebut diajukan secara tertulis melalui saluran hirarki. Setiap pejabat yang menerima surat Banding Administratif tersebut, wajib menyampaikannya kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam jangka waktu tiga hari sejak menerima surat tersebut. Namun untuk hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden tidak dapat diajukan Banding Administratif. Atasan yang berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan Kepegawaian yang menerima surat Banding Administratif wajib mengambil keputusan dalam jangka waktu satu bulan. Apabila dipandang perlu, maka atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat memanggil dan mendengar keterangan pejabat yang berwenang menghukum yang bersangkutan dan atau orang lain yang dianggap perlu. Atasan pejabat yang berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan Kepegawaian dapat menguatkan atau merubah hukuman disiplin tersebut melalui surat keputusan. Apabila PNS yang bersangkutan merasa tidak puas atas keputusan tersebut dapat mengajukan gugatan kepada Peradilan Tata Usaha Negara ( Wiyono, R.-2005).

4. Tinjauan Umum Tentang Banding Administrasi

That appeal systems will improve their cost benefit ratio if they focus on error correction, in particular on errors that have a big effect on outcome and that are easily detectable. Using the appeal system for law making is not only a matter of freeing up resources, but also requires that

appeal courts organize their work in such a manner that it generates more useful precedents (information that enables large numbers of future users of the court system to save costs in their dispute). (Terjemahan bebas:

bahwa sistem banding akan meningkatkan rasio biaya manfaat mereka jika

mereka fokus padakoreksi kesalahan, khususnya pada kesalahanyang memiliki

dampak besar padahasil danyang mudahterdeteksi. Menggunakan sistemtarik

untuk membuat hukum tidakhanya masalah membebaskan sumber daya, tetapi

juga mensyaratkan bahwa pengadilan banding mengatur pekerjaan mereka

sedemikianrupasehinggamenghasilkanpresedenlebih berguna(informasiyang

memungkinkan sejumlah besar pengguna masa depan sistem pengadilan untuk

menghemat biaya dalam perselisihan mereka). (Appeal Procedures:

Evaluation and Reform, Maurits Barendrecht, Korine Bolt, Machteld W. De Hoon, November 2006 Tilburg Law & Economics Center Discussion

Paper No.2006-03)

(http://www.google.co.id/search?client=firefoxa&rls=org.mozilla%3AenU S%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=Tilburg+Law+%26+Eco nomics+Center+Discussion+Paper+No.+2006031+&meta=&btnG=Penelu suran+Google).

Menurut Penjelasan Pasal 48 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, upaya administratif adalah merupakan prosedur yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara yang dilaksanakan di lingkungan pemerintah sendiri (bukan oleh badan peradilan yang bebas), yang terdiri dari :

1. Prosedur keberatan;

2. Prosedur banding administratif;

Berdasarkan rumusan penjelasan pasal 48 tersebut maka upaya administratif merupakan sarana perlindungan hukum bagi warga masyarakat (orang perorangan/badan hukum perdata) yang terkena Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking) yang merugikannya melalui

Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dilingkungan pemerintah itu sendiri sebelum diajukan ke badan peradilan.

Upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian PNS yang mengajukan Banding Administratif maka gajinya tetap dibayarkan sepanjang yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas. Penentuan dapat atau tidaknya PNS melak-sanakan tugas sebagaimana dimaksud, menjadi kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan kerja. PNS yang tidak mengajukan Banding Administratif maka gajinya dihentikan Terhitung mulai tanggal bulan berikutnya sejak hari ke 15 (lima belas) keputusan hukuman disiplin diterima.

Hukuman disiplin yang dapat diajukan banding administratif adalah jenis hukuman disiplin berat, yang berupa:

1. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

2. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Banding administrasi yang dilakukan intsansi atasan adalah yang secara hierarkis kedudukannya berada diatas instansi yang mengeluarkan KTUN ( Internal Control), hal ini ditinjau dari segi struktur organisasi pemerintah atau pejabat atasan dalam lingkungan departemen. Sedangkan Instansi lain adalah instansi yang berada diluar organisasi (External Control), misalnya dilakukan badan quasi yudisial dalam organisasi atau diluar organisasi misalnya BAPEK (Philipus M Hadjon, et.all., -2008).

Pada Banding Administrasi dilakukan pemeriksaan ulang yaitu penilaian secara lengkap baik dari segi penerapan hukum maupun dari segi kebijaksanaan oleh instansi yang memutus. Dalam Banding Administrasi bukanlah menitikberatkan pada ketidaksempurnaan segi formalitas tetapi lebih mempersoalkan isi/materi yang bersangkutan Banding administratif :

1. Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh PPK

commit to user

2. Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh Gubernur

Hukuman disiplin yang tidak dapat diajukan upaya administratif adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:

1. Presiden, Pasal 7 ayat (4) huruf b, c, dan e

2. PPK, Pasal 7 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf a, b, c 3. Gubernur, Pasal 7 ayat (4) huruf b dan c

4. Kepala Perwakilan RI di luar negeri, Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan c

5. Pejabat yang berwenang menghukum, Pasal 7 ayat (2) UU NO. 43 / 1999

(1) Sengketa kepegawaian diselesaikan melalui PeradilanTUN (2) Sengketa Kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap

peraturan disiplin PNS diselesaikan melalui BAPEK. Penjelasan : PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa Pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri dan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dapat mengajukan banding administrasi ke BAPEK.

5. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian

Bahwa setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 yang diperbaharui dengan Peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil, maka melalui keputusan Presiden yang kemudian dirubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2011 di pandang perlu untuk membentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian, di mana Badan Pertimbangan kepegawaian Ini berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Badan Pertimbangan Kepegawaian yang di atur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 adalah suatu Badan yang berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Tugas pokok dari BAPEK adalah :

a. Memberikan Pertimbangan Kepada Presiden atas usul penjatuhan hukuman disiplin berupa pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS, bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan Pejabat lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya oleh Presiden;

b. Memeriksa dan mengambil keputusan atas banding administratif dari PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan/atau Gubernur selaku wakil Pemerintah.

Susunan organisasi BAPEK terdiri dari : a. BAPEK terdiri atas:

1) Seorang ketua merangkap anggota;

2) Seorang sekretaris merangkap anggota; dan 3) 5 (lima) orang anggota.

b. Susunan keanggotaan BAPEK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

1) Menteri selaku ketua merangkap anggota;

2) Kepala Badan Kepegawaian Negara selaku sekretaris merangkap anggota;

3) Sekretaris Kabinet merangkap anggota;

4) Kepala Badan Intelijen Negara selaku Anggota;

5) Jaksa Agung muda yang membidangi urusan keperdataan dan tata usaha negara, kejaksaan Agung selaku anggota; 6) Direktur Jenderal yang membidangi urusan peraturan

perundang-undangan, Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang hukum dan hak asasi manusia selaku anggota; dan

7) Ketua dewan Pengurus Nasional Korps Pegawai Republik Indonesia selaku anggota.

Dalam mengambil keputusan, BAPEK mempelajari dan mempertimbangkan dengan seksama tentang :

a. Laporan dan berita acara pemeriksaan tentang pelanggaran disiplin yang bersangkutan

b. Keberatan yang diajukan oleh PNS yang bersangkutan

c. Tanggapan yang diberikan oleh pejabat yang menjatuhkan hukuman disiplin

d. Bahan-bahan lain yang bersangkutan

Apabila dipandang perlu, BAPEK dapat meminta bahan atau keterangan tambahan dari PNS yang mengajukan keberatan, pejabat yang menjatuhkan hukuman disiplin dan atau pejabat lain. BAPEK dalam mengambil keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat bulat. Apabila kepu tusan secara musyawarah tidak tercapai, maka kepu tusan diambil dengan suara terbanyak dalam sidang BAPEK yang dihadiri oleh Ketua, Skretaris, dan sekurang-kurangnya seorang anggota.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran HAN FUNGSI BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN TUGAS BANDING ADMINISTRASI

Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 20011 Tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian

Keterangan :

Hukum Administrasi Negara mempunyai kekuasaan untuk mewajibkan semua pihak mengimplementasikan prinsip pemerintahan yang baik pada aktivitas administrasi negara sehari-hari, memberikan sanksi dan memberikan kriteria-kriteria yang berkaitan dengan implementasi pemerintahan yang baik bagi pejabat dan petugas administrasi negara. Pemerintahan yang baik di dalam HAN sudah merupakan hak asasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang prima dari pemerintah. Didalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, didalam nya terdapat unsur dimana PNS ditempatkan sebagai abdi atau aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. BAPEK muncul sebagai lembaga bandig administrasi yang mempunyai fungsi sebagai peradilan, pertimbangan dan pengawasan administratif,sehingga kecenderungan terjadinya pelaggaran disiplin oleh PNS dapat ditekan, dengan adanya Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 20011 Tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian. Dapat menyelesaikan sengketa kepegawain. Sengketa kepegawaian terjadi karena akibat pelanggaran peraturan disiplin pegawai negeri sipil diselesaikan melalui upaya banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian

32 BAB. III PEMBAHASAN

Konflik di antara Pegawai Negeri Sipil yang di sebabkan oleh salah satu PNS melakukan pelanggaran disiplin kerapkali diselesaikan dengan cara pemberhentian (Termination) PNS yang bersangkutan. Penyelesaian dengan cara pemberhentian ini menimbulkan kerugian atas hak- hak kepegawaian PNS yang bersangkutan. Dalam hal ini timbul pertanyaan institusi mana yang mempunyai wewenang menyelesaikan konflik atau sengketa kepegawaian.

Sengketa kepegawaian tentunya dapat di selesaikan melalui peradilan kepegawaian sebagaimana ditentukan dalam pasal 35 undang- undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok- pokok kepegawaian. Dalam pasal 35 undang- undang ini ditentukan:

untuk itu sebagai bagian dari peradilan Tata Usaha Negara yang dimaksud dalam Undang- undang nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan- ketentuan pokok

Peradilan kepegawaian adalah seretetan prosedur administratif yag ditempuh oleh Pegawai negeri, apabia ia merasa tidak puas dan keberatan atas sesuatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan berupa keputusan yang dilakukan atasannya (pejabat yang berwenang), yang merugikan kepentingannya. Sehubungan dengan pengertian tersebut, selama ini sengketa kepegawaian tidak ditangani oleh suatu peradilan tertentu, namun diselesaikan melalui suatu proses yang mirip dengan proses peradilan yang dilakukan oleh suatu tim atau oleh seorang pejabat (peradilan semu).

Penjelasan undang- undang nomor 5 tahun 1986 memberi contoh sebagai

sekarang di sebut Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, Badan Pertimbangan Kepegawaian dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat.

Badan Pertimbangan Kepegawaian atau biasa disebut BAPEK merupakan badan khusus Adhoc yang bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Badan Pertimbangan Kepegawaian ini terdiri dari Menteri yang

commit to user

bertanggung jawab dalam bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) sebagai Ketua merangkap Anggota, Kepala Badan Kepegawaian Negara selaku Sekretaris merangkap Anggota, Mensesneg, Jaksa Agung, Kepala Badan Intelijen Negara, Dirjend Hukum dan HAM, dan Ketua Pengurus Korpri. Untuk mendukung kelancaran tugas Badan Pertimbangan Kepegawaian tersebut dibentuk Sekretariat Badan Pertimbangan Kepegawaian.

Banding Administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian hanya dibatasi terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat. Sedangkan untuk jenis hukuman lainnya kecuali hukuman ringan, upaya Banding Administratif diajukan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

Banding Administratif tersebut diajukan secara tertulis melalui saluran hirarki. Setiap pejabat yang menerima surat Banding Administratif tersebut, wajib menyampaikannya kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum atau Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam jangka waktu tiga hari sejak menerima surat tersebut. Namun untuk hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden tidak dapat diajukan Banding Administratif.

1. Fungsi dan Tugas Badan Pertimbangan Kepegawaian Sebagai Banding Administrasi

a. Fungsi Badan Pertimbangan Kepegawaian

Dalam Ensiklopedia Manajemen, Fungsi (function) antara lain di artikan sebagai kegunaan pekerjaan atau jabatan yang dilaksanakan, kegiatan suatu organ atau organisme, tindakan atau perilaku, tujuan atau hasil akhir dari suatu organ atau kategori bagi aktivitas- aktivitas.(komaruddin-2004,328).

Pada umumnya fungsi merupakan peran yang menggambarkan jabatan dari tugas pokok suatu unit kerja atau perusahaan yang selanjutnya diperjelas dengan langkah- langkah kegiatan. Sedangkan fungsi dalam manajemen dirumuskan sebagai sesuatu yang harus dijalankan guna memenuhi maksud dan tujuan orgsanisasi.

Beranjak dari pengertian fungsi itu, maka fungsi BAPEK adalah peran yang harus dilaksanakan dengan pedoman pada tugas pokok guna memenuhi maksud dan tujuan BAPEK. Dengan ini BAPEK mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi peradilan, fungsi pertimbangan dan fungsi pengawasan administratif.

a) Fungsi Peradilan

Sesuai dengan filosofi terbetuknya BAPEK yaitu memberikan perlindungan kepada PNS dan melakukan pengawasan administratif terhadap Departemen/Instansi, maka fungsi peradilan BAPEK diarahkan untuk menciptakan dan menegakkan asas kerukunan dalam hubungan antara pemerintah dengan PNS. Asas kerukunan tersebut tercermin dalam cara pengambilan keputusan yaitu musyawarah dan mufakat bulat yang harus mendapat perhatian utama dari BAPEK.

Kehadiran BAPEK dengan fungsi peradilannya ini hampir serupa dengan badan/majelis yang melaksanakan upaya administratif sebagai salah satu sarana upaya perlindungan hukum di negara lain, antara lain di Inggris dengan Administrative Tribunals dan di Belanda dengan Peradilan Administrasi Khusus. Dengan demikian berarti bahwa BAPEK sebagai suatu Badan/Majelis yang melakukan fungsi peradilan dalam upaya perlindungan hukum, merupakan hal yang tidak asing dalam sistem peradilan administrasi yang sedang berkembang.

Sedangkan dalam dunia industri United State of America hierarchical models yakni peer, quasi judicial dan modiefied hierarchical system. Peer system terdiri dari seorang juri yang berwenang mengevaluasi dan menghukum karyawan. Dalam quasi judicial, terdapat seorang arbitrator yag independen atau penyidik pemerintah (ombudsman) bertugas menyelesaikan/memutus suatu perselisihan antara karyawan dengan manajer. Sedangkan dalam modiefied hierarchical system ini juga dikenal dalam peraturan kepegawaian di Indonesia.

Kedudukan dan fungsi BAPEK dalam sistem Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia sebagai sarana perlindungan hukum bagi PNS akan semakin mendapat pengakuan apabila jaminan keadilan dan kebenaran dapat diperoleh sebagaimana halnya pada peradilan TUN murni. Hal ini sangat dimungkinkan sebagaimana dinyatakan syachran basah dalam bukunya (1995-147) yaitu:

yang ditempuh lewat prosedur keberatan itu dilakukan penilaian lengkap, bagi dari segi penerapan hukum maupun dari segi kebijaksanaan oleh instansi yang memutus. Atau ada penilaian secara doelmatgheid dan rechtmatigheid atas keputusan administrasi b) Fungsi Pertimbangan

BAPEK dibentuk untuk memberikan perlindungan kepada PNS yang mengajukan keberatan atas putusan hukuman disiplin pemberhentian karena dituduh telah melakukan pelanggaran disiplin yaitu setiap ucapan, tulisan dan perbuatan yang melanggar peraturan disiplin PNS baik dilakukan didalam maupun diluar jam kerja/kedinasan. Peraturan disiplin PNS yang diatur dalam PP nomor 53 tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil memuat kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau arangan dilanggar oleh PNS.

Menurut william B. Werther dan Keith Davis (2003-48), terdapat dua tipe disiplin. Pertama, prepentive disciplne adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memberikan semangat/motivasi kepada karyawan untuk mentaati aturan- aturan yang telah di tetapkan sehingga pelanggaran disiplin dapat di cegah. Kedua, correctice discipline adalah tindakan yang diambil sebagai akibat terjadinya pelanggaran.

Selanjutnya kewajiban PNS terdiri atas 26 butir dan larangan sebanya 16 butir. Kewajiban dan larangan tersebut hampir mencakup seluruh aspek kehidupan PNS berupa ucapan, tulisan, tingkah laku, sikap atau tindakan PNS baik sebagai aparatur negara maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan sanksi/ hukuman disiplin terdiri atas 3 tingkat yaitu hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang dan hukuman

disiplin berat. Jenis hukuman disiplin terdapat 10 butir namun yang dapat diajukan keberatan kepada BAPEK hanya dua jenis hukuman disiplin berat yaitu pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan pejabat lain yang pengankatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Presiden.

Jumlah jenis hukuman disiplin yag diatur dalam PP nomor 53 tahun 2010 cukup banyak bila dibandingkan dengan jenis sanksi yang berlaku pada perusahaan industri di USA yang hanya lima jenis disebut deng A Progresivve discipline system verbal reprimend by supervisor (teguran lisan), written reprimend with a record in personnal file (teguran tertulis), one-to three day suspension from work (penghentian pembayaran gaji antara 1-3 hari), suspension for one week or longer (penghentian pembayaran gaji untuk seminggu atau lebih), dan discharge for cause (pemberhentian) (William B. Wether dan Keith Davis, 2003-98). Dalam peraturan disiplin PNS tidak diatur mengenai karateristik suatu pelanggaran disiplin dengan ancaman hukuman disiplin jenis tertentu, sehingga sering kali dijumpai Pejabat TUN mengalami kesulitan untuk menentukan hukuman disiplin (discipline punishment) yang akan dikenakan terhadap PNS yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin. Ada kalanya penjatuhan hukuman disiplin tidak melalui prosedur pemeriksaan yang berlaku, atau hukuman disiplin yang dikenakan terhadap seorang PNS tidak memenuhi asas keseimbangan dan asas keadilan.

Fungsi pertimbangan BAPEK dapat dibagi menjadi dua yakni, pertama, dalam hal keberatan PNS, BAPEK mempelajari dan mempertimbangkan dengan seksama laporan dan berita acara pemeriksaan tentang pelanggaran disiplin yang bersangkutan, keberatan yag diajukan oleh PNS yang bersangkutan, tanggapan yang diberikan oleh pejabat yang menjatuhkan hukuman disiplin, serta bahan- bahan lain yang bersangkutan.

Kedua yaitu, memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin pemberhentian bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan pejabat lain yang pengankatan dan pemberhentiannya oleh Presiden. Dibadingkan dengan fungsi pertimbangan dalam hal keberatan PNS, memberikan pertimbangan kepada Presiden itu jumlahnya relatif lebih sedikit, namun demikian perlu dipertahankan guna mendukung tugas Presiden dalam penegakkan disiplin PNS.

c) Fungsi Pengawasan Administrasi

Untuk menjamin kelancaran pelaksana tugas, BAPEK melaksanakan fungsi pengawasan administratif tertinggi khususnya dalam menyelesaikan keberatan atas putusan hukuman disiplin pemberhentian. Demikian pula, dalam hal memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin pemberhentian, BAPEK memiliki fungsi pengawasan administratif kepada Departemen/Instansi atau pejabat TUN yang terkait.

Pengawasan administratif (administrative control) ini bersifat intern di Lingkungan lembaga eksekutif. Menurut Prajudi Atmosudirdjo (1995-189), pengawasan administratif itu dapat berupa : pertama, pengawasan disiplin (ambtenaarstucht); kedua, pemberian intruksi dan perintah- perintah yang wajib dilaksanakan, ketiga, pengamatan oleh atasan yang bertindak sebagai korektor bilamana ada pengaduan atau administratif beroep (administrative appeal).

Penulis berpendapat, BAPEK melaksanakan fungsi pengawasan administratif yang kedua dan yang ketiga sebagaimana telah dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo itu.

Susunan anggota BAPEK yang terdiri dari berbagai unsur instansional itu, dimaksudkan agar pengawasan administratif yang dilakukannya benar-benar valid dan tidak terjadi pertimbangan yang berat sebelah, demikian pula untuk menghindari kecenderungan keberpihakkan kepada Departemen/Instansi yang bersangkutan. Dalam pengambilan

keputusan, para pejabat kerapkali berada dalam kondisi kontradiksi antara pertimbangan pragmatis dan pertimbangan legalitas.

Para pejabat harus bisa menyeimbangkan antara preferensi pribadi, kelancaran pelaksanaan tugas, serta peraturan yang berlaku dalam lingkungan instansinya. Keputusan- keputusan yang dibuat diharapkan merupakan kompromi antara preferensi individu dan preferensi umum yang seluruhnya harus menggunakan landasan etika yang benar.

Dalam suatu pembuatan keputusan, seorang pejabat selain mempunyai keleluasan (disretion) juga sekaligus menghadapi kendala atau batasan (constraint). Keterbatasan kapasitas pembuat keputusan ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan mental manusia (cognitive limit on rationality) dalam mempersepsi dan memproses informasi yang diperlukan dalam pembuatan keputusan. (Azhar Kasim,2005-97)

Fungsi pengawasan administratif BAPEK ini bila ditinjau dari segi kontrol a posteriori

keputusan. Pengawasan ini dititikberatkan pada tujuan yang bersifat korektif dan memulihkan suatu tindakan yang keliru. Sedangkan bila

Dokumen terkait