• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Tinjauan Umum Tentang Fasilitas Umum dan JPO

Fasilitas umum adalah barang yang dikuasi negara, dibiayai sebagaian atau seluruhnya oleh anggaran dan belanja negara yang pemakaiannya atau peruntukannya oleh pemerintah atau negara (bestemming atau bestimmung) bagi umum. (Hukum Administrasi Negara).64

Fasilitas atau kepentingan umum dapat dikatakan untuk keperluan, kebutuhan, atau kepentingan orang banyak, dan tujuannya yang luas. Fasilitas/kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis, dan hankamnas atas asas-asas pembangunan nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan nusantara.65

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19 Tahun 2011 Pasal 25 paragraf 3 mengenai bangunan pelengkap jalan sebagai fasilitas lalu lintas dan Pasal 26 mengenai Jembatan Penyebrangan Orang,

63 Ibid, hlm.120

64 Chery Dia Putra.2011. Aplikasi Local Directory Fasilitas Umum, Skripsi, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

65 John Salindeho, 1988, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 40

JPO adalah fasilitas umum yang sangat dibutuhkan sebagai penunjang laju manusia dan barang untuk memenuhi keselamatan pejalan kaki.

2. Jembatan Penyebrangan Orang (JPO)

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang letaknya bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada di atas kedua objek tersebut, dan hanya diperuntukkan untuk pejalan kaki yang melintas (menyeberang) jalan raya atau jalur kereta api. Jembatan Penyeberangan Orang juga dapat diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, menyeberang jalan tol atau jalur kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju pemberhentian bus, seperti busway Transajakarta di Indonesia. Karena posisinya yang lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, di dekat tangga jembatan terdapat ramp dengan kelandaian tertentu. 66

Pasal 1 angka 12 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Jalan, memberikan definisi mengenai Jalan yaitu seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

66 Novita Rosyida Hilmi, 2012, Rancangan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment, Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, dan jalan kabel.67

Adapun definisi Jembatan secara umum adalah suatu Konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic lewat atas suatu penghalang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya . Penjelasan Pasal 86 ayat (3) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “jembatan” adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah.

Jembatan Penyebrangan Orang sendiri jelas diatur pada Pasal 25 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 2011. Jembatan Penyebrangan Orang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25 paragraf 3 huruf a merupakan bangunan jembatan yang diperuntuhkan untuk menyebrang pejalan kaki dari satu sisi jalan ke sisi jalan yang lainnya. Jembatan penyeberangan mempunyai fungsi besar sebagai sarana perpindahan moda transportasi pejalan kaki yang akan menyeberang, disini peranan jembatan penyeberangan sangat penting bagi penyeberang disekitar daerah yang rawan kecelakaan lalu-lintas (fast moving).Oleh karena itu jika sarana Zebra cross sudah tidak dapat mengatasi, peranan jembatan penyeberangan dapat menggantikannya sebagai alternatife keselamatan dalam menghindari kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan jalan.

Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), setiap penyelenggara jalan Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota wajib melaksanakan amanah menyediakan fasilitas untuk pejalan kaki sesuai Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) yang berlaku.68

- Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan pemerintah daerah.

- Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

- Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah.

- Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Demi memenuhi Jembatan Penyeberangan yang berkriteria kuat, aman, nyaman, indah dan awet. Sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pasal 9 dan Pasal 11.

Pasal 9 Yang berbunyi :

(1) Menteri/kepala lembaga Pemerintah Non departemen menetapkan Norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan umum wajib dan urusan pilihan.

Pasal 11 yang berbunyi :

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakasanakan urusan pemerintah wajib dan pilihan berpedoman kepada No.rma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

3. Reklame.

Berbagai penulis telah berusaha untuk menjelaskan pengertian reklame. Tetapi hakekat reklame adalah demikian kompleks dan bidang yang dipengaruhinya demikian luas dan jumlah aktivitas yang dicakupnya demikian banyak sehingga sampai sekarang belum dicapai definisi yang memuaskan secara utuh. Namun demikian, di dalam kamus besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa reklame adalah pemberitahuan kepada umum tentang barang dagangan supaya laku. Sedangkan pengertian reklame berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaran Reklame Bab 1 Pasal 1 ayat 14 adalah.69

“Reklame adalah benda, merek dagang, lambang, alat perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan/atau corak ragamnya untuk tujuan komersil atau Non-komersil dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, menciptakan citra atau memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, seseorang atau badan yang diselenggarakan/ ditempatkan atau dapat dillihat, dibaca dan/atau di dengar dari suatu tempat oleh umumkecuali yang dilakukan oleh pemerintah”.

Menurut W.H van Baarle dan F.E Hollander dalam buku mereka yang berjudul “Reclamekunde” reklame merupakan suatu kekuatan yang menarik yang ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar supaya dengan demikian dapat

69 Peraturan Daerah Proviinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 Tentang penyelenggaran Reklame, Bab 1, Pasal 1, ayat 14.

dipengaruhi penjuala barang-barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan.70

A. Fungsi Reklame

Reklame mempunyai fungsi, yaitu aktivitas total yang menyebabkan dicapainya barang-barang dan jasa-jasa oleh para konsumen dari para produsen yang dapat dinyatakan sebagai distribusi maka reklame merupakan bagian darinya. Hal tersebut perlu ditekankan oleh karena kalangan tertentu mengaitkan misi kulturil dengan istilah reklame. memang perlu diakui bahwa ada segi kultural pada segala sesuatu yang mempunyai bentuk dan bertujuan untuk dijangkau oleh telinga dan mata manusia. Selain itu menurut mataja, tugas reklame berkaitan dengan bidang perniagaan, yaitu penjualan.71

Fungsi Reklame menurut Winardi antara Lain: 72

a. Membantu memberikan penerangan kepada pihak konsumen. b. Membantu memperbesar produksi hingga meratakan jalan untuk

produksi massa.

c. Memperbesar kecepatan perputaran dalam bidang perniagaan eceran dan dengan demikian menurunkan biaya-biaya distribusi per kesatuan produk.

d. Menstimulasikan produsen untuk mempertahankan kualitas artikel-artikelnya.

70 Winardi, 1992, Promosi dan Reklame, Bandar Maju, Bandung, hlm.1 71 Ibid

B. Jenis-jenis Reklame menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 bab II Pasal 4 meliputi :73

1. Reklame Papan / Billboard;

2. Reklame megatron, Videotron, Large Electronic Display (LED); 3. Reklame kain; 4. Reklame kain(stiker); 5. Reklame selembaran; 6. Reklame berjalan/kendaraan; 7. Reklame udara; 8. Reklame suara; 9. Reklame film; 10. Reklame peragaan; 11. Reklame Apung; 12. Reklame Grafiti; dan

13. Jenis Reklame lainnya sesuai perkembangan teknologi periklanan luar ruang dalam industri periklanan luar ruang.

Sebagai contoh pemasangan iklan/Reklame media luar ruang seperti billboard yang ada pada JPO di Pasar Minggu Jakarta Selatan. Yang perlu ditaati dalam pemasangan billboard secara teknis adalah :

Pemasangan Reklame Billboard yang di wajibakan:

1. Perletakan reklame di DKI Jakarta harus memperhatikan etika, estetika, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan rencana kota.74

2. Pola penyebaran perletakan reklame di dasarkan pada kawasan (zoning).75

3. Setiap penyelenggara reklame papan/billboard harus memperhatikan rancangan bangunan yang meliputi ukuran (dimensi), konstruksi, dan penyajian.76

4. Penyelenggaraan reklame harus menyususn naskah reklame dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan menggunakan huruf latin.77

73 Peraturan Daerah Proviinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 Tentang penyelenggaran Reklame, Bab II, Pasal 4.

74 Pasal 5 ayat (1) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 75 Pasal 5 ayat (2) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 76 Pasal 6 ayat (1) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 77 Pasal 10 ayat(1) PerdaDKI Jkarta Nomor 9 Tahun 2014

5. Papan nama, papan petunjuk, kain rentang dan naskah reklamme dapat memakai Bahasa asing yang harus ditulis, dibagian bawah Bahasa Indonesia, dengan huruf latin kecil.78

6. Penyelenggaran reklame wajib menempelkan penning atau tanda lain pada reklame sesuai dengan yang ditetapkan Gubernur.79

7. Penyelenggara reklame wajib mencantumkan nama

biro/penyelengara reklame dan masa berlaku izin penyelenggara reklame yang dapat dibaca dengan mudah dan jelas.80

8. Penyelenggara rekalme dilakukan pengndalian berdasarkan aspek tata ruang, lingkungan hidup, estetika kota dan kelalaian kontruksi. Pemasangan reklame billboard yang Dilarang atau hal-hal yang tidak bisa dilakukan :

1. Menyelenggarakan reklame bersifat komersial pada:81

a. Gedung dan atau halaman kantor pemerintah Pusat/Daerah.

b. gedung dan atau halaman tempat-tempat ibadah.

c. atau tempat-tempat lain yang ditetapkan dengan keputusan gubernur.

2. Menyelenggarakan reklame perletakannya tidak sesuai dengan gambar Tata Letak Bangunan Reklame.82

3. Menyelenggaran reklame tidak sesuai dengan rekomendasi konstruksi.83

4. Menyelenggarakan papan/ billboard/ Megatron/ Videotron/ Large Electronic Display (LED) diluar kawasan yang telah ditetapkan oleh Gubernur .84

5. Menyelengarakan reklame rokok dan produk tembakau pada kawasan tertentu.85

78 Pasal 10 ayat(2) PerdaDKI Jkarta Nomor 9 Tahun 2014 79 Pasal 11 huruf a Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014 80 Pasal 30 ayat (1) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014.

81 Pasal 12 ayat (1) huruf a Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014. 82 Pasal 12 ayat (2) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014.

83 Pasal 32 ayat (1) huruf f Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014. 84 Pasal 32 ayat (1) huruf f Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014. 85 Pasal 12 ayat (4) Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2014.