BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Islam
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Islam 1. Pengertian Syari’ah
Secara lughawy (etimologi) syariat berarti jalan ke tempat pengairan atau jalan yang sesungguhnya harus diturut. Syariat juga berarti tempat yang akan dilalui untuk mengambil air di sungai.6
Hukum syara’ menurut ulama ushul adalah kitab-kitab syari’ atau doktrin yang bersangkutan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf yang diperintahkan berupa ketetapan (taqrir).
Pakar hukum Islam mendefinisikan bahwa syari’ah adalah segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia diluar yang mengenai akhlak. Karena syari’ah merupakan penyebab kehidupan manusia, maka syari’ah itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah manusia dan alam lainnya.7
Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan. Menurut Muhammad ‘Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian syari’ah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi
6 Koto Alaiddin, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004) hal. 38
7 Supardin, Materi Hukum Islam (Samata-Gowa: Alauddin University Press, 2011), hal. 18
bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan). Syari’ah disebut juga syara’, millah dan diin.8
Kata syariat terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam al-Maidah/5: 48, dan al-Syura/42:13 yang pada prinsipnya mengandung arti “jalan yang jelas membawa kepada kemenangan”. Adapun dari segi kesamaan antara syariat Islam dengan “jalan air” (seperti dalam pengungkapan lughawy diatas) terletak pada bahwa siapa yang mengikuti syariatjiwanya akan mengalir dan bersih. Allah menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, sebagaimana ia menjadikan syariat bagi penyebab kehidupan manusia.
Syariat diartikan juga sebagai hukum-hukum atau segala aturan yang ditetapkan Allah buat hamba-Nya untuk ditaati, baik berkaitan dengan hubungan mereka dengan Allah maupun hubungan antara sesama merekasendiri. Dengan pengertian semacam ini, syariat diartikan ‘agama’ sebagaimana disinggung dalam Qs. al-Syura/42:13.
*
tíuŸ°
Νä3s9
zÏiΒ
ÈÏe$!$#
$tΒ
4œ»uρ
ϵÎ/
%[nθçΡ
ü“Ï%©!$#uρ
!$uΖøŠym÷ρr&
y7ø‹s9Î)
$tΒuρ
$uΖøŠ¢¹uρ
ÿϵÎ/
tΛÏδ≡tö/Î)
4y›θãΒuρ
#|¤ŠÏãuρ
(
÷βr&
(#θãΚŠÏ%r&
tÏe$!$#
Ÿωuρ
(#θè%§x tGs?
ϵŠÏù
4
uã9x.
’n?tã
tÏ.Îô³ßϑø9$#
$tΒ
öΝèδθããô‰s?
ϵøŠs9Î)
4
ª!$#
ûÉ<tFøgs†
ϵø‹s9Î)
tΒ
â!$t±o„
ü“ωöκu‰uρ
ϵø‹s9Î)
tΒ
Ü=‹Ï⊥ãƒ
∩⊇⊂∪
Terjemahnya:“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik
8 http://www.sarjanaku.com/2011/08/pengertian-hukum-islam-syariat-islam.html (20 April 2018)
kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.9 [1340] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya. Namun kemudian, penggunaannya dikhususkan kepada hukum-hukum amaliyah. Pengkhususan ini dilakukan karena ‘agama’ (samawy) pada prinsipnya adalah satu, berlaku secara universal dan ajaran aqidahnyapun tidak berbeda dari rasul yang satu dengan lainnya, yaitu tauhid, sedangkan syariat hanya berlaku untuk masing-masing umat sebelumnya. Dengan demikian, syariat lebih khusus dari pengertian agama. Ia adalah hukum amaliyah yang menurut perbedaan rasul yang membawanya dan setiap yang datang kemudian mengoreksi dan atau
menasakhkan yang datang lebih dahulu.1 0
2. Pembagian Hukum Syari’ah
Para ulama ushul membagi hukum syar’I kepada dua bagian; hukum taklifi dan hukum wadh’i.
a. Hukum Taklifi
Yang dimaksud dengan hukum taklifi adalah hukum syar’i yang mengandung tuntutan (untuk dikerjakan atau ditinggalkan oleh para
mukallaf) atau yang mengandung pilihan antara yang dikerjakan dan
ditinggalkan.1 Para ulama sepakat membagi hukum taklifi menjadi 1
lima bagian yaitu : 1) Wajib
9
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI (Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2016)
1 Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam dalam Filsafat Hukum Islam 0
(Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana PTA/IAIN Depag, 1987) hal.9-10
1 Adb. Al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh ( Jakarta : Al-Majlis al-A’la al-Indonesia li 1
Wajib adalah segala perbuatan yang diberi pahala jika mengerjakannya dan diberi siksa (‘iqab) apabila meninggalkannya.
2) Haram
Haram adalah segala perbuatan yang dilarang mengerjakannya. Orang yang melakukannya akan disiksa, berdosa (‘iqab), dan yang meninggalkannya diberi pahala.
3) Mandub
Mandub adalah segala perbuatan yang dilakukan akan
mendapatkan pahala, tetapi bila tidak dilakukan tidak akan dikenakan siksa, dosa (‘iqab).
4) Makruh
Makruh adalah perbuatan yang apabila ditinggalkan, orang yang meninggalkannya akan mendapat pahala, tapi orang yang mengerjakannya tidak mendapat dosa (‘iqab).
5) Mubah
Mubah adalah segala perbuatan yang diberi kebebasan untuk memilihnya, melakukan atau tidak melakukan.
b. Hukum Wadh’i
Yang dimaksud dengan hukum wadh’i adalah titah Allah yang menjadikan sesuatu sebagai sebab bagi adanya sesuatu yang lain, atau sebagai syarat bagi sesuatu yang lain atau sebagai penghalang
(man’) bagi adanya sesuatu yang lain tersebut. Oleh karenanya,
ulama membagi hukum wadh’i ini kedalam lima bagian yaitu :1 2
1) Sebab
1 2
Sebab adalah sesuatu yang dijadikan oleh syar’i sebagai alasan bagi ada dan tidak adanya hukum. Adanya sesuatu menyebabkan adanya hukum dan tidak adanya sesuatu itu melazimkan tidak adanya hukum.
2) Syarat
Syarat adalah segala sesuatu yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan tidak adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum.
3) Mani’
Mani’ adalah segala sesuatu yang dengan adanya dapat
meniadakan hukum atau dapat membatalkan sebab hukum. 4) Sah dan Batal
Secara harfiah, sah berarti “lepas tanggungjawab” atau “gugur kewajiban di dunia serta memperoleh pahala dan ganjaran di akhirat”. Sedangkan batal dapat diartikan tidak melepaskan tanggungjawab, tidak menggugurkan kewajiban di dunia, dan di akhirat tidak memperoleh pahala.
5) Azimah dan Rukhshah
Azimah adalah peraturan-peraturan Allah yang asli dan terdiri atas
hukum-hukum yang berlaku umum. Sedangkan Rukhshah adalah peraturan-peraturan yang tidak dilaksanakan karena adanya hal-hal yang memberatkan dalam menjalankan azimah.
3. Pengertian Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam ditinjau dari produk pemikiran hukum, meliputi :1 3
a. Produk Pemikiran Fikih
1 3
Produk pemikiran fikih adalah hasil dari produk hukum yang pertama dari materi formulasi hukum islam melalui kitab fikih. Kitab fikih yang dimaksud adalah buku yang membahas persoalan hukum Islam seperti ibadah, muamalah, pidana, peradilan, jihad, perang, dan lain-lain yang berdasarkan hasil ijtihad para ulama fikih dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis.
b. Produk pemikiran Fatwa Ulama
Menurut ulama ushul fikih, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh seseorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat.
c. Produk Pemikiran Yurisprudensi
Produk pemikiran yurisprudensi merupakan hasil pemikiran hukum dari keputusan pengadilan agama sehingga dijadikan sebagai hasil dari materi formulasi hukum islam yang kemudian melahirkan KHI (Kompilasi Hukum Islam).
d. Produk Pemikiran Undang-Undang
Lahirnya produk pemikiran undang-undang tidak dapat dipisahkan dengan hasil produk hukum lainnya.
e. Produk Pemikiran Teori Sosiologi Hukum
Hukum Islam di Indonesia merupakan materi hukum yang diformulasikan kedalam produk-produk pemikiran hukum, termasuk pemikiran teori sosiologi hukum. Sosiologi hukum dimasukkan sebagai salah satu produk pemikiran hukum karena ia menggunakan teori eksistensi yang telah mengakar dalam masyarakat Indonesia.
Hukum Islam adalah hukum yang diyakini memiliki keterkaitan dengan sumber dan ajaran Islam, yaitu hukum amali berupa interaksi sesama manusia, selain jinayat (pidana Islam). Dalam kamus Hukum Islam dijelaskan bahwa hukum Islam (Indonesia) atau hukum syara’ ialah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan al-Qur’an dan Hadis.
Hukum Islam di Indonesia merupakan hasil dari ijtihad ulama yang melahirkan kitab fikih yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis, sehingga dipedomani oleh para peneliti dan penulis tentang hukum Islam di Indonesia.
B. Tinjauan Umum Tentang Manipulasi Data Anak