• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Tinjauan Umum Tentang Hukum

1. Pengertian Hukum

Hukum adalah sebuah aturan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari.Hukum adalah aturan yang memayungi kita dari adanya penyalahgunaan terhadap kekuasan, alat yang bisa digunakan untuk menegakan atau mencari keadilan.Hukum adalah seperangkat kaidah atau ukuran yang tersusun dalam satu system,yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga masyarakat dalam kehidupan bermasyarakatnya, yang bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, yang diakui berlakunya oleh otoritas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benar-benar diberlakukan oleh warga masyarakat (sebagai satu keseluruhan) dalam kehidupannya, dan jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan

15

kewenangan bagi otoritas tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal.16

Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, Hukum adalah keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban dan keadilan yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna

mewujudkan berlakunya kaedah itu.17

2. Fungsi Hukum

Sama halnya dengan pembahasan akan tujuan hukum, pembahasan mengenai fungsi hukum juga beraneka ragam. Pada umumnya yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas, hukum berperan sedemikian rupa sehingga segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan teratur, sebab hukum menentukan dengan tegas hak dan kewajiban mereka masing-masing.

J.P Glastra Van Loon menyebutkan bahwa fungsi hukum yaitu: a. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup; b. Menyelesaikan pertikaian;

c. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan, jika perlu dengan kekerasan;

d. Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat;

16

Fadli Andi Natsif. Kejahatan HAM Perspektif Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Internasional(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 23.

17

Mochtar Kusumaatmaja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Binacipta)

e. Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara

merealisasi fungsi diatas18

Rudolf Von IheringDarji Darmo diharjo dan Sidhartamengatakan bahwa hukum mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. fungsi hukum sebagai sarana sosial control

b. fungsi hukum sebagai “a Tool of Social Engineering”

c. fungsi hukum sebagai symbol d. fungsi hukum sebagai alat politik

e. fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa f. fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial

g. fungsi hukum sebagai sarana pengintegrasian sosial.19

3. Tujuan Hukum

Tujuan Hukum pada hakekatnya tidak hanya sekedar melindungi kepentingan masyarakat akan tetapi mengabaikan kepentingan individu, atau sebaliknya yakni: tidak hanya mementingkan perlindungan terhadap individu akan tetapi mengabaikan kehidupan masyarakat. Tujuan hukum dititikberatkan kepada perlindungan terhadap kedua-duanya secara serasi, selaras dan seimbang. Apabila kondisi ini terwujud, maka masyarakat akan

menjadi aman, tenteram dan damai.20

18

Rahman Syamsuddin, Merajut Hukum Di Indonesia,Cet, I, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), h.2

19

Ashadie Zaeni, dan Arief rahman, Pengantar Ilmu Hukum, (Depok:PT Rajagrafindo Persada,2016), hal.124-131.

20

4. Pandangan Islam Tentang Hukum

Al-Qur‟an sebagai sumber dari segala sumber hukum yang menjadi ide dasar lahirnya hukum dan peraturan yang berhubungan dengan

kehidupan sosial kemasyarakatan.beberapa firman Allah dalam Al-Qur‟an

yang menyatakan bahwa Al-Qur‟an sumber utama bagi ketentuan hukum,

di atur dalam QS. An-Nisa ayat 105

يِّه نُكَمَلَخ ِٕزَّلٱ ُنُكَّبَس ْاُْمَّتٱ ُطاٌَّلٱ اََُِّٗأَٰٓ َٗ ا اشِ٘ثَك الٗاَجِس اَوٌُِِۡه َّثَبَّ اََِج َّۡص اٌَِِۡه َكَلَخَّ ٖةَذِح َّ ٖظۡفًَّ اءَٰٓاَغًَِّ اابِ٘لَس ۡنُكَۡ٘لَع َىاَك َ َّللَّٱ َّىِإ َماَح ۡسَ ۡلۡٱَّ ۦَِِب َىُْلَءَٰٓاَغَت ِٕزَّلٱ َ َّللَّٱ ْاُْمَّتٱَّ ١ Terjemahannya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan

membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang

yang khianat.21

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan sebuah

kitab yaitu Al-Qur‟an yang di dalamnya mengandung kebenaran (hukum)

untuk mengadili manusia yang melakukan kejahatan dan melarang manusia untuk menjadi pembela orang-orang yang berkhianat.Ayat-ayat

hukum yang terdapat dalam al-qur‟an terdiri dari ayat-ayat yang

memerintah, melarang, menganjurkan, dan memberikan pilihan untuk umat manusia.

21

Yayaasan Wakaf Al-Qur‟an Suara Hidayatullah, Al-qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: PT. Lentera Jaya Abadi,2011), h.96.

5. Pengertian Hukum Pidana

pidana materil mengatur syarat yang menimbulkan hak penuntutan atau menghapuskan hak itu, begitu pula hukumannya, dengan kata lain mengatur terhadap siapa, bilamana dan bagaimana hukuman harus dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formil mengatur cara menjalankan hak penuntutan; dengan kata lain menetapkan tata cara mengadili perkara pidana.22

6. Tujuan Hukum Pidana

Tujuan pokok diadakannya hukum pidana ialah melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat sebagai suatu kolektivitas dari perbuatan-perbuatan yang mengancamnya atau bahkan merugikannya baik

itu datang dari perseorangan maupun kelompok orang (suatu organisasi).23

7. Dasar Memberikan Hukuman

Sebelum abad ke- 18, para hakim menjatuhkan hukuman kepada seseorang Hukum pidana adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggaran yang di

ancam dengan hukuman berupa siksa badan.24

Hukum pidana terbagi atas hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Menurut Prof. Moeljatno Hukum pidana adalah bagian dari

22

RahmanSyamsuddin, Hukum Acara Pidana dalam Itegrasi Keilmuan (Makassar: Alauddin University Press,2013), hal 1-2.

23

IsmuGunadi dan Joenadi Efendi, Hukum Pidana (Jakarta: Kencana Prenada Media 2014), hal.16.

24

keseluruhan hukum yang berlaku di suatui Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk:

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu

bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut (Criminal Act).

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan dalam ketentuan pidana (Criminal

Liability/Criminal Responsibility).

Bagian ke-1 dan ke-2 masuk dalam lingkup substantive Criminal Law/hukum pidana materil. Selanjutnya untuk menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut kita menggunakan Criminal Procedure/Hukum acara pidana yang juga dikenal dengan hukum pidana formil termasuk dalam hukum publik.

Hukum menurut sesuka hatinya saja dengan arti biarpun tidak ada undang-undang yang dapat mempersalahkan orang itu kalau hakim sudah menganggap bahwa orang itu bersalah maka hakim pun menjatuhkan hukuman kepada orang tersebut. Jadi pada waktu itu hukuman yang

dijatuhkan kepada seseorang dikenal dengan istilah hukuman yang arbitrair.

Menurut pendapat beberapa ahli ilmu hukum, pengaruh pelajaran Montesquieu-lah yang telah mendorong diadakannya perubahan dalam

cara hukuman yang seperti itu, begitulah yang diterangkan oleh Van Apeldoorn dan Utrech dalam bukunya masing-masing.

Dan semenjak itu, menjadi suatu pendirian dasarlah dalam hukum pidana bahwa seseorang tidak dapat dihukum karena melakukan kesalahan, apabila sebelum dia melakukan kesalahan itu tidak ada undang-undang yang menyatakan bahwa kesalahan yang diperbuatnya itu diancam

dengan hukuman.Nullum dilectum, nulla poena sine praevia lege

poenali.Dan dasar inipun tercantum pula dalam pasal 1 ayat 1 KUH Pidana di Indonesia.dengan adanya dasar ini dapatlah terjamin keamanan hukum

penduduk daripada tindakan sewenang-wenang hakim.25

Dokumen terkait