• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Tinjauan Umum tentang Kekayaan Intelektual

2.3.1 Pengertian Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual (KI) merupakan perubahan nama Hak Kekayaan Intelektual yang telah diatur sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Alasan berubahnya nomenklatur tersebut karena mengikuti institusi yang menangani bidang kekayaan intelektual di negara-negara lain. Mayoritas institusi negara-negara-negara-negara lain yang menangani bidang kekayaan intelektual tidak mencantumkan kata “hak” dalam nama institusinya.18

Perubahan nomenklatur di Ditjen KI telah dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu Ditjen HCPM, Ditjen HaKI, Ditjen HKI dan Ditjen KI. Terbentuknya Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (Ditjen HCPM) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1988 tentang

17

Suyud Margono, Op.Cit., hlm. 106. 18

Ini Alasan Berubahnya Nomenklatur Ditjen Hak Kekayaan Intelektual, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55cd5c0bcc7c9/ini-alasan-berubahnynomenklatur-ditjen-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal 10 Januari 2016, pukul 13.30 WIB.

41

pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta. Pada tahun 1998, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 Ditjen HCPM diubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HaKI). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HaKI berubah menjadi Ditjen HKI, dan sekarang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2005 Ditjen HKI berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Penyebutan Kekayaan Inteletual kini telah seragam dengan istilah di berbagai negara.

Kekayaan Intelektual berkaitan dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya yang lahir dari kemampuan intelektual manusia. Kemampuan intelektual manusia di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra maupun teknologi dilahirkan oleh manusia melalui daya cipta, rasa dan karsanya. Pengertian Kekayaan Intelektual menurut World Intellectual Property Organization, adalah sebagai berikut:

Intellectual property, very broadly, means the legal rights which result from intellectual activity in the industrian, scientific, literaty and artistic fields.

Terjemahannya adalah:

Kekayaan intelektual dalam arti luas, berarti hak-hak hukum yang dihasilkan dari aktivitas intelektual di bidang industri, ilmiah, sastra dan seni.

Pengelompokan Kekayaan Intelektual dapat dikategorikan sebagai berikut:19

1. Hak Cipta (Copy Rights)

2. Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Rights)

19

42

Hak Cipta dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu:

a. Hak Cipta (Copy Rights)

b. Hak yang berkaitan dengan hak cipta (Neighbouring Rights)

Berdasarkan Convention Establishing The World Intellectual Property (WIPO) Hak Kekayaan Perindustrian (Industrial Property Rights) diklasifikasikan menjadi:

1. Patent (Paten);

2. Utility Models (Model dan Rancang Bangun) dalam hukum Indonesia, dikenal dengan istilah paten sederhana (simple patent);

3. Industrial Design (Desain Industri); 4. Trade Mark (Merek Dagang); 5. Trade Names (Nama Dagang);

6. Indication of Source or Appelatiom of Origin (Sumber tanda atau sebutan asal).

Menurut Robert C. Sherwood, terdapat 5 teori dasar perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yaitu:20

1. Reward Theory

Reward Theory yaitu pengakuan terhadap kekayaan intelektual yang telah dihasilkan oleh penemu/pencipta/pendesain sehingga ia harus diberi penghargaan sebagai imbangan atas upaya kreatifnya dalam menemukan/menciptakan karya intelektualnya.

2. Recovery Theory

Recovery Theory yaitu penemu/pencipta/pendesain yang telah mengeluarkan waktu, biaya, serta tenaga untuk menghasilkan karya intelektual, sehingga harus memperoleh kembali apa yang telah dikeluarkannya.

3. Incentive Theory

Incentive Theory yaitu teori yang mengaitkan pengembangan kreativitas dengan memberikan insentif kepada para penemu/ pencipta/pendesain Berdasarkan teori ini, insentif perlu diberikan untuk mengupayakan terpacunya kegiatan-kegiatan penulisan yang berguna.

20

43 4. Risk Theory

Dinyatakan bahwa setiap karya mengandung resiko. Hak Kekayaan Intelektual sebagai hasil penulisan mengandung resiko yang memungkinkan orang lain yang terlebih dahulu menemukan cara tersebut atau memperbaikinya. Oleh karena itu, wajar apabila diberikan perlindungan hukum terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung resiko tersebut.

5. Economic Growth Stimulus Theory

Diakuinya bahwa perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual sebagai alat pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah keseluruhan tujuan dibangunnya sistem perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual yang efektif.

2.3.2 Sifat Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual sebagai bagian dari hukum harta benda menyebabkan pemiliknya dapat secara leluasa menikmati kegunaan suatu kebendaan dengan berbuat bebas melakukan apa saja terhadap harta benda. Kebebasan itu bukan kebebasan yang tidak terbatas, namun kebebasan itu ada batasnya selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, merugikan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan. Sifat hak kekayaan intelektual, yaitu:21

a. Mempunyai jangka waktu terbatas;

Artinya setelah habis masa perlindungannya, ciptaan atau penemuan tersebut akan menjadi milik umum. Jangka waktu perlindungan hak kekayaan intelektual ditentukan secara jelas dan pasti dalam Undang-undang.

b. Bersifat eksklusif dan mutlak;

Artinya pemegang hak dapat mempertahankannya dan melakukan penuntutan kepada seseorang atas pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain. Pemegang hak kekayaan intelektual memiliki hak monopoli, bahwa dia dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa peretujuannya membuat ciptaannya ataupun dengan kata lain untuk menggunakannya.

21

Afrillyana Purba, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm. 13-15

44

c. Bersifat hak mutlak yang bukan kebendaan.

Pemilikan hak kekayaan intelektual bukan barangnya melainkan terhadap hasil kreatif suatu intelektual manusia yang dapat dilihat, didengar, dibaca maupun digunakan secara praktis memiliki manfaat dan berguna dalam menunjang kehidupan manusia, bernilai ekonomis.

2.3.3 Prinsip-prinsip Kekayaan Intelektual

Hukum memberikan jaminan bagi setiap penguasaan untuk menikmati hasil dan ciptaannya dengan bantuan negara. Perlindungan hukum memberikan jaminan agar terpeliharanya kepentingan pemilik. Untuk menyeimbangkan kepentingan maka sistem hak kekayaan intelektual harus berdasarkan pada prinsip:22

a. Prinsip keadilan (the principle of natural justice);

Pencipta sebuah karya atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar memperoleh imbalan yang dapat berupa materi maupun immaterial, misalnya rasa aman karena dilindungi dan diakui atas hasil karyanya itu. Hukum memberikan perlindungan demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingannya disebut hak. Setiap hak mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya. Bagi HKI, peristiwa yang menjadi alasan melekatnya hak adalah penciptaan yang berdasarkan kemampuan intelektual. Karena hak tersebut akan mewajibkan pihak lain untuk melakukan sesuatu atau

commission, atau tidak melakukan sesuatu perbuatan atau

omission.

b. Prinsip ekonomi (the economic argument);

HKI berasal dari proses kreatif yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, maka kepemilikan itu wajar karena sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang kehidupannya dalam masyarakat. Dengan demikian HKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Dari

22

Muhammad Djumhana dan R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, 1999, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 25-26

45

kepemilikan itu orang akan mendapatkan keuntungan, misalnya royalti.

c. Prinsip kebudayaan (the cultural argument);

Hasil ciptaan itu sejalan dengan ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan martabat manusia. Selain itu juga akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pengakuan atas karya dan karsa manusia yang dibakukan dalam sistem HKI adalah suatu usaha untuk mewujudkan lahirnya semangat dan minat untuk mendorong lahirnya ciptaan baru.

d. Prinsip sosial (the social argument).

Hukum tidak mengatur kehidupan manusia sebagai perseorangan yang berdiri sendiri, tetapi hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat. Sehingga, hak yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada perorangan atau suatu persekutuan, tidak boleh diberikan semata-mata untuk memenuhi kepentingan perseorangan atau persekutuan saja, akan tetapi pemberian hak kepada perseorangan atau persekutuan itu diakui oleh hukum, oleh karena itu diberikan hak tersebut kepada perseorangan atau persekutuan maka kepentingan seluruh masyarakat akan terpenuhi.

Dokumen terkait