• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

1. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para pelanggannya apabila pelayanan yang dirasakan melebihi harapan para pengguna layanan. Penilaian pengguna jasa pelayanan ditujukan kepada suatu instansi penyampaian jasa layanan dengan cara menilai kualitas pelayanan, atau cara penyampaian jasa tersebut kepada pemakai jasa. Kualitas pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi.

Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa

elemen sebagai berikut (Muninjaya, 2011):

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan. b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Menurut Wyckof, kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang selalu dirancang dengan baik dan pengendalian tingkat keunggulan juga dilakukan dengan tepat untuk memenuhi harapan para pelanggan. Kualitas jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh dua hal yaitu expected services (layanan yang diharapkan)dan perceived services (layanan yang diterima). Jika perceived services sesuai dengan expected services, jasa pelayanan kesehatan dapat dikatakan berkualitas dan para pengguna jasa pelayanan akan puas (Tjiptono, 2005).

Banyak pakar di bidang kualitas yang mencoba untuk mendefenisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat internasional, yaitu (Nasution, 2001) :

a. W. Edwars Deming mendefenisikan penekanan utama strategi dengan perbaikan dan pengukuran kualitas dapat disempurnakan secara terus-menerus. Hal ini berarti kualitas berpengaruh terhadap kesesuaian dengan kebutuhan pasar.

b. Philip B. Crosby mendefenisikan quality (kualitas) dengan conformance to requirement yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

12

Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produksi jadi.Hal ini berarti kualitas berpengaruh terhadap kesesuaian dengan persayaratan. c. Joseph M. Juran mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian terhadap

spesifikasi atau kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna. Hal ini berarti kualitas berpengaruh terhadap kecocokan dengan selera pengguna.

Goetsch Davis (1994) membuat defenisi kualitas yang lebih luas cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan oleh Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan (Ariani, 2010).

Menurut Azwar (1996), mutu atau kualitas pelayanan kesehatan bersifat multidimensi sebab mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu dari pihak pemakai jasa pelayanan, pihak penyelenggara pelayanan, dan pihak penyandang dana mutu.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan merupakan apa yang diberikan oleh suatu pelayanan kesehatan yang menjadi tolak ukur bagi pelanggan atau pengguna jasa layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya agar dapat memenuhi derajat kesehatan yang optimal serta tercapainya kepuasan pelanggan.

2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan Wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima dengan wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi, dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

d. Mudah dijangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

14

kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

e. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksudkan disini adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

3. Pendekatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Bagi perusahaan atau institusi yang bergerak di bidang jasa, memuaskan kebutuhan pelangganberarti perusahaan atau institusi harus memberikan pelayanan berkualitas (service quality) kepada pelanggan. Terdapat dua pendekatan pelayanan berkualitas yang popular digunakan kalangan bisnis Amerika dan kini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.

Pendekatan pertama dikemukakan oleh Karl Albrcht dalam (Yamit, 2010)yang mendasarkan pendekatan pada dua konsep pelayanan berkualitas, yaitu service

triangle dan total quality service diterjemahkan sebagai layanan mutu terpadu.

a. Service Triangle

Service triangle adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang

menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut terdiri dari tiga elemen dengan pelanggan sebagai titik fokus Albrecht and Zemke, dalam (Yamit, 2010) yaitu :

Strategi pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar yang telahditetapkan perusahaan. Standar pelayanan ditetapkan sesuai keinginandan harapan pelanggan sehingga tidak terjadi kesenjangan antarapelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan. Strategipelayanan harus pula dirumuskan dan diimplementasikan seefektif mungkin sehingga mampu membuat pelayanan yang diberikan kepadapelanggan tampil beda dengan pesaingnya. Untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus pada kepuasan pelanggan sehingga perusahaan mampu membuat pelanggan melakukan pembelian ulang bahkan mampu meraih pelanggan baru.

2) Sumber daya manusia yang memberikan pelayanan (service people)

Orang yang berinteraksi secara langsung maupun tidak berinteraksi langsung dengan pelangan harus memberikan pelayanan kepada pelanggan secara tulus (empathy), responsif, ramah, fokus, dan menyadari bahwa kepuasan pelanggan adalah segalanya. Untuk itu perusahaan harus pula memperhatikan kebutuhan pelanggan internalnya (karyawan) dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, rasa aman dalam bekerja, penghasilan yang wajar, manusiawi, sistem penilaian kinerja yang mampu menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya perusahaan membuat strategi pelayanan dan menerapkannya secara baik untuk memuaskan pelanggan eksternalnya, sementara pada saat yang sama perusahaan gagal memberikan kepuasan kepada pelanggan internalnya, demikian pula sebaliknya.

16

3) Sistem pelayanan (service system)

Sistem pelayanan adalah prosedur pelayanan kepada pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit-belit dan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu melakukan desain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan pelanggan. Desain ulang sistem pelayanan tidak berarti harus merubah total sistem pelayanan, tapi dapat dilakukan hanya bagian tertentu yang menjadi titik kritis penentu kualitas pelayanan. Misalnya, dengan memperpendek prosedur pelayanan atau karyawan diminta melakukan pekerjaan secara cepat dengan menciptakan one stop service.

b. Total Quality Service

Pelayanan mutu terpadu adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders), yaitu pelanggan, pegawai dan pemilik. Pelayanan mutu terpadu memiliki lima elemen penting yang saling terkait Albrecht, dalam Budi W.Soetjipto yang dikutip dari (Yamit, 2010), yaitu:

1) Market and customer research adalah penelitian untuk mengetahui struktur pasar, segmen pasar, demografis, analisis pasar potensial, analisis kekuatan pasar, mengetahui harapan dan keinginan pelanggan atas pelayanan yang diberikan.

2) Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada pelanggan sehingga perusahan dapat mempertahankan pelanggan bahkan dapat meraih pelanggan baru.

meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu memberikan pelayanan berkualitas, mampu memahami keinginan dan harapan pelanggan.

4) Process improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk menyempurnakan proses pelayanan, konsep P-D-A-C dapat diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan berkelanjutan ini.

5) Assessment, measurement and feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah diberikan kepada pelanggan. Penilaian ini menjadi dasar informasi balik kepada karyawan tentang proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki, kapan harus diperbaiki dan dimana harus diperbaiki. 4. Dimensi Kualitas Pelayanan Kesehatan

Tuntutan para penerima layanan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik (service excellence) tidak dapat dihindari oleh penyelenggara jasa pelayanan. Tuntutan para penerima layanan untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik harus disikapi sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kepada penerima layanan.

Pelayanan yang berkualitas seringkali mengalami kesulitan untuk dapat dicapai karena para penyedia layanan tidak selalu memahami bagaimana cara memberikan pelayanan yang berkualitas. Kesulitan ini timbul karena penyedia layanan tidak kompeten atau tidak terlatih. Namun kualitas pelayanan tentu tidak hanyaditentukan oleh faktor sumber daya manusia saja.

Dengan demikian kebutuhan para penerima layanan harusdipenuhi oleh pihak penyelenggara pelayanan agar para penerima layanan tersebut memperoleh

18

kepuasan. Ada beberapa dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan kualitas kesehatan, menurut Pohan dalam bukunya Jaminan Mutu Layanan Kesehatan (Pohan, 2007) yaitu:

a. Dimensi kompetensi teknis

Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi kompetensi teknis ini mencakup pemberi layanan kesehatan dengan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar pelayanan sampau pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

b. Dimensi keterjangkauan atau akses

Dimensi keterjangkauan atau akses artinya layanan kesehatan itu harus dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, social, ekonomi, dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapat layanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berkaitan dengan dapat diterima atau tidak layaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan perilaku. Akses organisasi adalah sejauh mana layanan kesehatan itu diukur agar memberi kemudahan kepada pelanggan atau pasien. Akses artinya bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.

Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta berkembangnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan secara tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat.

d. Dimensi efesiensi

Sumber daya kesehatan sangat terbatas oleh sebab itu dimensi efesiensi sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar umunnya lebih mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan risiko yang lebih besar bagi pasien.

e. Dimensi kesinambungan

Dimensi kesinambungan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi lengkap, akurat, dan terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana tepat waktu dan tepat tempat.

f. Dimensi keamanan

Dimensi keamanan yaitu layanan kesehatan harus baik bagi pasien, bagi pemberi layanan, maupun bagi masyarakat lainnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari resiko cedera, infeksi, efek samping atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh layanan kesehatan itu sendiri.

20

g. Dimensi kenyamanan

Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung dengan efektivitas layanan kesehatan.Tetapi mempengaruhi kepuasan pasien sehingga mendorong pasien untuk dating berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada instansi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan menjadi persoalan, kenyamanan akan mempengaruhi pasien untuk membayar biaya kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan, pemberi layanan, peralatan medis dan non medis. Misalnya tersedia AC/ TV/ majalah/ music/ kebersihan dalam suatu runag tunggu tidak menjadi hal yang membosankan. Tersedianya gorden penyekat dalam kamar periksa akan memberikan kenyamanan pada pasien.

h. Dimensi hubungan antar manusia

Hubungan antar manusia merupakan interaksi antara pemberi layanan kesehatan dengan pasien antar sesama pemberi layanan kesehatan, hubungan antara atasan dan bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsive, memberi perhatian dan lain-lain.

i. Dimensi informasi

Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, kapan, dimana dan bagiamana kesehatan akan dan telah dilaksanakan.

Agar berhasil, layanan kesehatan itu harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan, yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta dengan biaya yang tepat.

Untuk mengetahui kualitas yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, Zeithaml et. al. dalam (Mulyawan, 2016) memberikan indikator ukuran kepuasan pelanggan yangterletak pada 10 (sepuluh) dimensi kualitas pelayanan, kemudian kesepuluh dimensi ini terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yang disebut dengan SERVQUAL (Service Quality). Kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut adalah sebagai berikut yaitu:

a. Bukti fisik (Tangibility) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. Kualitas jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai.

b. Kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan. Dari kelima dimensi kualitas jasa, reability dinilai paling penting oleh para pelanggan berbagai industri jasa karena sifat produk jasa yang nonstandarlized output, dan produknya juga sangat tergantung dari aktivitas manusia, sehingga sulit mengharapkan output yang konsisten.

22

c. Ketanggapan (Responsiveness) yaitukemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas sesuai dengan prosedur yang ada. Dimensi ini merupakan penilaian kualitas pelayanan yang paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan. Pelayanan kesehatan yang responsive terhadap kebutuhan pelanggannya kebanyak ditentukan oleh sikap para front-line staff. Hal ini disebabkan karena secara langsung mereka banyak berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya, baik melalui tatap muka, komunikasi non-verbal, langsung atau melalui telepon.

d. Jaminan (Assurance) merupakan kriteria yang berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas dapat dipercaya oleh pelanggan. Pemenuhan terhadap kriteria pelayanan ini akan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari risiko. Berdasarkan riset, dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan. Variabel ini perlu dikembangkan oleh pihak manajemen institusi pelayanan kesehatan dengan melakukan investasi, tidak saja dalam bentuk uang melainkan keteladanan manajemen puncak, perubahan sikap dan kepribadian staf yang positif, dan perbaikan sistem remunerasinya (pembayaran upah).

e. Perhatian (emphaty) yaitu memberikan rasa kepedulian dan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu instansi pelayanan kesehatan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan atau pasien, serta memahami kebutuhan pelanggan secara

pelayanan kesehatatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para pengguna jasa layanan kesehatan.

Dimensi SERVQUAL dapat dipergunakan sebagai salah satu alat yang valid untuk mengukur gap (kesenjangan) antara pelayanan yang diterima dengan pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan atau pasien karena layanan atau jasa sifatnya adalah intangible (yang tidak bisa diukur, tapi berhubungan dengan perasaan pelanggan).

Dokumen terkait