• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Anak

Isu utama peningkatan kualitas hidup manusia suatu negara adalah bagaimana negara tersebut mampu melakukan perlindungan anak yaitu, mampu

memahami nilai-nilai hak-hak anak, mampu mengiplementasikannya dalam norma hukum positif agar mengikat, mampu menyediakan infrastruktur, dan mampu melakukan manajemen agar perlindungan anak di suatu negara tercapai (Tb. Rachmat Sentika DR, dr, Sp.A., MARS, Jurnal Sosioteknologi Edisi 11 Tahun 6: Agustus 2007, ). Setiap warga negara, anggota masyarakat ikut serta bertanggung jawab terhadap dilaksanakanya perlindungan anak demi kesejahteraan anak, orang tua, masyarakat dan bangsa. Oleh karena kebahagiaan yang dilindungi adalah kebahagiaan yang melindungi. Kesejahteraan anak mempunyai pengaruh positif pada orang lain. Perlindungan anak bermanfaat bagi anak, orang tuanya serta pemerintahanya.Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi yang melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibanya. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam jurnal internasional: In 1989 was adopted the Convention on the Rights of the Child, which determined the notion of child as persons below the age of 18 years. There is some inconsistency in the text of this document, as the age limit is 15 related to child soldiering. Actually it repeats the ruling of the first Additional Protocol to the Geneva Conventio (Eszter kirs,Miskolc journal of internationallaw, vol 3, no 3, pp.56-63: 2006). Yang artinya, pada tahun 1989, mengadopsi konvensi hak anak yang menantukan pengertian anak sebagai orang- orang dibawah usia 18 tahun. Ada beberapa ketidak konsistenan dalam teks dokumen ini sebagai batas usia 15 yang terkait dengan anak keprajuritan. Sebenarnya mengulangi penguasa pertama protokol pertama konvensi jenewa.

Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak adalah melindungi manusia, adalah membangun manusia seutuhnya. Perlindungan terhadap anak, yang merupakan objek sangat rentan (fragile) dalam suatu negara (baik pada kondisi damai maupun perang) terhadap berbagi bentuk penindasan dan eksploitasi secara politis, ekonomi, sosial, maupun budaya masyarakat yang cenderung bersifat patriarchi, merupakan kewajiban dan

tanggung jawab dari suatu negara, masyarakat, dan khususnya keluarga.( Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jurnal Perlindungan terhadap hak-hak anak: 1998)

Perlindungan anak mengutamakan kepentingan anak daripada kepentingan orang tua. Hal ini tidak boleh mempunyai akibat pemanjaan anak yang akan merugikan anak yang bersangkutan. Perlindungan anak melarang pemanfaatan anak untuk kepentingan orang lain, dalam berbagai bentuk dan cara untuk menghindari viktimisasi struktural dan non struktural. Perlindungan anak meliputi mengusahakan anak mendapatkan kasih pengertian dari orang tuanya dan sekelilingnya, serta menikmati hak-haknya tanpa mempersoalkan ras, warna, seks, agama atau kebangsaan sosial. Perlindungan anak menghendaki pelayanan khusus terhadap anak cacat. Kegiatan Perlindungan Anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum. Oleh sebab itu perlu adanya jaminan hukum untuk kegiatan Perlindungan Anak tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan Perlindungan Anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif dan menimbulkan korban yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan Perlindungan Anak.

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai penerus bangsa. Mereka adalah sumber daya manusia yang memiliki peranan strategis yang mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Untuk itu diperlukan perhatian besar terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi. Karena masalah mereka adalah juga merupakan masalah bangsa.

Menurut Arif Gosita dalam bukunya ” Masalah Perlindungan Anak ”, perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi di mana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak, diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih memadai.

Menurut Arif Gosita, pelaksanaan perlindungan anak yang baik antara lain memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

a. Para partisipan dalam terjadinya dan terlaksananya perlindungan anak harus mempunyai pengertian-pengertian yang tepat berkaitan dengan masalah perlindungan anak, agar dapat bersikap dan bertindak secara tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan anak. Oleh sebab itu harus dapat disebarluaskan, meratakan pengertian mengenai perlindungan anak serta pengertian-pengertian lain yang dapat mendukung dilaksanakannya perlindungan anak tersebut.

b. Perlindungan anak harus dapat dilaksanakan bersama antara setiap warga negara, anggota masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan bersama, kepentingan nasional, mencapai aspirasi bangsa indonesia. Dengan demikian pengadaan penyuluhan mengenai perlindungan anak adalah mutlak diperlukan. c. ”Kerjasama dan koordinasi” diperlukan dalam melancarkan kegiatan

perlindungan anak yang rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat antar para partisipan yang bersangkutan.

d. Dalam rangka membuat kebijaksanaan dan rencana kerja yang dapat dilaksanakan perlu diusahakan inventarisasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung kegiatan perlindungan anak.

e. Dalam membuat ketentuan-ketentuan yang menyinggung dan mengatur perlindungan anak dalam berbagai peraturan perundang- undangan kita harus mengutamakan perspektif yang diatur dan bukan yang mengatur, mengutamakan perspektif yang dilindungi dan bukan perspektif yang melindungi. Kepastian hukum perlu diusahakan demi

kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan untuk mencegah akibat-akibat negatif yang tidak diinginkan.

f. Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan/dinyatakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Setiap anggota masyarakat harus ikut serta menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan dikembangkannya perlindungan anak secara langsung atau tidak langsung dalam berbagai bidang kehidupan. g. Dalam pelaksanaannya kegiatan perlindungan anak pihak anak harus

diberikan kemampuan dan kesempatan untuk ikut serta melindungi diri sendiri, dan kelak di kemudian hari dapat menjadi orang tua yang dapat berpartisipasi positif dan aktif dalam berbagai kegiatan perlindungan anak yang merupakan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat.

h. Perlindungan anak yang baik harus mempunyai dasar-dasar filosofis, etis dan yuridis. Dasar tersebut merupakan pedoman pengkajian, evaluasi apakah ketentuan-ketentuan yang dibuat dan pelaksanaan yang direncanakan benar-benar rasional positif, dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi yang bersangkutan.

i. Pelaksanaan kegiatan perlindungan anak tidak boleh menimbulkan rasa tidak dilindungi pada yang bersangkutan, oleh karena adanya atau ditimbulkannya penderitaan, serta kerugian oleh partisipan tertentu. Perlindungan anak harus bersifat preventif.

j. Perlindungan anak harus didasarkan antara lain atas pengembangan hak dan kewajiban asasinya. Perlindungan anak di bidang kesehatan, pendidikan, dan pembinaan atau pembentukan kepribadian adalah didasarkan pada hak asasi anak yang umum. Hak asasi yang umum untuk orang dewasa dalam hukum positif berlaku juga untuk anak ( orang dewasa dan anak sama-sama manusia dan warga negara ). Hambatan-hambatan yang biasa ditemui dalam upaya perlindungan anak tersebut adalah antara lain :

a. Masalah pengertian-pengertian. Pengembangan pengertian yang tepat merupakan dasar seseorang mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan perlindungan anak.

b. Masalah kepentingan dan kewajiban. Keberhasilan usaha perlindungan anak sedikit banyak bergantung pada kesediaan dan kemampuan untuk memperjuangkan kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Apabila keyakinan ini tidak merata pada banyak anggota masyarakat, dikhawatirkan banyak anggota masyarakat tidak merasa berkewajiban ikut serta dalam mengembangkan kemampuan anak untuk melindungi dirinya sendiri secara wajar dan legal, dengan juga memperhatikan kepentingan orang lain, orang tua dan bangsanya. Ini berarti bahwa kita juga harus memperhatikan pengembangan citra yang positif mengenai kepentingan dan kewajiban seseorang, serta menciptakan iklim situasi dan kondisi di mana orang dapat memenuhi kepentingannya, melaksanakan hak dan kewajibannya secara rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat.

c. Masalah kerjasama dan koordinasi. Dalam pengadaan dan pelaksanaan perlindungan anak yang memuaskan diperlukan sekali kerjasama dan koordinasi dari kerjasama tersebut. Terutama supaya diperhatikan hambatan yang disebabkan karena tidak adanya kerjasama yang memuaskan antara instansi, badan, organisasi pemerintah maupun swasta pada masa lampau yang berkelanjutan pada saat ini dan kelemahan ini mungkin akan berlangsung terus kalau tidak ditangani secepatnya. Koordinasi kerjasama perlindungan anak perlu diadakan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan perlindungan anak, yang pada hakekatnya menghambat kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan.

d. Masalah Jaminan Hukum. Pelaksanaan perlindugan anak belum dijamin dengan peraturan perundang-undangan yang mantap,

sehingga menghambat pelaksanaan perlindungan anak secara memuaskan. Undang-undang yang menyangkut kepntingan anak belum secara tegas menyatakan bagaimana perlindungan anak itu dilaksanakan secara konkrit dan apa akibatnya jika seseorang tidak melaksanakan perlindungan anak. Oleh sebab itu, sebaiknya secepat mungkin dibuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah tersebut disamping penyuluhan yang merata yang memberikan kejelasan yang merata mengenai hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan perlindungan anak.

6. Tinjauan Umum Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang

Dokumen terkait