• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Perekrutan calon TKI yang dilakukan oleh PT Bina Kerja Cemerlang cabang Surakarta tidak sesuai dengan persyaratan yang diatur UU Nomor

E. Kajian Teori

2. Tinjauan Umum tentang Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja Indonesia

2.1 Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Lalu Husni, 2005: 15).

Pengertian tenaga kerja dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 tersebut menyempurnakan pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Ketenagakrjaan yang memberikan pengertian

“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Dari pengertian tersebut tampak perbedaan yakni dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan revisi dari Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketenagakerjaan tidak lagi memuat kata-kata baik di dalam maupun di luar hubungan kerja dan adanya penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat. Pengurangan kata di dalam maupun di luar hubungan kerja pada pengertian tenaga kerja tersebut sangat beralasan karena dapat mengacaukan makna tenaga kerja itu sendiri seakan-akan ada yang di dalam dan ada pula di luar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan konsep tenaga kerja dalam pengertian yang umum. Demikian halnya dengan penambahan kata sendiri dan masyarakat karena barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri, dengan demikian sekaligus menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya bekerja untuk orang lain dan melupakan dirinya sendiri.

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, di dalamnya meliputi buruh, karyawan, dan pegawai (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 27). Secara deskriptif perbedaan antara buruh, karyawan, dan pegawai adalah:

a. Buruh

Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak, baik secara lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

b. Karyawan

Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan.

c. Pegawai (Pegawai Negeri)

Pegawai adalah mereka yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam penelitian ini yang dimaksud Tenaga Kerja Indonesia adalah buruh. Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaumana yang telah diusulkan oleh pemerintah (Depnaker). Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain yaitu majikan.

Berangkat dari sejarah penyebutan istilah buruh seperti tersebut di atas, menurut Lalu Husni (2005: 34) istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan sekarang, buruh sekarang ini tidak lagi sama buruh masa lalu yang hanya bekerja pada sektor non formal seperti tukang, kuli, pembantu rumah tangga, dan sejenisnya, tetapi juga sektor formal seperti Bank, Hotel, dan lain-lain. Karena itu lebih tepat jika menyebutknya dengan istilah pekerja.

Dalam RUU Ketenagakerjaan ini sebelumnya hanya menggunakan istilah pekerja saja, namun agar selaras dengan Undang-undang yang lahir sebelumnya yakni Undang-undang No.21 Tahun 2000 yang menggunakan istilah Serikat Buruh/Pekerja, maka istilah yang digunakan adalah pekerja/buruh.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 angka 4 memberikan pengertian Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Setiap orang buruh/pekerja yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Penegasan imbalan dalam bentuk apa pun ini perlu karena selama ini diidentikan dengan uang, padahal ada pula buruh atau pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk barang.

Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pelaksanaan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan yang dijamin haknya.

Berhubung dengan hal tersebut maka Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 merupakan undang-undang pokok mengenai tenaga kerja mengatur hak-hak daripada tenaga kerja di dalam beberapa pasal:

a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

b. Setiap pekerja/ buruh barhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.

c. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja

d. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja. e. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri.

f. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

g. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: - keselamatan dan kesehatan kerja;

- Moral dan kesusilaan; dan

- Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nalai agama.

h. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

i. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

j. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

k. Dalam mewujudkan pelaksanaan hak dan kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha, pemerintah wajib melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjan

l. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akinat gagaglnya perundingan.

Selain hak tenaga kerja, agar terselenggaranya hubungan yang baik antara tenaga kerja dengan atasan (pengusaha, maka tenaga kerja harus melaksanakan kewajiban-kewajiban diantaranya:

a. Wajib melakukan prestasi atau pekerjaan bagi majikannya. b. Wajib mematuhi peraturan perusahaan.

c. Wajib mematuhi perjanjian kerja. d. Wajib mematuhi perjanjian perburuhan. e. Wajib mematuhi rahasia perusahaan. f. Wajib memenuhi peraturan majikan. 2.2 Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarakan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri yaitu

“Tenaga kerja Indonesia adalah setiap warga Negara Indoesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.”

Pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja memberi izin pengiriman TKI ke luar negeri dengan pertimbangan : (Sedjun H Manulung, 1995: 35)

a. Mengurangi jumlah pengangguran yang semakin besar dibandingkan dengan tersedianya lowongan pekerjaan di luar negeri.

b. Pengiriman TKI ke luar negeri ini pada dasarnya karena adanya permintaan dari luar negeri dan adanya pencari kerja yang berminat bekerja di luar negeri.

c. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengiriman TKI ke luar negeri, yaitu: - Mempererat hubungan antar negara (negara pengirim tenaga kerja

dengan negara penerima.

- Mendorong terjadinya peningkatan pengalaman kerja dan alih teknologi.

- Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

- Meningkatkan pendapatan di dalam neraca pembayaran negara atau deviasa.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk (Edison Nainggolan, 2007: 5) :

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.

b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia.

c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya. Syarat-syarat calon TKI adalah :

a. Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi calon TKI yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan sekurang-kurangnya berusia 21 (dua puluh satu) tahun,

b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Tidak dalam keadaan hamil bagi calon TKI perempuan. d. Mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu. e. Terdaftar di Dinas Ketenagakerjaan di daerah tempat tinggalnya. f. Memilki dokumen yang dipersyaratkan.

Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk (Edison Nainggolan, 2007: 55):

a. Bekerja di luar negeri.

b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri.

c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri.

d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.

e. Memperoleh upah sesuai dengan standart upah yang berlaku di negara tujuan.

f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan.

g. Memperoleh jaminan perlindungan hokum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabtnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri.

h. Memperoleh jaminan perlidungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal.

i. Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.

Setiap calon TKI mempunyai kewajiban untuk: (Edison Nainggolan, 2007: 55-56)

a. Mentaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan.

b. Mentaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja. c. Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

d. Memberitahukan atau melaporkan kedatangan, keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

3. Tinjauan Umum tentang Penempatan Tenaga Kerja di Dalam Negeri dan di