• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tinjauan Umum Terhadap Anak

1. pengertian

Di Indonesia sendiri ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang anak, misalnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor

55

20 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Berbagai peraturan lain yang berkaitan dengan masalah anak.

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang PA yaitu : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”56

Sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2012 tentang SPPA juga menjelaskan tentang anak yang berkonflik dengan hukum, yaitu :57 “Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.”

Kemudian menurut Pasal 1 Ayat (5) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, juga menjelaskan tentang pengertian anak yaitu sebagai berikut: “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang

masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi

kepentingannya.”58

Pengertian anak juga terdapat pada Pasal 1Convention On The Rights of The Child, anak diartikan sebagai setiap orang dibawah

56 Lihat, Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

57

Lihat, Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

58

21 usia 18 tahun, kecuali berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh sebelumnya.59

Beberapa negara juga memberikan definisi seseorang dikatakan anak atau dewasa dilihat dari umur dan aktifitas atau kemampuan berpikirnya. Di negara Inggris, pertanggungjawaban pidana diberikan kepada anak berusia 10 (sepuluh) tahun tetapi tidak untuk keikut sertaan dalam politik. Anak baru dapat ikut atau mempunyai hak politik apabila telah berusia di atas 18 (delapan belas) tahun.60

Sedangkan bila bertitik tolak dari laporan penelitian Katayen H Cama, batas umur minimal bervariasi dari umur 7-15 tahun. Hal ini dipertegas dengan redaksional yaitu, Bahwa dalam tahun 1953 berdasarkan laporan Katayen H. Cama, hakim pengadilan Anak Bombay, India yang mengadakan research untuk dapertamen Sosial dari Perserikatan Bangsa-bangsa atas permintaan Social Commison dari Economic and Social Council menyatakan, bahwa:61

a. Di Bima, Ceylon dan Pakistan, seorang anak dibawah usia 7 tahun dianggap tidak melakukan kejahatan;

b. Di Jepang, tindak pidana atau pelanggaran yang dilakukan oleh kurang dari 14 tahun tidak dapat dihukum;

c. Di Filipina, anak-anak dibawah 9 tahun tidak dapat dipertanggung jawabkan secara kriminal;

59

Convention On The Rights of The Child ( Konvensi Hak-Hak Anak)

60 Djamil, Natsir.2013. Anak Bukan Untuk diHukum, Jakarta: Sinar Grafika. Hlm,128

61

Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan Permasalahannya,Bandar Maju, Jakarta, 2005. Hlm 16-17

22 d. Di Bima Ceylon dan Pakistan, seorang anak diantara umur 7 tahun dan dibawah 12 tahun dan Filipina seorang anak di antara umur 9 tahun dan dibawah 15 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukannya, apabila ia pada waktu melakukannya belum dapat menghayati bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.

Pasal 1 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2002 tentang PA menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi.62

UU No. 23 Tahun 2002 tentang PA mengatur tentang asas dan tujuan perlindungan anak yakni pasal 2 dan pasal 3, sebagai berikut: Pasal 2: penyelenggara perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak anak meliputi:

1. Non diskriminasi

2. Kepentingan yang terbaik bagi anak

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan 4. Penghargaan terhadap anak.

Pasal 3: perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

62

23 dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak, mulia dan sejahtera. Pasal 2 huruf c UU No. 23 Tahun 2002 tentang PA menegaskan hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, keluarga, orang tua, sekaligus merupakan hak setiap manusia.

Pasal 20 UU No. 23 Tahun 2002 tentang PA menentukan: “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.”63

Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah dalam usaha perlindungan anak diatur dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang PA yaitu:64

1. Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan/atau mental (Pasal 21);

2. Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22);

3. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara umum bertanggungjawab

63

Lihat, Pasal 20 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

64

24

terhadap anak dan mengawasi penyelenggaraan

perlindungan anak (Pasal 23);

4. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak (Pasal 24).

Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 25) UU no. 23 tahun 2002 tentang PA.

Kewajiban tanggungjawab keluarga dan orang tua dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Pasal 26 ayat (1) UU no. 23 tahun 2002 tentang PA, yaitu:

a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya;

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. 2. Narapidana Anak

Pengertian narapidana berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti orang tahanan, sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka (7) dijelaskan bahwa:65 “Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.”

Dalam hal ini narapidana termasuk juga di dalamnya anak pemasyarakatan, dan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

65

25 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka (8) dijelaskan mengenai Anak Didik Pemayarakatan.

Anak Didik Pemasyarakatan adalah:66

a. Anak Pidana yaitu : anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai umur 18 tahun.

b. Anak Negara yaitu : anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada negara untuk di didik dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 tahun.

c. Anak Sipil yaitu : anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk di didik di LAPAS Anak paling lama sampai berusia 18 tahun.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Pasal 1 angka (2) yang dimaksud Anak Nakal ialah :

Anak Nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kenakalan anak di sebut juga dengan Juvenile Deliquency. Juvenile (dalam bahasa inggris) atau yang dalam bahasa Indonesia berarti anak anak; anak muda, sedangkan Deliquency artinya

66

26 terabaikan/mengabaikan yang kemudian di perluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar peraturan dan lain-lain.67

Dokumen terkait