• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pesan Dakwah

Pesan menurut kamus bahasa Indonesia memilki arti suruh, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain.18 Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai tentang pesan sebagaimana berikut ini:

Pertama menurut Jalaluddin Rakhmat, pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan linguistik (verbal) dan pesan ekstralinguistik (nonverbal). Adapun pesan linguistik adalah pesan melalui bahasa, sehingga pesan diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan-gagasan”. Sedangkan pesan ekstralinguistik adalah pesan yang dilakukan melalui gerak tubuh, suara, penggunaan ruang personal dan sosial, penciuman, sensitivitas kulit dan artifaktual.19

Kedua menurut Onong Uchiyana Effendi, pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.20

Ketiga Pesan dalam Islam ialah nasihat, permintaan dan amanah yang harus disampaikan kepada orang lain.21

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt. Sedangkan dakwah menurut Prof. Toha

18Wjs Purwadarminta, Kamus Bahasa Indonesi,Edisi 3 (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h.

883.

19Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern : Sebuah Karangka Teori Dan Praktek Berpidato (Bandung : Akademia, 1982)

20Onong Uchiyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cet.17; Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), h. 18.

21Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Cet. 1; Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h.43.

Yahya Omar, M.A. adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt. untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.22

Dengan melihat pengertian yang ada di atas dapat dikatakan bahwa pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis baik secara tertulis maupun lisan. Wahyu Ilahi mengklasifikasikan pesan dakwah menjadi tiga hal pokok yaitu masalah akidah (keimanan), syari’ah (keIslaman) dan akhlak (budi pekerti). Pesan aqidah meliputi, iman kepada Allah swt., iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-malaikat-Nya, iman kepada rasul-rasul-malaikat-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadhar. Pesan syari’ah meliputi, ibadah, taharah, shalat, zakat, puasa dan haji serta muamalah. Sedangkan pesan akhlak, meliputi, akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat dan lainnya.23

Pesan dakwah diistilahkan pula sebagai materi dakwah. Pada umumnya, materi yang disampaikan dalam dakwah, adalah ajaran-ajaran syariah dalam Islam.

Ajaran-ajaran Islam menitikberatkan pada bangunan akhlaqul karimah inilah, yang wajib untuk disampaikan kepada manusia, yang nantinya diharapkan agar ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati, serta diamalkan dalam bingkai kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hidup mereka senantiasa berada dalam suasana religi, yang tentunya sesuai dengan tuntutan agama Islam.

Adapun pesan dakwah menurut Wardi Bachtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, pesan-pesan dakwah yang bersumber dari Al-Qur'an dan

22Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah ( Jakarta:Wijaya, 1985 ), h. 1.

23Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), h. 20.

22

As-sunnah dapat dikategorisasikan menjadi pesan aqidah, pesan akhlak dan pesan syariah.24 Berikut penjabarannya mengenai pesan dakwah :

a. Aqidah

Aqidah menurut bahasa berasal dari kata, ya’qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan. Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula kata i’tiqad yang berarti tashdiq atau kepercayaan.25 Sedangkan aqidah secara etimologi berarti ikatan atau sangkutan.

Secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman.26 Secara terminologi, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh Hassan Saleh aqidah adalah ” keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhubung dalam lubuk hati seseorang, sehingga mengikat kehidupannya baik dalam sikap, ucapan dan tindakannya.

Dalam menghayati ajaran Islam, maka aqidah menduduki tempat yang paling fundamental. Ibarat bangunan gedung ia merupakan pondasinya, bila rapuh maka kondisi bangunan itupun akan mudah roboh, ketika ia terkena goncangan angin dari kanan dan kiri seketika ia akan hancur. Adapun ayat yang berkaitan dengan aqidah atau keimanan telah tertulis dalam Q.S An-Nisa/4:136.

$pκš‰r'¯≈tƒ

24Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997), h. 33-34.

25Abudin Natta, Al-Qur'an dan Hadis,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),h. 29.

26E. Hasan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Cet. 2; Jakarta, ISTN, 2000), h. 55.

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah swt. dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah swt. turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah swt. turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.27

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, yang dimaksud ayat di atas merupakan panggilan kepada orang-orang yang yang beriman pada awal ayat ini, yang disusul dengan perintah beriman, ada yang memahaminya dalam arti orang-orang yang beriman tetapi ada sesuatu yang kurang dalam keimanan mereka sehingga ayat ini memerintahkan untuk menyempurnakannya. Penganut faham ini menyatakan bahwa mereka yang diajak oleh ayat ini adalah sementara bekas penganut agama Yahudi yang telah masuk Islam tetapi masih terdapat dalam benak mereka hal-hal yang mereka percayai, yang tidak sejalan dengan iman yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw.28

Hal yang paling fundamental dalam agama Islam adalah keimanan karena sehebat apapun atau secerdas apapun seseorang yang beragama Islam tapi ketika keimanannya rapuh, maka seketika ia sangat mudah untuk di bolak balikkan keimananya. Maka dari itu Allah swt. memerintahkan umat Islam untuk memperkuat dan menyempurnakan keimanannya.

Adapun beberapa keimanan dalam ajaran Islam yang harus dimiliki seorang muslim sebagaimana berikut ini:

1) Iman kepada Allah swt.

27Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Surabaya: Cv. Jaya Sakti, 1989), h.100.

28Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Cet, 1:

Jakarta: Lentara Hari, 2002), h. 618.

24

Iman kepada Allah swt. berarti meyakini bahwa Allah swt. adalah satu-satunya tempat mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu (tauhid al-ibadah), serta meyakin Allah swt. satu-satunya pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri).

2) Iman kepada Malaikat-Nya

Iman kepada malaikat adalah mayakini malaikat sebagai makhluk Allah swt..

yang diciptakan dari nur (cahaya) serta yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.

3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya

Imam kepada kitab-kitab Allah swt. adalah menyakini bahwa kitab-kitab yang dibawah atau diajarkan oleh para Nabi atau Rasul, itu benar-benar berasal dari Allah swt. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya

Iman kepada Rasul adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5) Iman kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah swt. telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan dunia yang sifatnya sementara.

6) Iman kepada Qadha dan Qadhar

Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt. telah menentukan segala sesuatu bagi semua makhluk.

Dengan beberapa uraian diatas dapat di sebutkan bahwa umat Islam harus memiliki keimanan terhadap Allah swt., Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, Hari Akhir, dan Qadha dan Qadhar. Serta keimanan itu kemudian harus diperkuat dalam diri kita sebagaimana yang telah disebutkan dalam Q.S An-Nisa/4:136.

b. Syariah

Syariah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah swt. guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.29 Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah dan ketatapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut muamalah.

Keyakinan merupakan dasar dari pada syariah, dan syariah adalah hasil dari kepercayaan, sebab perundang-undangan tanpa keimanan itu sama saja dengan omong kosong, sedangkan keimanan dengan tidak disertai syariah untuk melaksanakannya, hanyalah akan merupakan teori belaka yang tidak berdaya dan berhasil. Oleh karena itu, dalam Islam kita temukan suatu hubungan yang erat antar iman dan syariah yang mengatur segala tingkah laku, dan barang siapa menolak hal itu, maka mereka tidak dapat dianggap orang muslim, sebagaimana Allah swt.

berfirman dalam surat Al-Jaatsiyah ayat 45/17-18.

29Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas,1983), h. 61.

26

Dan kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); Maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan Karena kedengkian yang ada di antara mereka.

Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.

Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.30

Maksud ayat diatas dalam tafsir Al-Jalalain Oleh Jalaluddin al-Mahalli &

Jalaluddin as-Suyuthi, kemudian Kami jadikan kamu hai Muhammad (berada di atas suatu syariat) yakni peraturan (dari urusan itu) dari urusan agama (maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui) untuk menyembah kepada selain Allah swt.31

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa syariah adalah sebuah aturan yang mengatur segala aspek kehidupan dan telah di tetapkan oleh Allah swt., yang melingkupi hubungan antara manusia dengan Allah swt. dan hubungan manusia dangan manusia lainya maupun alam semesta. Dan umat Islam sangat dianjurkan untuk tidak mengikuti hawa nafsunya karena akan medekatkan mereka pada kemusyrikan.

30Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, h. 500.

31https://risalahmuslim.id/quran/al-jaatsiyah/45-18/ (5 maret 2019)

Adapun beberapa penjelasan tentang syariah (ibadah dan muamalah) sebagaimana berikut ini:

1) Ibadah

Dalam Islam, ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah yang ada di dalam Islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji yang bertujuan untuk membuat ruh manusia agar senantiasa dekat dengan-Nya.

Karena tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Adz-dzariyaat/51:56.

$tΒuρ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.32

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, yang dimaksud ayat ini Allah swt. telah memerintahkan agar manusia berlari dan bersegera menuju Allah swt. maka di sini dijelaskan mengapa manusia harus bangkit berlari dan bersegera menuju Allah swt.. Ayat di atas menyatakan: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali kepada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka melaikan agar tujuan atau kesudahan aktivitas mereka beribadah kepada-Ku.33

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa ibadah adalah sebuah keharusan untuk di laksanakan oleh umat Islam karena dengan ibadah seseorang dapat mendekatkan dirinya dengan Allah swt., dengan hal itu kemusyrikan, kejahatan, kemunafikan dan sebagainya akan jauh dari umat Islam.

32Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 523.

33Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Cet, 1:

Jakarta: Lentara Hari, 2002), h. 355.

28

2) Muamalah

Muamalah adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya, muamalah berarti aturan-aturan atau hukum Allah swt. yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya, kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial,hukum dan kebudayaan.34

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa muamalah adalah sebuah hukum yang telah di tetapkan oleh Allah swt., yang melingkupi segala aspek kehidupan manusia dengan manusia lainnya maupun alam semesta, seperti hukum nikah, hukum waris, hukum menyembelih hewan dan sebagainya.

c. Akhlak

Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku atau perbuatan. Dan secara terminologi akhlak adalah tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan alam sekitarnya.

Ada pula yang mengartikan secara bahasa akhlak adalah perkataan jamak dalam bahasa Arab dari kata khuluk. Khuluk dalam kamus Al-munjid berarti pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Didalam Da'iratul Ma'arif dikatakan akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik.35

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Sifat itu dapat lahir dalam perbuatan baik, disebut Akhlak yang Mulia atau perbuatan

34Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Edisi 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h. 2.

35Asmaran As, Pengatur Studi Akhlak (Cet. 1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1.

buruk disebut akhlak tercela sesuai pembinaannya. Sebagaimana firman Allah swt. (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah swt..36

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, yang dimaksud ayat di atas merupakan ancaman kaum munafik dan orang-orang yang lemah imannya, kini ayat di atas mengarah kepada orang-orang beriman, memuji sikap mereka yang meneladani Nabi Muhammad saw. Ayat di atas menyatakan: Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad saw. Suri teladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih sayang Allah swt. dan kebahagian hari kiamat, serta teladan bagi mereka yang berzikir mengingat kepada Allah swt. dan menyebut-nyebut nama-Nya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.37

Adapun Menurut Drs. Mahyuddin, dalam bukunya Kuliah Akhlak Tasawuf, Akhlak terbagi beberapa kategori antara lain :

a) Bertaubat, yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.

36Kementerian Agama RI,Al-Qur'an dan Terjemahannya, h. 420.

37Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Cet, 1:

Jakarta: Lentara Hari, 2002), h. 242.

30

b) Bersabar, yaitu sautu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya, tetapi tidak berarti sabar itu menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi.

c) Bersyukur, yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang diberikan oleh Allah swt..

d) Bertawakkal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah swt. setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan suatu yang diinginkannya.

e) Ikhlas, yaitu sikap menjauhkan diri dari riya, ketika mengerjakan amal baik.38 Sedangkan akhlak kepada semua manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-hal negatif, seperti membunuh, menyakiti badan serta mengambil harta milik orang lain tanpa alasan yang benar, kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, mendo’akan, saling membantu dan lain-lain.39 Sedangkan akhlak kepada lingkungan meliputi akhlak terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang bernyawa lainnya. Hal ini dapat dicontohkan bahwa misalnya, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, memetik bunga sebelum mekar, menebang pohon yang menimbulkan kemudharatan dan lain sebagainya. Akhlak yang dikehendaki oleh Islam adalah menjaga kelestarian dan keselarasan dengan alam.40

Dari uraian diatas, dapat disebutkan bahwa akhlak adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh manusia baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam semesta, perbuatan ini memiliki dua bagian yaitu perbuatan yang terpuji dan yang

38Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 9-10.

39Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 151.

40Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 159.

tercela. Perbuatan yang terpuji adalah yang dianjurkan untuk dilaksanakan umat Islam, seperi perbuatan yang terpuji terhadap sesama manusia yaitu membantu seseorang yang sedang membutuhkan bantuan dan perbuatan yang terpuji terhadap alam semesta yaitu menyembelih hewan dengan menyebut nama Allah swt. atau meminta izin kepadanya, sedangkan perbuatan yang tercela adalah perbuatan yang dilarang untuk dilaksanakan seperti membunuh seseorang yang tidak memiliki kesalahan dan menyembelih hewan secara serta-merta tanpa menyebut nama Allah swt.

2. Jenis Pesan Dakwah

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu simbol-simbol.

Dalam literatur berbahasa arab, pesan dakwah disebut maudhu’ al-dau’wah. Istilah lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah” yang diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi maaddah al-da’wah. Sebutan yang terakhir ini bisa menimbulkan kesalah pahaman sebagai logistik dakwah. Istilah ini pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka yang ditulis itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah.

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu al-qur’an dan hadis. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu terhadap al-qur’an dan hadis, tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang dapat

32

berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat al-qur’an sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksud pembenaran atau dasar bagi kepentingan hawa nafsunya semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (al-qur’an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain al-Quran dan hadis).41

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa pesan dakwah melingkupi segala aspek pesan-pesan yang mengandung kebaikan dan tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Hadis. Pesan dakwah ini bisa di dapatkan dari berbagai macam bentuk seperti melalui perkataan, gambar, lukisan, perbuatan, dan lain sebagainya.

Dokumen terkait