• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan

E. Tinjaun Pustaka

Isu gender bukan hal yang baru. Dari beberapa penelitian terdahulu, penulis mengelompokkan ke dalam tiga kategori yang terdiri dari disertasi, tesis dan jurnal-jurnal ilmiah.

Disertasi:

Pada tahun 2018, Tinggal Purwanto menulis penelitian yang berjudul “Kesetaraan Gender dan Relasi Kuasa dalam Tafsir AL-Qur‟an Tematik Kementerian Agama Republik Indonesia”.

Disebutkan bahwa wacana kesetaraan gender merupakan upaya dalam menyetarakan tiga hal, yaitu:

1. Apresiasi, kesetaraan meliputi status gender, fungsi refroduksi, amal saleh dan aktivitas ibadah.

2. Aspirasi, kesetaraan meliputi ruang publik agar perempuan memiliki akses yang sama dengan laki-laki.

3. Partisipasi, kesetaraan meliputi upaya dalam men-counter pelarangan perempuan untuk terlibat aktif dan berkontribusi dalam kehidupan sosial masyarakat.

Berdasarkan temuan penulis penelitian tersebut, Al-Qur‟an tidak menunjukkan sikap keberpihakan terhadap laki-laki dan perempuan, justru memiliki tawaran yang jelas tentang kesetaraan gender dan tidak diskriminatif. Permasalahan muncul karena penafsiran tidak lepas dari unsur politik. Produk penafsiran snenatiasa sejalan dengan pemilik kepentingan. Demikian relasi kuasa-pengetahuan berperan penting dalam membentuk kebenaran dan menjadi landasan kehidupan.26

Purwanto menyoroti relasi kuasa perempuan dalam kesetaraan gender. Ia tidak melihat sisi peran dan potensi yang juga bisa menjadi

26 Tinggal Purwanto, “Kesetaraan Gender dan Relasi Kuasa dalam Tafsir Al-Qur‟an Tematik Kementerian Agama Republik Indonesia.” Disertasi. Yokyakarta: Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018, hal. 217-218.

penguat argumentasi kesetaraan gender. Dari sisi inilah yang menjadi pembeda penelitian yang akan penulis lakukan.

Tesis:

Helfina Afriyanti menulis penelitian yang berjudul “Peran Perempuan dalam Al-Qur‟an: Studi Epistemologi Penafsiran Amina Wadud dan Zaituna Subhan tehadap Isu Gender” tahun 2016.

Dalam kesimpulannya, Helfina menulis peran perempuan dalam Al-Qur‟an dapat dilihat dalam tiga hal, yakni:

1. Dalam perannya sebagai seorang hamba, potensi keimanan perempuan dan laki-laki sama. Setiap dari keduanya dilihat dari ketakwaannya dan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.

2. Dalam perannnya sebagai ibu rumah tangga, perempuan mempunyai peran kodrat sekaligus gender. Sudah menjadi kodrat perempuan untuk melahirkan dan menyusuhi. Namun, setelah melahirkan hak asuh dan mendidik anak bersifat fleksibel. Dalam konteks ini, perempuan dan laki-laki harus saling membantu untuk menciptakan keluarga yang harmonis.

3. Dalam perannya di ruang publik, perempuan dan laki-laki diberikan potensi yang sama oleh Allah swt., dan mereka berhak untuk mengembangkannya. Perempuan boleh berada di ruang domestik, juga boleh melakukan peran di ranah publik. Karena Al-Qur‟an tidak pernah menetapkan peran khsusus antara laki-laki dan perempuan di ruang lingkup sosial.27

Penelitian ini membatasi pada tiga peran penting, sementara itu perempuan multitasking (mampu berperan ganda). Salah satu tugas penting perempuan sebagai manusia yang belum sebutkan dalam penelitian di atas adalah khalifah. Demikian yang menjadi pembeda, sekaligus menjadi celah bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang konstruksi peran perempuan dalam kesetaraan gender.

Jurnal-jurnal Ilmiah:

Hasnani Siri “Gender dalam Perspektif Islam”. Hasil penelitian ini mengungkapkan enam prinsip dasar kesetaraan gender, yaitu: (1) perempuan dan laki-laki setara sebagai hamba Allah, (2) perempuan dan laki-laki setara sebagai khalifah Allah, (3) perempuan dan laki-laki setara sebagai penerima perjanjian primordial, (4) perempuan dan laki-laki setara sebagai makhluk yang terlibat drama kosmis, (5) perempuan dan

27 Helfina Afriyanti, “Peran Perempuan dalam Al-Qur‟an: Studi Epistemologi Penafsiran Amina Wadud dan Zaituna Subhan tehadap Isu Gender.” Tesis. Yokyakarta:

Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2016, hal. 187-188.

laki-laki setara sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memperoleh prestasi.28 Penelitian ini lebih mendekati dengan apa yang akan penulis teliti, namun pendekatannya berbeda. Penulis menggunakan kajian tafsir kontemporer untuk menganalisis argumentasi kesetaraan gender dalam Al-Qur‟an.

Maslamah dan Suprapti Muzani “Konsep-konsep tentang Gender Perspektif Islam”. Tulisan ini menjelaskan tentang bias posisilaki-laki dan perempuan disebabkan oleh kekeliruan dalam memahami petunjuk teks. Masyarakat cenderung menginterpretasikan teks Al-Qur‟an atas secara tekstual tanpa melihat lebih dalam pesan yang ingin disampaikan oleh Al-Qur‟an. Faktanya, Islam tidak mengajarkan bentuk diskriminasi dalam kehidupan manusia.29 Namun, penelitian ini tidak membicarakan bagaimana argumentasi peran perempuan dalam kesataraan gender dikontruksi.

Bustami Saladin “Implementasi Linguisik tentang Gender dalam Al-Qur‟an terhadap Hukum Islam”. Disebutkan bahwa perbedaan makna menyebabkan terjadinya perbedaan hukum yang berimplikasi terhadap kesetaraan gender. Dimana perbedaan pendapat yang muncul dan perlakuan didasari atas perbedaan jenis kelamin. Dalam budaya budaya patriarki tidak menguntungkan posisi perempuan, karena cenderung diskriminatif.30 Penelitian ini fokus mengkaji term-term kunci yang berhubungan dengan gender, kemudian menunjukkan implikasinya dalam hukum. Sementara itu, penulis akan melakukan kajian tidak terbatas pada persoalan implikasi hukum saja, namun lebih luas. Seperti mengkaji aspek sosiologi, biologis dan hakikat perempuan dalm Al-Qur‟an.

Nazaruddin “Posisi Gender dalam Perspektif Hukum Islam”.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan diberikan kebebasan oleh Allah swt. untuk mengembangkan potensi yang diberikan kepadanya. Mereka dapat meniti karir dan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Demikian bukti kesetaraan dan kesederajatan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam Islam.31 Penelitian ini berbicara

28 Hasnani Siri, “Gender dalam Perspektif Islam,” dalam Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 7 No. 2 Tahun 2014, hal. 250.

29 Maslamah dan Suprapti Muzani, “Konsep-konsep tentang Gender Perspektif Islam,” dalam Jurnal Sawwa, Vol. 9 No. 2 Tahun 2014, hal. 285.

30 Bustami Saladin, “Implementasi Linguisik tentang Gender dalam Al-Qur‟an terhadap Hukum Islam,” dalam Jurnal Okara, Vol. I No. 6 Tahun 2011, hal. 42.

31 Nazaruddin, “Posisi Gender dalam Perspektif Hukum Islam,” dalam Jurnal Al-Qadâu, Vol. 2 No. 2 Tahun 2015, hal. 235.

tentang kebebasan. Berbeda dengan penulis akan menunjukkan bahwa peran perempuan luas, tidak terbatas pada ranah domestik.

Sarifah Suhra “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Implikasinya terhadap Hukum Islam”. Disebutkan, term gender digunakan untuk mengidentifikasi laki-laki dan perempuan dalam tinjauan sosial budaya (social constructions) yang tidak bersifat kodrati.

Berbebeda dengan term sex yang mengidentifikasi kedua makhluk Allah tersebut atas dasar aspek biologis. Adapun implementasi kesetaraan gender perspekti Al-Qur‟an terlihat pada trasnformasi hukum Islam yang bertalian dengan isu kesetaraan perempuan dan laki-laki. Di antaranya hukum pewarisan dan hukum poligami.32 Meskipun penelitian ini berupaya memahami makna kesetaraan gender dalam perspketif Al-Qur‟an, namun ia hanya sampai pada pemetaan hukum-hukum yang berlaku bagi perempuan dan laki-laki.

Dari tinjauan pustaka di atas, terlihat banyak mengarah kepada persoalan bagaimana memaknai gender dan implikasinya terhadap hukum Islam. Di sini terdapat perbedaan mendasar dengan penelitian yang penulis angkat. Dimana penulis akan memaparkan ragam dan perkembangan diskursus tafsir tentang kesetaraan gender;

mendeskripsikan fondasi dan prinsip-prinsip yang digunakan oleh para tokoh dalam menafsirkan permasalahan kesetaraan gender; serta menjelaskan apa tawaran Al-Qur‟an terhadap konstruksi peran perempuan dalam konteks kekinian yang bermuarah kepada kesetaraan gender.

F. Metode Penelitian

Dokumen terkait