• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjaun Tentang Teori Perencanaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2. Daya Tarik Wisata

2.3 Landasan Teori

2.3.2 Tinjaun Tentang Teori Perencanaan

Menurut Gunn (1994:60) ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan dalam perencanaan daya tarik wisata, diantaranya:

1. Penciptaan dan pengelolaan daya tarik wisata

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik wisata adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum adapengelolaan yang baik daya tarik wisata belum dapat difungsikan dan dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan dapat merusak sumber-sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata, perlu juga diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang lain seperti tempat parkir, tour dan interpretasi.

2. Pengelompokan daya tarik wisata

Sebuah data tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak waktu dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati wisatawan. Sistem pariwisata masal seperti kereta api cepat dan transportasi

32

udara mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan perjalanan sebelum puas menikmati daya tarik wisata yang sedang dikunjungi dengan baik. Alat-alat transportasi ini juga mendorong perencanaan beberapa daya tarik wisata harus berdekatan. Karena itu kunjungan ke daya tarik wisata utama sebaiknya dikelompokkan atau digabung dengan daya tarik wisata pelengkap yang lain. Contoh: kunjungan ke taman nasional sebagai atraksi utama, menawarkan banyak atraksi wisata alam pelengkap seperti pemandangan, hiking, konservasi kehidupan liar, topografi yang menantang dan tempat rekreasi di luar ruangan.

3. Gabungan atraksi dan pelayanan

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan dukungan pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa kurang lengkap apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung seperti akomodasi dan restoran, dan pelayanan pelengkap seperti penjualan film, obat-obatan dan cinderamata. Karena itu, daya tarik wisata yang agak jauh atau terpencil minimal menyediakan pelayanan makanan, toilet dan pusat-pusat pelayanan pengunjung (visitor centers).

4. Lokasi daya tarik wisata ada di daerah pedesaan dan perkotaan

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat mendukung pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar ada yang lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah pedesaan, karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan kontrol

33

terhadap daya tarik wisata yang masih alami seperti perkebunan dan jalan-jalan pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat-tempat ini cocok untuk pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah paket perjalanan. Teori perencanaan tersebut digunakan untuk merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata budaya di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan.

Suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut; (a) Logis, yaitu bias dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, (b) Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan, dan (c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah (apsturusi, 2008). Selain itu juga Paturusi (2008) mengemukakan orientasi perencanaan ada dua yaitu;

1. Perencanaan berdasarkan pada kecendrungan yang ada (trend oriented

planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa

yang akan dating, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini.

2. Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di masa yang akan dating merupakan factor penentua.

Proses perencanaan adalah sebgai berikut; (a) Atraksi wisata dan aktivitasnya, (b) Fasilitas akomodasi dan pelayanan, (c) Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, retail

34

shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos,

(d) Fasilitas dan pelayanan tranportasi, (e) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbah dan telekomunikasi, dan (f) Elemen kelembagaan yang meliputi prigram pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi structural private dan pulic serta prigram social ekonomi dan lingkungan.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu daeah tujuan wisata atau atraksi wisata yang merupakan suatu proses yang dinamis penentuan tujuan, yang secar sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, social, politik) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya (Paturusi, 2008).

Menurut Ridwan (2012:39-52) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) pendekantan perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan diaplikasikan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu; (1) pendekaan pemberdayaan masyarakat local, (2) pendekatak berkelanjutan, (3) pendekatan kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan, (5) pendekatan dari sisi penawaran (supplay) dan permintaan (demand).

Salah satu pendekatan yang perlu dilaplikasikan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah pendekatan penawaran dan permintaan (supplay and demand) selain beberapa pendekatan seperti yang

35

diuraikan diatas. Pendekatan tersebut diprlukan untuk menunjang perkembangannya. Sebab, dalam pengembangan destinasi pariwisata pada dasarnya adalah mencari titik temu antara permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan dalam pengembangan destinasi pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisata (penawaran) yang ada di destinasi dan pasar wisatawan (permintaan), baik yang actual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut, sehingga titik temu dari kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan demikian produk wisata yang akan dijual sesuai dengan permintaan (kebutuhan dan keinginan wisatawan). 2.3.3Analisis SWOT Dalam Perencanaan

Damanik dan Waber (2006) mengemukakan, dalam pengembangan organisasi dalam menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran dikenal suatu kegiatan analisis yang dikenal sebagai SWOT Analysisyakni menganalisis kekuatan

(strong), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan aancaman

(threat).Pelaksanaan analisis SWOT ini untuk melengkapi studi kelayakan.

Unsur-unsur SWOT analysis untuk mengetahui berbagai factor yang menjadi kekuatan, kelamahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor itu jika dikaji dapat bersumber dari dalam sebagai sumber internal maupun bersumber dari luar sebagai sumber eksternal.

Hasil yang dilakukan secara baik akan memberi informasi tentang factor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam suatu objek atau kawasan wisata, jika kekuatan lebih tinggi sekornya tentu dapat memberi sinyal untuk ditindaklanjuti perencanaanya. Di sisi lain jika peluang sekornya tinggi dan

36

ancaman lebih kecil tentu juga merupakan isyarat untuk pengembangannya ditindaklanjuti. Jika kondisi sebaliknya terjadi dimana skor tantangan an ancaman lebih tinggi tentu menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata (Arjana, 2015).

Dokumen terkait