• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

A. Metode Pembelajaran Kooperatif 1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

a. JIGSAW

Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan- rekannya (1978). Dalam metode ini, siswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 anggota dengan karakteristik yang heterogen. Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari satu bagian dari materi yang disampaikan oleh guru dan bertanggungjawab untuk mempelajari materi tersebut. Kemudian setiap siswa menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain dengan topik yang sama. Selanjutnya para siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajar kembali sesama anggota yang lain mengenai materi yang telah dipelajari bersama tersebut. Setelah berdiskusi dalam kelompok, para siswa dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru.

Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Keunggulan yang lain adalah meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

b. Teams Game Tournament (TGT)

Metode ini dirancang dan dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada tahun 1990. Dalam metode ini siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat akademik, kinerja, jenis kelamin dan suku. Metode TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa sebagai

tutor bagi sesamanya serta mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan yang sehat dan keterlibatan belajar.

Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar, serta jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tipe TGT tak dapat berjalan dengan baik.

c. Group Investigation (GI)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan awal baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk berkemampuan yang baik dalam komunikasi dan ketrampilan proses memiliki kelompok. Dalam metode ini para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Para siswa dibebaskan untuk memilih anggotanya sendiri dengan jumlah empat hingga lima siswa. Kelompok ini kemudian memilih topik- topik dari bab yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Secara umum langkah-langkah metode GI

adalah seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Metode kooperatif tipe TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual yang dirancang khusus bagi siswa yang belum siap untuk menerima materi yang lebih kompleks atau mendalam. Pada metode ini, tim belajar terdiri atas tiga sampai empat orang yang memiliki kemampuan berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja yang baik.

e. Numbered Head Together (NHT)

Metode NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjas sama mereka.

Langkah-langkah pembelajaran metode NHT adalah; siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen dan setiap siswa mendapatkan nomor, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini, dan terakhir adalah guru memanggil satu nomor dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. f. Think Pair Share (TPS)

TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola pikir siswa.Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja

samadengan orang lain. Dalam tipe ini tim belajar siswa terdiri atas tiga sampai empat orang. Keunggulan dari TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa.Bila dibandingkan dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, maka metode ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Langkah-langkah metode TPS adalah guru menyajikan materi secara klasikal, menyampaikan persoalan kepada siswa, dan siswa berpasangan dengan teman sebangku, presentase kelompok, kuis individual, membuat skor perkembangan tiap siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan.

g. Student Team Achievment Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Unsur-unsur penting dalam STAD adalah guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim, kemudian seluruh siswa diberikan tes mengenai materi yang telah dipelajari. Pada saat tes siswa diminta untuk bekerja sendiri.

Pembahasan selengkapnya mengenai STAD akan dibicarakan pada sub bab berikut.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan :

1) Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari

keterbatasannya dan menerima segala perbedaan.

4) Membantu siswa untuk semakin memupuk rasa tanggungjawab dalam diri

siswa.

5) Dengan interaksi dengan sesama tim, siswa dapat meningkatakan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

b. Kelemahan:

1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat

oleh sesamanya yang memiliki tingkat kemampuan akademik rendah. 2) Penggunaan waktu yang relaitif lama, serta jika kemampuan guru sebagai

motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tak dapat berjalan dengan baik.

Dokumen terkait