• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta pada pokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta pada pokok "

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

vii

RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah, (3)Keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) Respon siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C yang masing-masing berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : Pembelajaran menggunakan metode STAD dan Metode Ceramah, Tes Prestasi, Pengisian Angket dan Pengamatan Keterlibatan Siswa.

Tes prestasi yang diberikan berupa tes esay yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi alat optik. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode STAD dan Ceramah. Pengamatan digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode STAD.

(2)

ABSTRACT

Comparison of Physics Learning Achievement, Involvement, and Students' Response, between Cooperative Learning Method type STAD and Lecture Method to 8th Grade Students of Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in Optical Instruments Subject

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

The purposes of this study were to determine: (1) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method, (3) Pangudi Luhur Junior High School students' involvement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (4) Pangudi Luhur Junior High School students' response in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (5) Learning achievement difference in optical instruments subject between cooperative learning method type STAD and lecture method.

The study was conducted in April and May 2012 at Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta. Samples of this study were students from class VIII A and VIII C, represented each by 40 students. Datas collection conducted in 4 stages : learning using STAD and lecture method, achievement test, questionnaire completion, and observation of students' involvement.

Achievement tests given was in the form of an essay test that aimed to determine the students' understanding of the optical instrument subject. Completion of questionnaire conducted to study the response of students to STAD and lecture method. Observation was used to determine students' involvement in learning using the STAD method.

(3)

i

METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

YULIANA BUIK NIM : 081424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)

v

M OT T O D AN PERSEM BAH AN

Diberkatilah Orang Yang Mengandalkan Tuhan, Yang

Menaruh Harapan Pada Tuhan

Yer, 17. 7

A dalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu

membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda

menjelaskan simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara.

Albert Einstein

(8)
(9)

vii

RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah, (3)Keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) Respon siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C yang masing-masing berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : Pembelajaran menggunakan metode STAD dan Metode Ceramah, Tes Prestasi, Pengisian Angket dan Pengamatan Keterlibatan Siswa.

Tes prestasi yang diberikan berupa tes esay yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi alat optik. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode STAD dan Ceramah. Pengamatan digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode STAD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 60% siswa memenuhi KKM dan 40% siswa tidak memenuhi standar KKM (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah adalah 69% memenuhi KKM dan 31% tidak memenuhi standar KKM. (3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode STAD adalah baik. Data keterlibatan diambil 34 (dari 43) siswa yang selalu hadir saat dilakukan pengamatan terhadap keterlibatan siswa menunjukkan keterlibatan siswa baik yaitu terdapat 21 siswa. (4) Respon siswa terhadap metode STAD dan metode ceramah sama-sama baik. Terdapat 30 (dari 44 siswa, 3 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode STAD dan 27 (dari 43 siswa, 1 tidak hadir) siswa yang memberikan respon baik terhadap metode ceramah. (5) Tidak ada perbedaan prestasi antara pembelajaran dengan menggunakan STAD dan metode ceramah. Hasil

(10)

ABSTRACT

Comparison of Physics Learning Achievement, Involvement, and Students' Response, between Cooperative Learning Method type STAD and Lecture Method to 8th Grade Students of Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in Optical Instruments Subject

Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma

2013

The purposes of this study were to determine: (1) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method, (3) Pangudi Luhur Junior High School students' involvement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (4) Pangudi Luhur Junior High School students' response in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (5) Learning achievement difference in optical instruments subject between cooperative learning method type STAD and lecture method.

The study was conducted in April and May 2012 at Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta. Samples of this study were students from class VIII A and VIII C, represented each by 40 students. Datas collection conducted in 4 stages : learning using STAD and lecture method, achievement test, questionnaire completion, and observation of students' involvement.

Achievement tests given was in the form of an essay test that aimed to determine the students' understanding of the optical instrument subject. Completion of questionnaire conducted to study the response of students to STAD and lecture method. Observation was used to determine students' involvement in learning using the STAD method.

The results showed that: (1) Pangudi Luhur I Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD were 60% students meet KKM and 40% students didnt meet KKM standard. (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method were 69% students meet KKM and 31% students didnt meet KKM standard. (3) The students' involvement in learning using STAD method was good. Based on data from 34 students who were always present at the observation, there were 21 students willing to be involved. (4) Students' response to the STAD and Lecture Method was equally good. There were 30 or 75 % students that gave good response to the STAD Method and 27 or 60% students that gave good response to the Lecture Method. (5) There was no difference between learning achievement using STAD and Lecture Method.

(11)

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur yang berlimpah, penulis haturkan ke hadirat Allah yang

maha Kuasa atas kebesaran kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Perbandingan antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan

dan Respon Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta pada Pokok Bahasan Alat Optik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini karena

karya kasih Tuhan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof . Dr. Paul Suparno, S.J., MST, selaku dosen Pembimbing, yang sangat

sabar dan penuh semangat, teliti, perhatian dan kritis mendampingi dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Drs. A. Atmadi, M. Si, selaku ketua Program Studi Program Studi Pendidikan

Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

DharmaYogyakarta.

3. Semua dosen Pendidikan Fisika yang telah memperkaya penulis dengan

(12)

4. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd selaku Kepala SMP Pangudi Luhur I,

Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

5. BapakTarjo dan Bapak Yuli, selaku guru Bidang Studi Fisika Kelas VIII

SMP Pangudi Luhur I, Yogyakarta yang dengan semangat membantu dan

mendukung penulis dalam penelitian.

6. Segenap staf guru dan karyawan, serta siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

I Yogyakarta, yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam

penelitian.

7. Pak Sugeng, Mbak Heni dan Mas Arif, selaku karyawan sekretariat JPMIPA

yang dalam kesibukan tetap setia melayani penulis berkaitan dengan

administrasi tugas-tugas studi.

8. Suster-Suster Misi Adorasi dari Santa Familia MASF Indonesia, yang telah

memberikan penulis kesempatan untuk memperkaya pengalaman, ilmu

pengetahuan, serta mendukung saya dengan doa, kasih, dan perhatian agar

tetap semangat dalam perutusan studi.

9. Para saudari sekomunitas Dawung Wetan Surakarta; Sr. Euphrasia, Sr.

Petronela, Sr. Margareti, Sr. Vianey, dan teman-teman di asrama, terima

kasih ya atas segala dukungan doa, kasih, perhatian, dan kritikan yang telah

membuat penulis setia untuk menyelesaikan tugas perutusan studi.

10. Bapak, Mamadan adik-adik tercinta, yang selalu mendoakan,

memperhatikan, dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan studi

(13)

11. Enggar, Leo dan Mitha yang telah setia menemani penulis dalam melakukan

penelitian.

12. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2008 terima kasih untuk

segala dukungan yang penulis alami bersama kalian selama studi.

13. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Kasih Tuhan menyertai anda semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Februari 2013

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR LAMPIRAN xvi

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xix

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Rumusan Permasalahan 5

C.Tujuan Penelitian 6

D.Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORI 7

(15)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 7

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 8

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 10

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 11

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 14

B.Student Team Achievment Division (STAD) 15

1. Komponen-Komponen STAD 16

a. Presentasi di Kelas 16

b. Tim 17

c. Kuis 18

d. Skor Kemajuan Individual 18

e. Rekognasi Tim 18

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 19

C.Metode Ceramah 20

1. Pengertian Metode Ceramah 20

2. Sifat Metode Ceramah 21

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah 22

D.Prestasi Belajar 23

E.Alat-alat Optik 24

1. Mata dan Kamera 24

2. Lup dan Mikroskop 33

3. Teropong dan Periskop 36

F. Kaitan Teori dengan Penelitian 39

BAB III METODOLOGI 39

A.Desaign Penelitian 39

B.Subyek Penelitian 39

C.Waktu dan Tempat Penelitian 39

D. Treatment 40

E.Instrumen 45

(16)

G.Metode Analisis yang Digunakan 49

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA 54

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 54

B.Data Penelitian 55

1. Tes Prestasi, Respon dan Keterlibatan Siswa

dengan menggunakan Metode STAD 57

2. Tes Prestasi Siswa dan Respon Siswa

dengan menggunakan Metode Ceramah 58

C.Perhitungan Statistik 60

1. Tes Prestasi Siswa dengan menggunakan Test T

untuk 2 group independen 60

2. Keterlibatan Siswa dengan menggunakan Metode STAD 63

3. Angket Respon Siswa dengan menggunakan Metode STAD

dan Ceramah 64

D.Analisis 64

BAB V PENUTUP 67

A.Kesimpulan 67

B.Saran 68

C.Keterbatasan Penelitian 68

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Melakukan Penelitian 72

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 73

Lampiran 3 : RPP Metode STAD 74

Lampiran 4 : RPP Metode Ceramah 80

Lampiran 5 : Soal Tes Prestasi 85

Lampiran 6 : Kunci Jawaban Tes Prestasi 89

Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa 93

Lampiran 8 : Kunci Jawaban LKS 108

Lampiran 9 : Kuis – kuis 115

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Kuis 117

Lampiran 11 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa 119

Lampiran 12 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 122

Lampiran 13 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode Ceramah 124

Lampiran14 : Contoh Pengisian Kuis – kuis 126

Lampiran 15 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa

(18)

Lampiran 16 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa

Terhadap Metode Ceramah 129

Lampiran 17 : Contoh Pengisian Tes Prestasi 130

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kemiripan Antara Kamera Dan Mata 32

Tabel 2. Daftar Peringkat Siswa 40

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Prestasi 45

Tabel 4. Tes Prestasi 46

Tabel 5. Uraian Format Pengamatan Perilaku Berkarakter 47

Tabel 6. Skor Tiap Item Soal 49

Tabel 7. Perolehan Nilai Siswa 50

Tabel 8. Klasifikasi Skor Berdasarkan KKM 51

Tabel 9. Rentang Interval Keterlibatan 52

Tabel10. Rentang Interval Angket 53

Tabel 11. Jadwal Penelitian dan Proses Pengumpulan Data 54

Tabel 12. Tes Prestasi dan Respon Siswa 56

Tabel 13. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa 57

Tabel 14. Tes Prestasi dan Respon Terhadap Metode Ceramah 58

Tabel 15. Hasil Klasifikasi Skor

Berdasarkan KKM dan Persentase Kelas 60

(20)

Metode STAD dan Metode Ceramah 61

Tabel17. Pengamatan Keterlibatan Siswa terhadap metode STAD 63

Tabel 18. Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 63

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian-bagian Mata 5

Gambar 2. Kamera dan Bagian-bagiannya 31

Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera 32

Gambar 4. Lup dan Pembentukan Bayangan 34

Gambar 5. Mikroskop dan Bagian-bagiannya 35

Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop 36

Gambar 7. Pembentukan Bayangan pada Teropong 37

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat modern dewasa ini mengharapkan pendidikan yang baik dan

mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Menurut UU no. 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Profesional adalah pekerjaan

atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Guru profesional merupakan sebuah faktor yang menentukan pendidikan yang

berkualitas karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Rusman,

2010: 59). Dalam proses pembelajaran guru sebaiknya tidak sekedar mentransfer

ilmu melainkan menjadi manajer balajar yang baik bagi anak didiknya. Dalam hal

ini guru diharapkan dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar

yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan

(23)

Hal senada juga dijelaskan dalam teori konstruktivisme yang juga menekankan

bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut pandangan

konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus

menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru (Slavin dalam Trianto

2010: 74).

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki

tujuan utama yaitu memberikan pengetahuan kepada anak didiknya sebagai

produk dan proses. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa sistem

pembelajaran saat ini lebih menekankan produk dari pada proses. Dalam belajar

fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika sehingga usaha guru

harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari

fisika sendiri (Suparno, 2007:2).

Kunci kesuksesan siswa dalam belajar fisika adalah pada kemampuan

memahami tiga hasil pokok fisika yaitu konsep (pengertian), hukum atau

azas-azas, dan teori-teori.Hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan

pemahaman siswa adalah komunikasi antara guru dan siswa di mana dengan

komunikasi ini diharapkan mereka saling membantu.Selama ini pembelajaran

fisika masih sebatas menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja.Menurut Nur dan

Wikandari dalam Trianto (2010), untuk itu perlu dikembangkan suatu

pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.

Menurut Mulyasa (2003: 41) agarsiswa belajar secara aktif guru perlu

(24)

tinggi.Salah satu konsep strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran

kooperatif (cooperatif learning).Strategi ini merupakan salah satu strategi yang

akhir-akhir ini mendapat sorotan utama bahkan dianjurkan oleh para ahli

pendidikan untuk digunakan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan strategi cooperatif

learning mampu meningkatkan prestasi belajar siswa bahkan secara khusus dalam

pembelajaran fisika. Model pembelajaran kooperatif dibedakan dalam beberapa

tipe, antara lain; STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw, Jigsaw

II,Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game Tournament (TGT),Group

Investigation (GI) dan metode struktural .

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti PPL, peneliti merasa

pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang oleh sebagian siswa menjadi

pelajaran yang berat dan sulit dipahami.Bahkan ada yang merasa tidak penting

belajar fisika.Tentu saja ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah

satu faktor penyebabnya adalah cara penyajian meteri oleh guru yang cenderung

monoton dan guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajarannya. Hal inilah

yang mendorong peneliti memilih menerapkan metode pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran fisika.

Materi optik adalah salah satu kajian fisika yang mencakup Mata dan Kamera,

Lup dan Mikroskop dan alat-alat optik lainnya. Pada kurikulum IPA SMP/MTS

2004/ KTSP materi ini diberikan kepada siswa kelas VIII pada semester 2 dan

Standar Kompetensi (SK) 6 yaitu memahami konsep dan penerapan getaran,

(25)

Keseluruhan penjabaran di atas melahirkan sebuah gagasan untuk melakukan

upaya mengatasi permasalahan pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan

prestasi belajar fisika.Upaya yang ingin diterapkan adalah dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe

metode pembelajaran kooperatif.Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan

rekan-rekannya di Universitas John Hopkins.Metode ini dipandang sebagai

metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling

banyak diaplikasikan. STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang

baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin 2005:143).

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan metode ini dalam

pembelajaran fisika di SMP Pangudi Luhur I. Berdasarkan observasi, peneliti

menemukan bahwa metode ini belum diterapkan di SMP Pangudi Luhur I. Pada

umumnya guru-guru fisika di sekolah ini, masih sering menggunakan metode

ceramah dalam pembelajaran fisika yang dianggap praktis dan tidak

membutuhkan waktu yang lebih banyak.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka peneliti memilih judul : “Perbandingan

antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan dan Respon Siswadengan

Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIIISMP Pangudi

(26)

B. Rumusan Permasalahan

Masalahyang dapat diangkat berdasarkan latar belakang di atas adalah :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik

dengan metode pembelajaran kooperatif STAD?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik

dengan metode ceramah?

3. Bagaimana keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD?

4. Bagaimana respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

5. Metode pembelajaran manakah (STAD dan ceramah) yang lebih baik

digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari

alat-alat optik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat

optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat

optik dengan metode ceramah.

3. Mengetahui keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran

(27)

4. Mengetahui respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

5. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

metode ceramah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah:hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

pembelajaran fisika.

2. Bagi guru: penelitian ini sebagai sumbangan untuk memilih metode dan

media pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran untuk mata

pelajaran fisika.

3. Bagi siswa: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu

menumbuhkan keaktifan dan interaksi saat pembelajaran, motivasi belajar

dan minat siswa sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar

fisika.

4. Bagi Penelitian Pendidikan Fisika: penelitian ini dapat dijadikan salah satu

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah bentuk pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling

berinteraksi mencapai tujuan pembelajaran. Slavin (dalam Rusman 2010: 201),

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi

secara aktif dan positif dalam kelompok.Interaksi yang terjadi dalam

pembelajaran ini merupakan interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi

antara siswa dengan guru. Guru cukup berperan sebagai menjadi fasilitator bagi

siswa. Metode pembelajaran kooperatif merupakan sebuah metode pembelajaran

yang sudah banyak digunakan bahkan dianjurkan oleh para ahli

pendidikan.Metode pembelajaran kooperatif ini dikembangkan dari teori belajar

konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Hal ini didasarkan

pada penelitian Piaget yang pertama dan dikemukakan bahwa pengetahuan itu

dibangun dalam pikiran anak (Ratna dalam Rusman 2010:201)

Menurut Rusman (2010:206) ada dua komponen pembelajaran kooperatif,

yakni: tugas kerja sama dan struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama

berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama

dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif

kerja sama merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk

(29)

Johnson & Johnson dalam Anita Lie (2008: 7) mengatakan bahwa ada banyak

data yang menunjukkan bahwa suasana kooperatif menghasilkan prestasi yang

lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis daripada

suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2008: 31), untuk mencapai hasil yang maksimal dalam

pembelajaran kooperatif ada lima unsur yang harus diterapkan antara lain:

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam belajar bersama keberhasilan suatu penyelesaian tugas tergantung pada

usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok.Oleh karena itu ada

ketergantungan antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota hendaknya

mendapatkan tugas sesuai kemampuan masing-masing. Hendaknya setiap anggota

memiliki kesanggupan untuk saling membantu dan menciptakan kerja sama yang

baik dalam kelompok.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam belajar bersama ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, yaitu mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok dan kedua menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. Upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan menumbuhkan rasa memiliki dalam diri setiap anggota,

(30)

rata tugas kepada setiap anggota dan menciptakan suasana saling mendukung,

melengkapi, terikat dan berhubungan antar siswa dalam tim.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota kelompok,

maka masing-masing anggota perlu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan

oleh kelompok kepadanya. Pertanggungjawaban ini akan nampak bila dilakukan

pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Untuk itu setelah belajar bersama

setiap anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

c. Tatap Muka

Unsur ini sangat penting untuk mengembangkan interaksi interpersonal antar

anggota kelompok. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

perbedaan, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota.

d. Komunikasi Antar Anggota

Ketrampilan berkomunikasi perlu dilatih, maka guru harus membekali siswa

dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa

dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik.

Tentu saja dibutuhkan proses yang panjang agar siswa dapat menjadi komunikator

yang baik. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dari guru untuk melatih dan terus

(31)

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dilakukan untuk melihat proses kerja sama dalam kelompok dan hasil

kerja sama siswa agar tercipta kerja sama yang baik dan efektif.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kindsvater dkk, dalam Suparno (2007:135), pembelajaran kooperatif

memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan hasil belajar lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan

siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama,

sehingga masing-masing mendapatkan hasil positif.

b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa

lemah menjadi minder. Dengan belajar kompetitif siswa yang lemah akan sulit

maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai. Sedangkan dengan belajar

bersama ini justru yang lemah dibantu untuk maju.

c. Memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar, hubungan

antar siswa makin akrab dan kerja sama antar mereka akan semakin lebih baik.

d. Bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar

ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi

pengetahuan lewat bekerja sama dengan teman, dan belajar bersama dengan

(32)

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

a. JIGSAW

Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

rekan-rekannya (1978). Dalam metode ini, siswa dibagi menjadi beberapa tim yang

anggotanya terdiri dari 4 atau 5 anggota dengan karakteristik yang heterogen.

Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari satu bagian dari materi

yang disampaikan oleh guru dan bertanggungjawab untuk mempelajari materi

tersebut. Kemudian setiap siswa menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain dengan topik yang sama. Selanjutnya para siswa kembali ke

kelompok asal untuk mengajar kembali sesama anggota yang lain mengenai

materi yang telah dipelajari bersama tersebut. Setelah berdiskusi dalam kelompok,

para siswa dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah disampaikan

oleh guru.

Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

pembelajaran orang lain. Keunggulan yang lain adalah meningkatkan kerjasama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

b. Teams Game Tournament (TGT)

Metode ini dirancang dan dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada

tahun 1990. Dalam metode ini siswa ditempatkan dalam tim belajar yang

beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut

tingkat akademik, kinerja, jenis kelamin dan suku. Metode TGT merupakan salah

(33)

tutor bagi sesamanya serta mengandung unsur permainan dan penguatan.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan yang sehat dan

keterlibatan belajar.

Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu penggunaan waktu yang relatif

lama dan biaya yang besar, serta jika kemampuan guru sebagai motivator dan

fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tipe TGT tak dapat

berjalan dengan baik.

c. Group Investigation (GI)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan

diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI

melibatkan siswa sejak perencanaan awal baik dalam menentukan topik maupun

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk

berkemampuan yang baik dalam komunikasi dan ketrampilan proses memiliki

kelompok. Dalam metode ini para siswa bekerja dalam kelompok kecil

menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan

proyek kooperatif. Para siswa dibebaskan untuk memilih anggotanya sendiri

dengan jumlah empat hingga lima siswa. Kelompok ini kemudian memilih

topik-topik dari bab yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik-topik-topik ini

menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk

(34)

adalah seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan

sintesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Metode kooperatif tipe TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pengajaran individual yang dirancang khusus bagi siswa yang belum siap untuk

menerima materi yang lebih kompleks atau mendalam. Pada metode ini, tim

belajar terdiri atas tiga sampai empat orang yang memiliki kemampuan berbeda

dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja yang baik.

e. Numbered Head Together (NHT)

Metode NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif

dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa. Selain itu teknik ini juga mendorong

siswa untuk meningkatkan semangat kerjas sama mereka.

Langkah-langkah pembelajaran metode NHT adalah; siswa dibagi dalam

kelompok yang heterogen dan setiap siswa mendapatkan nomor, guru

memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok

memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota

kelompok mengetahui jawaban ini, dan terakhir adalah guru memanggil satu

nomor dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

f. Think Pair Share (TPS)

TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan tipe pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola pikir siswa.Metode ini

(35)

samadengan orang lain. Dalam tipe ini tim belajar siswa terdiri atas tiga sampai

empat orang. Keunggulan dari TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa.Bila

dibandingkan dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju

dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, maka metode ini memberi

kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk

dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Langkah-langkah metode TPS adalah guru menyajikan materi secara klasikal,

menyampaikan persoalan kepada siswa, dan siswa berpasangan dengan teman

sebangku, presentase kelompok, kuis individual, membuat skor perkembangan

tiap siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan.

g. Student Team Achievment Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Unsur-unsur

penting dalam STAD adalah guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim,

kemudian seluruh siswa diberikan tes mengenai materi yang telah dipelajari. Pada

saat tes siswa diminta untuk bekerja sendiri.

Pembahasan selengkapnya mengenai STAD akan dibicarakan pada sub bab

berikut.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan :

1) Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

(36)

2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan kata-kata

secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari

keterbatasannya dan menerima segala perbedaan.

4) Membantu siswa untuk semakin memupuk rasa tanggungjawab dalam diri

siswa.

5) Dengan interaksi dengan sesama tim, siswa dapat meningkatakan motivasi

dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

b. Kelemahan:

1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat

oleh sesamanya yang memiliki tingkat kemampuan akademik rendah.

2) Penggunaan waktu yang relaitif lama, serta jika kemampuan guru sebagai

motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif

tak dapat berjalan dengan baik.

B. Student Team Achievment Division(STAD)

Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan rekan-rekannya di

Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak diaplikasikan.

STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang baru memulai

(37)

1. Student Team Achievment Division (STAD) terdiri atas lima komponen utama, antara lain:

a. Presentasi di kelas

Langkah awal yang dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi dalam

bentuk presentasi di kelas.Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang

seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.Namun guru

harus dapat menyampaikan prensentasi ini dengan metode STAD.

Presentasi materi oleh guru menurut Good, Grows dan Ebmeir (dalam Indriyani,

2009: 12) mencakup tiga hal yaitu :

1) Pembukaan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari itu dan alasan

mengapa hal itu dipelajari. Guru bisa membangkitkan keingintahuan siswa dengan

menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari atau dengan

demonstrasi yang mengundang pertanyaan. Guru membahas ketrampilan materi

atau prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran secara singkat.

2) Pengembangan Presentasi

Dalam meyampaikan materi diusahakan agar materi tidak menyimpang dari

materi yang diujikan. Guru harus memfokuskan pada makna bukan sekedar

hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan

dengan menggunakan alat bantu visual, alat peraga dan lain-lain.

Presentasi dapat dilakukan sebagai berikut :

(38)

 Guru selalu menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu

jawaban salah, kecuali jika memang tidak jelas.

 Segera melanjutkan materi, jika siswa telah menangkap pengertian dari

materi yang disampaikan.

3) Latihan Terbimbing

Latihan terbimbing dapat dilakukan sebagai berikut :

 Guru meminta siswa mengerjakan soal atau membahas pertanyaan yang

diberikan.

 Guru meminta siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang

disampaikan oleh guru.

 Guru memanggil anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan

jawaban tim mereka. Hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban

atas pertanyaan guru kemudian guru memberikan tanggapan atas jawaban

siswa.

b. Tim

Tim adalah komponen penting dalam STAD dan terdiri dari empat atau lima

siswa yang mewakili seluruh komponen kelas yaitu akademik, jenis kelamin, ras

dan etnis. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar dan terutama mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan

kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk

mempelajari lembar-lembar kegiatan atau materi lainnya. Hal yang biasanya

(39)

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan konsep apabila terdapat

kesalahan konsep oleh anggota tim.

Pada setiap poin, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan

yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk

membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Kuis dilaksanakan setelah para siswa belajar bersama dalam tim. Dalam kuis ini

para siswa mengerjakan secara sendiri-sendiri dan tidak boleh saling

membantu.Setiap siswa bertanggungjawab untuk dirinya sendiri dalam

menyelesaikan kuis.Kuis ini diadakan untuk mengukur pengetahuan yang

diperoleh siswa setelah belajar bersama. Kuis ini merupakan tanggung jawab

individual yang dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk memberi penjelasan

dengan baik kepada sesama tim dan membantu keberhasilan tim.

d. Skor Kemajuan individual

Ide dibalik skor kemajuan individual ini adalah untuk memberikan kepada tiap

siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan

memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat

memberikan sumbangan poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor

ini.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan bentuk penghargaan apabila skor rata-rata mereka

(40)

Ada empat macam tingkat penghargaan yang diberikan dan didasarkan pada

rata-rata skor tim dengan kategori sebagai berikut :

1) 0 ≤ x ≤ 5 tanpa predikat

2) 5 ≤ x ≤ 15 dengan predikat Tim baik

3) 15 ≤ x ≤ 25 dengan predikat Tim hebat

4) 25 ≤ x ≤ 30 dengan predikat Tim super

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Trianto (2009: 70), menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam

fase atau langkah.

Fase-fase pembelajaran itu antara lain:

a. Fase 1: menyampaikan dan memotivasi siswa.

Kegiatan guru adalah menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Fase 2: menyajikan atau menyampaikan informasi.

Kegiatan guru adalah menyajikan semua informasi kapada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

c. Fase 3: mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Kegiatan guru adalah menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

(41)

Kegiatan guru adalah membimbing kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

e. Fase 5: evaluasi

Kegiatan guru adalah mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase 6: memberikan penghargaan

Kegiatan guru adalah mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C. Metode Ceramah

1. PengertianMetodeCeramah

Suparno (2007: 160) mengatakan bahwa metode ceramah adalah model

pembelajaran di mana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan

dengan prinsip atau bahan fisika kepada siswa. Metode ini dikenal juga dengan

nama metode konvensional dan merupakan metode yang masih sering dipakai.

Hal ini dikarenakan metode ini dirasa sebagai metode yang mudah diterapkan.

Dalam metode ini guru menyajikan materi, siswa memperhatikan guru berbicara

sambil membuat catatan kecil mengenai materi yang dikatakan oleh guru. Proses

pembelajaran seperti ini masih menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran

(teacher centered).

Sagala (dalam Tanireja, dkk. 2011: 45) mengatakan bahwa agar ceramah

menjadi metode yang baik hendaknya diperhatikan hal-hal berikut;

(42)

2. dipakai jika guru akan memperkenalkan materi pelajaran baru;

3. dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata-kata;

4. sebaiknya diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual

lainnya;

5. sebelum ceramah dimulai sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah.

2. Sifat Metode Ceramah

Menurut Sagala (dalam Tanirejo, dkk 2011: 47), sifat-sifat metode ceramah yaitu:

a. Tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah

sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam,

b. Kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

keberaniannya dalam mengemukakan pendapat;

c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya,

apalagi digunakan kata-kata asing,

d. Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena

tarafberpikir anak masih berada dalam taraf yang kurang konkret.

Dalam penelitian ini metode ceramah akan disajikan dalam bentuk ceramah

dengan kombinasi metode yang bervariasi atau dapat juga disebut ceramah

interaktif. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan tujuan

sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (presentasi, tanya jawab dan

latihan soal). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang

cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik

(43)

Menurut Suparno (2007: 160), ceramah interaktif memiliki unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Ceramah oleh guru

b. Diselingi pertanyaan, diskusi dan mengerjakan soal

c. Agar ceramah menarik perlu digunakanmedia lain pula seperti power point dan

disesuaikan dengan konteks siswa dengan berbagai contoh yang sesuai

d. Bicara keras, jelas, sistematis, menarik siswa

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah

Kendati dikenal sebagai metode konvensional dan kurang konstruktivis, metode

ceramah tetap memiliki keunggulan, yaitu guru dapat menguasai seluruh kelas

dan organisasi kelas sederhana.

Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah:

a. guru kesulitan mengetahui sejauh mana siswa-siswa telah mengerti materi yang

disampaikan,

b. siswa dapat memberi pengertian yang lain dari apa yang sesungguhnya

dimaksudkan oleh guru,

c. untuk penyampaian bahan yang mempunyai struktur yang kompleks dan

abstrak, penggunaan metode ceramah juga tidak tepat.

d. untuk tujuan belajar yang berupa kognitif tingkat tinggi seperti kemampuan

analisis, sintesis, evaluasi dan tujuan yang berupa keterampilan, metode

(44)

D. Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan

Daryanto (2011: 160), menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar

yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa

mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi belajar merupakan suatu kemajuan

dan perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu

tertentu.

Kemajuan dan perkembangan tersebut terbentuk melalui sebuah proses

belajar. Hal ini senada dengan Winkel (1996: 14 )yang mengatakan bahwa proses

belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam ranah

pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Bentuk perubahan ini nampak dalam prestasi

belajar yang dihasilkan olah siswa terhadap pertanyaan, persoalan dan tugas yang

diberikan oleh guru. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan oleh guru

dengan menggunakan alat evaluasi seperti tes atau kuis. Melalui kuis siswa

dituntut untuk menunjukkan prestasi belajar tertentu, dan hasil yang dicapai siswa

menjadi petunjuk untuk guru melihat perkembangan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar fisika pada dasarnya merupakan hasil interaksi berbagai

faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika itu sendiri. Hasil interaksi ini

menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar dalam fisika antar individu yang

(45)

Dalam penelitian ini prestasi belajar dapat dilihat dalam perolehan skor siswa

ketika mengikuti tes prestasi.

E. Alat-alat Optik

Materi tentang alat-alat optik ini diambil dari buku IPA Fisika untuk SMP kelas

VIII karangan Marten Kanginan, Fisika (Buku Kerja Siswa) karangan

Kristinawati, EM, dkk dan Materi Ajar Alat Optik dalam ht t p:/ /

e-dukasi.net / index.php?m od=script & cm d=Bahan%20Belajar/ M at eri%20Pokok/ view &id=2 97.

1. Mata dan Kamera a. Mata

1) Bagian-bagian mata

Gambar 1. Bagian-bagian Mata

o Kornea: bagian depan mata memiliki lengkung yang lebih tajam dan

(46)

dengan udara luar. Fungsi utama kornea (selaput bening) adalah

meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tesebut diteruskan ke

bagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala retina.

Kornea juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam agar tetap

bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari

kelenjar air mata.

o Aquoeus humor (cairan): Cairan Aquoeus ini terletak dibelakang kornea

yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga

terfokus ke lensa mata.

o Lensa: bagian mata yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan pada

retina yaitu dengan mencembungkan atau memipihkan lensa. Lensa dapat

disebut lensa kristalin/lensa mata. Lensa kristalin merupakan lensa mata

yang terbuat dari bahan bening, berserat dan kenyal.

o Iris adalah selaput tipis yang berfungsi untuk mengatur kebutuhan cahaya

dalam pembentukan bayangan. Iris terdapat di belakang kornea dan

berpigmen. Pigmen pada irislah yang menentukan warna mata.

o Pupil: berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah

iris dan sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk ke dalam mata. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju

retina. Pupil dapat mengecil dan membesar seperti fungsi diafragma pada

(47)

pada cahaya yang masuk. Jika cahaya terang, pupil akan mengecil,

sedangkan ketika gelap, pupil akan membesar.

o Retina: merupakan selaput yang mengandung sel-sel indera. Retina

berfungsi sebagai layar, tempat terbentuknya bayangan, seperti halnya

plat film pada kamera.

o Bintik kuning: tempat terbentuknya bayangan agar bayangan terlihat

jelas.

2) Proses Pembentukan Bayangan pada Mata dan Daya Akomodasi Mata

Ketika sinar dari benda masuk ke dalam mata melalui pupil, lensa membiaskan

cahaya dan membentuk bayangan pada retina sehingga terbentuk bayangan nyata,

terbalik dan diperkecil. Agar bayangan selalu jatuh pada retina karena letak benda

yang berubah, maka dapat diatur dengan mengubah jarak fokus lensa matanya.

Kemampuan penglihatan manusia terbatas pada jangkauan tertentu yang disebut

jangkauan penglihatan yaitu daerah di depan mata yang dibatasi oleh dua buah

titik. Titik terjauh/Punctum Remotum (PR) dan titik terdekat/Punctum

Proximum (PP). Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada diantara

kedua titik tersebut. Jarak antara lensa mata dengan retina disebut jarak bayangan

(S1) selalu tetap.Jarak benda (S0) yang dilihat oleh mata dapat berubah-ubah.

Jarak fokus lensa mata dapat diubah-ubah dengan cara mengubah-ubah

kelengkungan lensa mata. Ini dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata melihat

(48)

atau jarak fokus lensa mata lebih mata lebih kecil dan bayangan jatuh tepat di

retina. Ketika melihat benda yang jauh, otot siliar mengendur (relaks), sehingga

mata lebih pipih dan jarak fokus lebih besar, dan bayangan jatuh tepat pada retina.

Daya untuk membuat lensa mata lebih cembung atau lebih pipih sesuai dengan

jarak benda yang dilihat mata agar bayangan jatuh tepat di retina disebut dengan

daya akomodasi mata.

3) Kelainan pada Mata dan Cara Menanggulanginya

Mata normal (Emetropi): memiliki titik jauh (PR) pada jarak jauh tak berhingga/∞

dan titik dekat (PP) = 25 cm, mata ini jangkauan penglihatannya paling lebar.

a) Rabun jauh (Miopia)

Miopia memiliki titik jauh (PR) terbatas/kurang dari tak berhingga dan titik dekat

(PP) = 25 cm. Cacat mata miopi terjadi jika pada penglihatan tak berakomodasi

bayangan jatuh di depan retina, hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat

menjadi sangat pipih (terlalu cembung), sehingga bayangan yang terjadi kabur.

Agar dapat melihat jelas benda yang jauh maka perlu dibantu dengan lensa yang

dapat menyebarkan berkas cahaya (lensa divergen) atau lensa cekung/lensa

negatif.

b) Rabun dekat (Hipermetropia):

Rabun dekat memiliki titik jauh (PR) tak berhingga, tetapi titik dekat (PP) > 25

cm. Penderita kelainan ini tidak mampu melihat benda dekat.Ini disebabkan

kemampuan lensa untuk menebal berkurang. Agar dapat melihat jelas

(49)

menggunakan lensa yang dapat mengumpulkan berkas cahaya (lensa konvergen)

atau lensa cembung/lensa positif.

c) Mata tua (Presbiopia):

Mata tua memiliki titik jauh (PR) kurang dari tak berhingga dan titik dekat (PP) >

25 cm, cacat mata ini merupakan gabungan dari hipermetropi dan miopi.Ini

disebabkan kemampuan mata untuk menebal dan memipih berkurang. Penderita

cacat mata ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa bifocal atau kaca mata

yang berfungsi rangkap baik untuk melihat benda jauh maupun benda dekat.

d) Astigmatisma

Cacat mata dimana penderita tidak dapat melihat dengan baik garis-garis vertikal

dan garis horisontal secara bersamaan. Hal ini disebabkan kornea mata tidak

berbentuk bola dan penderita dapat ditolong dengan lensa silindris.

Contoh soal:

(1)Seorang penderita rabun jauh memiliki titik jauh 200 cm. Ia ingin melihat

benda-benda yang sangat jauh dengan jelas. Berapa fokus dan kekuatan lensa

yang harus digunakan?

Penyelesaian :

Penderita rabun jauh melihat benda-benda yang sangat jauh pada jarak kurang

dari tak berhingga. Ini berarti S = ∞. Agar dapat melihat benda jauh dengan

jelas maka lensa kacamata yang dipakai harus dapat menghasilkan bayangan di

depan lensapada jarak titik jauh penderita rabun jauh.

Jadi; S1 : - (titik jauh penderita rabun jauh) = -200 cm

(50)

1

Sedangkan kekuatan lensa P :

= 1

(2)Dua orang memiliki kelainan mata dengan ciri-ciri berbeda hendak membeli

kaca mata. Tentukanlah kekuatan kaca mata untuk masing-masing orang

tersebut (dalam dioptri) jika diketahui:

 Orang I mempunyai titik dekat 22 cm, ingin dapat membaca dengan baik

 Orang II bermata miopi, titik dekatnya 30 cm, ingin dapat melihat

benda-benda yang sangat jauh

Penyelesaian:

 Jarak baca normal adalah 25 cm. Karena titik dekat orang I adalah 200 cm

(51)

7

 Agar orang kedua dapat melihat benda-benda yang sangat jauh berarti So =

∞ dan titik dekat 30 cm berarti S1 = -30 cm.

Kamera merupakan alat optik yang dapat memindahkan/mengambil gambar dan

menyimpannya dalam bentuk file, film maupun print-out. Kamera menggunakan

lensa positif dalam membentuk bayangan. Sifat bayangan yang dibentuk kamera

adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Pemfokusan dilakukan dengan mengatur

(52)

bayangan pada film oleh karena itu lensa kamera perlu digeser agar bayangan

tetap jatuh pada film. Hal ini terjadi karena jarak fokus lensa kamera tetap. Dari

rumus umum optik, jika jarak fokus tetap, maka perubahan jarak benda (So) akan

diikuti oleh perubahan jarak bayangan (S1).

Gambar 2. Kamera dan bagian-bagiannya

Bagian-bagian dari kamera secara sederhana terdiri dari: Lensa cembung, Film,

Diafragma, Aperture.

(53)

Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera

Lensa positif, membiaskan cahaya dan membentuk bayangan nyata, terbalik dan

diperkecil. Diafragma mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera

dengan mengubah ukuran aperturenya.

Film merupakan media yang menangkap bayangan nyata yang dibentuk oleh

lensa. Agar bayangan selalu jatuh pada film karena letak benda yang berubah,

maka dapat diatur dengan menggeser jarak lensa terhadap filmnya.

So = jarak benda dalam meter, Si = jarak bayangan dalam meter, F = titik fokus

lensa

Secara umum bagian-bagian kamera sama dengan bagian-bagian mata, namun

kedua alat ini memiliki perbedaan dalam hal menempatkan bayangan pada

retina/film. Perbedaannya adalah mata menggunakan daya akomodasi sedangkan

kamera menggunakan pergeseran lensa. Kemiripan antara kamera dan mata

adalah:

Tabel 1. Kemiripan antara Kamera dan Mata

Kamera Mata Keterangan

Lensa Lensa Lensa cembung

Diafragma Iris Mengatur besar kecilnya lubang cahaya

Aperture Pupil Lubang tempat masuknya cahaya

(54)

(3) Lup dan Mikrosokop

a. Lup

Lup/kaca pembesar memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lup

adalah lensa cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil agar

nampak lebih besar. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki

sifat: maya, tegak, dan diperbesar. Untuk itu benda harus diletakkan di Ruang

I atau daerah yang dibatasi oleh fokus dan pusat lensa atau cermin (antara f dan

O), dimana So < f.

Gambar 4. Lup dan pembentukan bayangan

Ada dua cara menggunakan lup yaitu:

1) Dengan cara mata berakomodasi maksimum

Mata berakomodasi maksimum yaitu cara memandang obyek pada titik dekatnya

(otot siliar bekerja maksimum untuk menekan lensa agar berbentuk

secembung-cembungnya).

(55)

diperhatikan adalah: bayangan yang dibentuk lup harus berada di titik dekat

mata/Punctum Proksimum (PP), benda yang diamati harus diletakkan di antara

titik fokus dan lensa, sifat bayangan; maya, tegak dan diperbesar.

2) Dengan cara mata tidak berakomodasi

Mata tak berakomodasi yaitu cara memandang obyek pada titik jauhnya (yaitu

otot siliar tidak bekerja/rileks dan lensa mata berbentuk sepipih-pipihnya).

Pada penggunaan lup dengan mata tak berakomodasi, maka yang perlu

diperhatikan adalahlup harus membentuk bayangan di jauh tak hingga, benda

yang dilihat harus diletakkan di titik fokus (So = f)

b. Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda yang

sangat kecil atau mikro agar tampak lebih besar dan jelas.

Berikut ini adalah gambar mikroskop dan bagian-bagiannya :

(56)

Mikroskop yang paling sederhana menggunakan kombinasi dua buah lensa

positif, dengan panjang titik fokus obyektif lebih kecil daripada jarak titik fokus

lensa okuler.

Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa obyektif

sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Lensa okuler

mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis

pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata berakomodasi

maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara menggeser

jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan dengan tombol soft

adjustment (tombol halus yang digunakan untuk menemukan fokus). Sifat bayangan pada mikroskop secara keseluruhan; maya, terbalik dan diperbesar.

Perbesaran mikroskop pada adalah: =

Mata berakomodasi : = + 1

Mata tak berakomodasi : =

(57)

Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop

Keterangan : Sob : jarak benda lensa obyektif (m)

S’ob : jarak bayangan lensa obyektif (m)

(4) Alat-alat Optik Lain

a. Teropong

Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat

benda-benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum

teropong terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke obyek dan

disebut lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.

Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi :

1) Teropong bias astronomi

Teropong astronomi atau teropong bintang digunakan untuk mengamati

obyek-obyek yang ada di langit (bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa

(58)

besar, sedangkan okulernya adalah sebuah lensa cembung dengan jarak fokus

pendek.

Pembentukan bayangan pada teropong dan sifat-sifat bayangannya.

Gambar 7. Pembentukan bayangan pada teropong

Panjang teropong : = +

Perbesaran teropong : =

2) Teropong Pantul Astronomi

Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa obyektif

membentuk bayangan nyata dari sebuah obyek jauh dan lensa okuler berfungsi

sebagai lup. Dengan demikian cara mengamati obyek apakah mau dengan cara

berakomodasi maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okulernya.

Oleh karena itu jarak antara obyektif dan okuler dapat diubah-ubah.Panjang

(59)

Gambar 8. Teropong Pantul Astronomi

b. Periskop

Periskop adalah teropong yang dipasang pada anjungan kapal selam. Kegunaan

periskop adalah untuk mengintai kapal-kapal musuh atau melihat benda-benda di

atas permukaan laut sewaktu kapal selam sedang berada di bawah permukaan air.

Periskop terdiri atas sebuah lensa cembung obyektif dan dua buah prisma

siku-siku sama kaki (memiliki 3 sudut: 450, 450 dan 900), dan sebuah lensa cembung

okuler.

F. Kaitan Teori dengan Penelitian

Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk :

1. Membuat treatment penelitian yaitu metode pembelajaran fisika dengan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Membuat instrumen penelitian berupa test prestasi untuk mengetahui prestasi

belajar siswa.

3. Menganalisis data yang diperoleh kemudian memperoleh bukti apakah

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini berupa

penelitian komparatif kausal.

Disebut kuantitatif karena hasil penelitian ini berupa angka-angka yang akan

diolah dengan statistik untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa,

keterlibatan siswa dalam kerja kelompok danrespon siswa terhadap metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbandingan prestasi belajar siswa akan

dilihat berdasarkan tes prestasi, keterlibatan siswa dilakukan pengamatan oleh

penelitidan respon siswa terhadap metode diukur berdasarkan angket yang

disebarkan.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIC SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta, sejumlah 87 siswa.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I

(61)

D. Treatment

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam penelitian ini treatment yang akan digunakan adalah kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok Alat-alat Optik. Proses

pembelajarannya sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Materi yang digunakan berupa buku teks, LKS serta sumber-sumber terbitan

lainnya atau materi yang dibuat oleh guru.

2) Menempatkan siswa ke dalam tim

Penempatan siswa ke dalam tim diatur sebagai berikut; tiap tim terdiri atas

level yang kinerjanya meliputi semua level dari yang rendah, sedang dan

tinggi, dan membagi rata level kinerja sedang dari semua tim yang ada di kelas.

Guru membuat daftar peringkat siswa dari yang tertinggi sampai yang

terendah berdasarkan nilai ujian tengah semester yang sudah berlangsung

antara tanggal 5-10 Maret 2012. Sebagai contoh ditunjukkan dalam tabel 2

berikut :

Tabel2. Daftar Peringkat Siswa

Peringkat Nama Tim

Siswa berprestasi tinggi 1 A

2 B

3 C

(62)

Gambar

Tabel17. Pengamatan Keterlibatan Siswa terhadap metode STAD
Gambar 1. Bagian-bagian Mata
Gambar 1. Bagian-bagian Mata
Gambar 2. Kamera dan bagian-bagiannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

(4) Dalam hal hasil verifikasi tidak lengkap atau tidak sesuai persyaratan, pejabat yang secara fungsional membidangi urusan kepegawaian di Unit Kerja Pembina

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Arti umum yang dapat diartikan dengan R- 13 dengan KtB ialah ‗mirip.Pada data atau pada cerita tidak ditemukan penggunaan kata reduplikasi tipe R-13 dan dalam

menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 65 siswa. Teknik

Ketiadaan pengaturan perlindungan warga negara yang menolak mengikuti wajib militer karena alasan keyakinan dan hati nurani ( conscientious objection )