• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGGI PANGKASAN DAN

PEMUPUKAN N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF

DAUN JAMBU BIJI

DYAH WENY RESPATIE

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Dosis Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2007

(3)

PENGARUH TINGGI PANGKASAN DAN

PEMUPUKAN N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF

DAUN JAMBU BIJI

DYAH WENY RESPATIE

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MUNIF GHULAMAHDI.

Penelitian lapang untuk mempelajari pengaruh tinggi pangkasan dan pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Oktober 2006 sampai Maret 2007.

(5)

Judul : Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji

Nama : Dyah Weny Respatie NRP : A351050011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapaun, baik cetak, fotokopi,

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N tehadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji”. Tesis ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar magister pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada :

ˆ Ibu Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Bapak Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan berupa pengalaman, saran serta kritik selama pelaksanaan dan penulisan tesis ini.

ˆ Drs. Edy Jauhari, MS selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

ˆ Kedua orangtuaku, mas Danang Arie Yunandar, dek Odie Nindya Maharsitama, keluarga besar Darmo Wandowo dan keluarga besar Darso Sutiardjo atas perhatian, doa dan kasih sayangnya.

ˆ Irjen. Pol. Drs. Heru Susanto dan Keluarga, khususnya Bude Ratna Heru S, atas doa, perhatian, nasehat serta bantuan moral dan material yang telah diberikan.

ˆ Bonus Puspita Darma, Amd., SP. atas segala pengorbanan yang tak terhingga, dukungan, perhatian, dan kasih sayangnya.

ˆ Om Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Keluarga, atas perhatian dan bantuannya selama di Bogor.

ˆ Ibu Hj. Sri Sayekti, Bapak Juwadi, mbak Tutik, kak Ace, Reza, Putri atas doa, nasehat dan motivasinya selama ini.

ˆ Bapak Sardju, Bapak Mamad (Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo), Bapak Joko (Laboratorium Ekofisiologi Faperta IPB), Ibu Entin (Laboratorium BB-BIOGEN), Bapak Ma’mun (Laboratorium BALITRO) yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

ˆ Mas Antok, mbak Ika Juang, Teh Neng-Pasca AGR, mbak Rahmi Dianita, Wawan-Kiwong, Doni, Pak Nirwan, Wulan, mas Kohar, rekan-rekan SPs-Agronomi 2005 dan adek-adek kos ‘Wisma Zulfa’ atas segala bantuan, fasilitas dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2007

(8)

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Januari 1982 di Klaten. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Nanung Wienarno dan Ibu Yuli Eny Isturini.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Semangkak I Klaten pada tahun 1994, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri I Klaten dan lulus tahun 1997. Setelah lulus, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri I Klaten dan lulus pada tahun 2000.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji... 4

Pemangkasan ... 4

Pupuk Nitrogen ... 6

Kandungan Senyawa pada Daun Jambu Biji ... 7

Senyawa Flavonoid ... 8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Pembibitan ... 12

Penanaman ... 12

Pemeliharaan ... 12

Panen dan Pasca Panen ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ... 18

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi... 20

Pertumbuhan ... 24

Komponen Produksi ... 31

Korelasi antara Komponen Produksi dan Pertumbuhan ... 37

Pertumbuhan Setelah Panen ... 38

PEMBAHASAN ... 42

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(10)

Halaman

1. Kriteria penilaian kandungan bioaktif dengan uji fitokimia ... 15

2. Jumlah tanaman jambu biji yang mati pada berbagai dosis pupuk urea 19

3. Rekapitulasi hasil sidik ragam dan regresi komponen pertumbuhan dan produksi jambu biji ... 20

4. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 24

5. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 25

6. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 26

7. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji umur 16 – 18 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 26

8. Jumlah cabang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 27

9. Jumlah cabang tanaman jambu biji umur 8 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 28

10. Nilai rata-rata LTR tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea .. 29

11. Nilai rata-rata LAB tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea .. 30

12. Produksi tajuk tanaman jambu biji (18 MST) pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 31

13. Kandungan nitrogen daun jambu biji (18 MST) pada berbagai dosis pupuk urea ... 33

14. Kandungan bahan bioaktif kualitatif daun jambu biji (18 MST) pada berbagai dosis pupuk urea ... 34

(11)

PENGARUH TINGGI PANGKASAN DAN

PEMUPUKAN N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF

DAUN JAMBU BIJI

DYAH WENY RESPATIE

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Dosis Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2007

(13)

PENGARUH TINGGI PANGKASAN DAN

PEMUPUKAN N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF

DAUN JAMBU BIJI

DYAH WENY RESPATIE

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MUNIF GHULAMAHDI.

Penelitian lapang untuk mempelajari pengaruh tinggi pangkasan dan pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Oktober 2006 sampai Maret 2007.

(15)

Judul : Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji

Nama : Dyah Weny Respatie NRP : A351050011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(16)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapaun, baik cetak, fotokopi,

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan N tehadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji”. Tesis ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar magister pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada :

ˆ Ibu Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Bapak Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan berupa pengalaman, saran serta kritik selama pelaksanaan dan penulisan tesis ini.

ˆ Drs. Edy Jauhari, MS selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

ˆ Kedua orangtuaku, mas Danang Arie Yunandar, dek Odie Nindya Maharsitama, keluarga besar Darmo Wandowo dan keluarga besar Darso Sutiardjo atas perhatian, doa dan kasih sayangnya.

ˆ Irjen. Pol. Drs. Heru Susanto dan Keluarga, khususnya Bude Ratna Heru S, atas doa, perhatian, nasehat serta bantuan moral dan material yang telah diberikan.

ˆ Bonus Puspita Darma, Amd., SP. atas segala pengorbanan yang tak terhingga, dukungan, perhatian, dan kasih sayangnya.

ˆ Om Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Keluarga, atas perhatian dan bantuannya selama di Bogor.

ˆ Ibu Hj. Sri Sayekti, Bapak Juwadi, mbak Tutik, kak Ace, Reza, Putri atas doa, nasehat dan motivasinya selama ini.

ˆ Bapak Sardju, Bapak Mamad (Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo), Bapak Joko (Laboratorium Ekofisiologi Faperta IPB), Ibu Entin (Laboratorium BB-BIOGEN), Bapak Ma’mun (Laboratorium BALITRO) yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

ˆ Mas Antok, mbak Ika Juang, Teh Neng-Pasca AGR, mbak Rahmi Dianita, Wawan-Kiwong, Doni, Pak Nirwan, Wulan, mas Kohar, rekan-rekan SPs-Agronomi 2005 dan adek-adek kos ‘Wisma Zulfa’ atas segala bantuan, fasilitas dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2007

(18)

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Januari 1982 di Klaten. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Nanung Wienarno dan Ibu Yuli Eny Isturini.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Semangkak I Klaten pada tahun 1994, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri I Klaten dan lulus tahun 1997. Setelah lulus, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri I Klaten dan lulus pada tahun 2000.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji... 4

Pemangkasan ... 4

Pupuk Nitrogen ... 6

Kandungan Senyawa pada Daun Jambu Biji ... 7

Senyawa Flavonoid ... 8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Pembibitan ... 12

Penanaman ... 12

Pemeliharaan ... 12

Panen dan Pasca Panen ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ... 18

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi... 20

Pertumbuhan ... 24

Komponen Produksi ... 31

Korelasi antara Komponen Produksi dan Pertumbuhan ... 37

Pertumbuhan Setelah Panen ... 38

PEMBAHASAN ... 42

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(20)

Halaman

1. Kriteria penilaian kandungan bioaktif dengan uji fitokimia ... 15

2. Jumlah tanaman jambu biji yang mati pada berbagai dosis pupuk urea 19

3. Rekapitulasi hasil sidik ragam dan regresi komponen pertumbuhan dan produksi jambu biji ... 20

4. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 24

5. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 25

6. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 26

7. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji umur 16 – 18 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 26

8. Jumlah cabang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 27

9. Jumlah cabang tanaman jambu biji umur 8 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 28

10. Nilai rata-rata LTR tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea .. 29

11. Nilai rata-rata LAB tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea .. 30

12. Produksi tajuk tanaman jambu biji (18 MST) pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 31

13. Kandungan nitrogen daun jambu biji (18 MST) pada berbagai dosis pupuk urea ... 33

14. Kandungan bahan bioaktif kualitatif daun jambu biji (18 MST) pada berbagai dosis pupuk urea ... 34

(21)

16. Produksi kuersetin daun jambu biji (18 MST) pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 37

17. Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji pada berbagai interakasi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 37

18. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji umur 20 – 22 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 38

19. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji umur 20 – 22 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 39

(22)

Halaman

1. Struktur molekul flavonoid ... 8

2. Tanaman jambu biji Sukabumi (a) dan buah jambu biji Sukabumi (b) 10

3. Bagan alir pelaksanaan penelitian ... 17

4. Pertanaman jambu biji umur 16 MST ... 18

5. Daun jambu biji yang terserang ulat (a) dan akar jambu biji yang terserang jamur Botryo diplodia (b) ... 20 6. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji umur 16 –18 MST

pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 27

7. Jumlah cabang tanaman jambu biji umur 8 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 29

8. Nilai rata – rata LTR tanaman jambu biji umur 18 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 30

9. Bobot kering daun jambu biji umur 18 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 32

10. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji umur 22 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 39

11. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji umur 20 – 22 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea ... 40

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Denah penelitian... 51

(24)

Latar Belakang

Sejak lama masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan yang ada

di alam sebagai obat tradisional untuk mengobati bermacam-macam penyakit.

Kebiasaan ini sampai sekarang tetap bertahan walaupun penemuan-penemuan

obat sintetik berbahan baku kimia berkembang dengan pesat. Penyembuhan

tradisional menggunakan bahan baku dari alam dipilih karena selain kemampuan

mengobati penyakitnya relatif sama dengan obat berbahan baku kimia, juga

karena tidak adanya efek samping yang ditimbulkan.

Buah jambu biji digemari orang karena rasa dan aromanya yang enak,

juga mengandung vitamin C yang tinggi (Sujiprihati, 1985). Vitamin C yang

dikandung buah jambu biji sebesar 300 g/ kg buah (Nakasone dan Paull 1999).

Jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu buah-buahan tropis yang cukup populer. Selain buahnya yang bermanfaat, daun jambu biji juga banyak

digunakan sebagai obat tradisional. Masyarakat Jawa menggunakan daun jambu

biji sebagai obat diare yang telah menahun, menghentikan pendarahan, dan anti

radang (Wijayakusuma et al. 1984; Heyne 1987; Soedibyo 1998). Kegunaan lain dari ekstrak daun jambu biji adalah antimutagenik, obat asma, dan obat batuk

(Garcia et al. 2003).

Kegunaan bagian tanaman sebagai bahan pengobatan tidak terlepas dari

senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Senyawa bioaktif tersebut

menurut Hornok (1992) diproduksi melalui sintesis secara biologi dalam tubuh

tanaman dan terakumulasi dalam jumlah yang sangat sedikit, seringkali kurang

dari satu persen dari bobot kering tanaman. Lugasi et al. (2003) menyatakan bahwa karakteristik antioksidan pada tanaman dapat ditandai oleh kandungan

polifenol yang ada di dalamnya. Polifenol dapat dibagi menjadi paling sedikit

sepuluh kelompok yang berbeda bergantung dari struktur dasar kimianya.

Flavonoid, yang merupakan kelompok paling penting, dapat dikelompokkan lebih

jauh menjadi tiga belas kelompok. Kuersetin yang termasuk golongan flavonoid

(25)

2

Pemanfaatan daun jambu biji untuk bahan obat melibatkan aktivitas

pemanenan daun, sehingga keseimbangan fase vegetatif dan generatif tanaman

perlu dijaga agar produksi daun maksimal. Menurut Sukasman (1988)

pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan

pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar

menjadi berbatang banyak dan rendah, selain itu pemangkasan dapat

mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan pada pucuk batang akan

mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun.

Menurut Sutarno (1982) perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami

tersebut akan merangsang pertumbuhan tunas baru.

Pemangkasan akan mengakibatkan berkurangnya jumlah daun pada

tanaman. Berkurangnya jumlah daun per tanaman tersebut mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun merupakan penghasil

metabolit yang dibutuhkan tanaman melalui fotosintesis (source). Dari daun, metabolit-metabolit tersebut ditranspor ke bagian-bagian lain dari tumbuhan untuk

menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (sink). Hubungan source dan sink pada aliran distribusi metabolit memberi peranan penting pada tanaman. Menurut

Geiger (1987) distribusi asimilat pada tanaman dapat dipengaruhi oleh

berkurangnya daun yang berfungsi sebagai source dalam distribusi hasil fotosintesis dan metabolisme. Perbedaan fase pertumbuhan tanaman pada saat

tanaman didominasi oleh pertumbuhan vegetatif dan pada saat tanaman memasuki

fase generatif turut mempengaruhi hasil asimilat. Dickson et al. (2000) menyatakan bahwa kemampuan sink untuk mengimpor hasil asimilat berkaitan dengan ukuran sink, tingkat pertumbuhan, aktivitas metabolik, dan tingkat respirasi.

Setelah tanaman dipangkas, maka bagian tanaman yang tersisa harus cepat

membentuk daun baru agar fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat

berjalan lancar. Pembentukan dan pertumbuhan daun baru tesebut dipengaruhi

oleh ketersediaan hara yang cukup, untuk itu pemupukan mempunyai peranan

penting dalam proses ini. Salah satu unsur yang dibutuhkan tanaman pada saat

(26)

nucleoside phosphate dan asam amino yang menjadi pembangun asam amino dan protein (Taiz dan Zeiger, 2002).

Pemberian pupuk nitrogen setelah pemangkasan diharapkan dapat

mempercepat pembentukan tunas baru dan mempercepat pertumbuhan daun yang

akan mempengaruhi kandungan bahan bioaktif jambu biji.

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tinggi pangkasan dan

pemupukan N terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi kandungan bahan

bioaktif daun jambu biji.

Tujuan secara khusus penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh tinggi pangkasan terhadap pertumbuhan tanaman dan

produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji

2. Mengetahui pengaruh dosis pupuk N terhadap pertumbuhan tanaman dan

produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji

3. Mengetahui pengaruh interaksi tinggi pangkasan dan dosis pupuk N terhadap

pertumbuhan tanaman dan produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu

biji

Hipotesis

1. Tinggi pangkasan tertentu berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan

tanaman dan produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji

2. Dosis pemupukan N tertentu berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan

tanaman dan produksi kandungan bahan bioaktif daun jambu biji

3. Interaksi antara tinggi pangkasan dan dosis pemupukan N tertentu

berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi kandungan

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jambu Biji

Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis. Di Jawa umumnya ditanam pada ketinggian kurang dari 1 200

meter di atas permukaan laut (Heyne 1987). Bunga terdapat di ujung cabang

(aksilar), daunnya oval sampai dengan elips dengan pinggiran rata melingkar dan

ujung meruncing, serta daging buah berwarna putih kekuningan atau merah terang

(Backer dan Van den Brink 1963).

Buah jambu biji yang besar dengan daging buah berwarna putih

mula-mula diperkenalkan dan dijual ke masyarakat oleh seorang pekebun dari Florida

dengan nama P. guinense atau P. guianense, sementara buah jambu biji dengan daging buah berwarna merah diintroduksi ke California dengan nama P. aromaticum. Kedua varietas itu kini dimasukkan ke dalam satu golongan spesies yaitu P. guajava (Popenoe 1974).

Produksi buah jambu biji dapat dipicu melalui perlakuan pemangkasan,

pengguguran daun menggunakan bahan kimia, maupun pemupukan. Pertumbuhan

vegetatif, ditandai munculnya daun-daun baru setelah perlakuan pengguguran

daun menggunakan urea, ethepon, dan detergen, berawal pada 3-4 minggu setelah

perlakuan. Pertumbuhan generatif, ditandai dengan fase pembungaan, terjadi pada

9-12 minggu setelah perlakuan diikuti pembentukan buah pada 12-16 minggu

setelah perlakuan dan pematangan buah pada 16-24 minggu setelah perlakuan

(Nakasone dan Paull 1999).

Pemangkasan

Pemangkasan dapat didefinisikan sebagai pemotongan pertumbuhan yang

tidak dikehendaki untuk merangsang pertumbuhan tertentu. Definisi ini mencakup

dua pengertian yaitu penghilangan suatu bagian dan mendatangkan respon tertentu

(Verheij dan Coronel, 1992). Menurut Harjadi (1989) pemangkasan merupakan

upaya untuk menghilangkan dominasi pucuk berupa penghambatan oleh titik

tumbuh pada pertumbuhan tunas di bawahnya dan merupakan fungsi dari

(28)

bagian lain di tanaman. Coombs et al. (1994) mengemukakan bahwa pucuk menggunakan suatu kontrol yang sangat mempengaruhi tunas dan menekan

pertumbuhan cabang lateral. Penghilangan pucuk akan memecah dominasi dan

salah satu tunas di bawah pucuk akan tumbuh dan membuat dominasi baru.

Pemangkasan bertujuan meningkatkan jumlah tunas, mengatur bentuk

tanaman, meningkatkan jumlah bunga dan mengatur waktu pembungaan (Weaver,

1972). Pertumbuhan vegetatif tanaman dengan cepat akan berlangsung setelah

dilakukan pemangkasan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan

rasio akar dan tajuk. Aliran distribusi air, nutrisi, dan cadangan makanan

berlangsung dari sistem perakaran yang tidak terganggu menuju area tajuk yang

mengalami pemangkasan (Janick 1972). Rasio akar dan tajuk dapat

mempengaruhi pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan pada tanaman.

Setelah pemangkasan, maka menyebabkan jumlah daun berkurang dan

menyebabkan berkurangnya proses fotosintesis. Cadangan makanan berupa

karbohidrat akan dialihkan untuk pertumbuhan tunas baru (Denisen 1979).

Setelah tanaman dipangkas, maka bagian tanaman yang tersisa harus cepat

membentuk daun baru agar fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat

berjalan lancar.

Distribusi fotosintat dalam tanaman menunjukkan hubungan antara

produksi fotosintat oleh daun sebagai source dan kebutuhan asimilat oleh sink karena itu karakteristik tumbuh tanaman, tahapan pertumbuhan daun, dan

perkembangan tanaman dapat mempengaruhi distribusi hasil metabolisme

(Geiger 1987). Kemampuan sink untuk mengimpor hasil asimilat berkaitan dengan ukuran sink, tingkat pertumbuhan, aktivitas metabolik dan tingkat respirasi. Daun pada saat flush memiliki ukuran sink yang besar sehingga hasil fotosintesis dialirkan ke daun flush. Kebanyakan penelitian mengenai perubahan source dan sink melibatkan manipulasi tanaman seperti pengguguran buah, pengguguran daun, danperlakuan naungan (Dickson et al. 2000).

Pertumbuhan vegetatif biasanya meningkat cepat setelah pemangkasan

pucuk secara intensif. Pemangkasan berat akan mengubah secara radikal

keseimbangan antara akar dan pucuk. Pertumbuhan yang terjadi disebabkan

(29)

6

tanaman yang terganggu ke arah tunas yang lebih kecil pengurangan sedikit dalam

jumlah pangan cadangan bersamaan dengan pengurangan area fotosintesis dapat

diabaikan karena saat dorman cadangan pangan (gula dan karbohidrat) berada

dalam akar dan bagian-bagian pucuk yang lebih tua (Harjadi, 1989).

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan teh antara

lain penentuan kriteria tinggi pangkas, daur pangkas dan waktu pemangkasan

yang tepat berdasarkan ketinggian tempat serta kondisi suatu daerah. Secara

agronomi pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman sehat yaitu saat

tanaman cukup mengandung cadangan makanan atau hara dan kelembaban tanah

serta suhu optimum untuk tumbuh kembali (Sukasman, 1988). Menurut

Valkemburg dan Hortsen (2001) pemangkasan teratur pada jati Belanda dapat

meningkatkan hasil pemangkasan empat kali setahun dapat menghasilkan 10 kg

bahan kering per tanaman.

Pada tanaman teh pemangkasan dan pemetikan secara berkala bertujuan

untuk mempertahankan tanaman agar tetap dalam fase vegetatif, merangsang

pertumbuhan tunas atau pucuk baru, membentuk bidang petik, mempertahankan

tinggi petik sehingga memudahkan para pemetik melaksanakan tugasnya

(Iskandar, 1988; Sukasman, 1988).

Pada tanaman buah-buahan yang termasuk tanaman bercabang diperlukan

keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pemangkasan yang

tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif

dan generatif (Bleasdale, 1973). Pemangkasan yang diperlukan dalam jambu biji

adalah untuk memperoleh bentuk tajuk tanaman yang baik, sehat dan produktif.

Pemangkasan 80 % cabang-cabang tua pada jambu biji dapat yang telah berumur

tiga tahun dapat memacu pertumbuhan tunas baru yang sehat dan kuat

(Nanthanchai, 1983).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen merupakan bagian pokok bagi tanaman. Nitrogen hadir sebagai

satuan fundamental dalam protein, asam nukleik, klorofil dan senyawa organik

lain. Protein merupakan penyusun utama protoplasma. Fungsi nitrogen sebagai

(30)

seluruh proses metabolis dalam tanaman (Mas’ud, 1992). Dilaporkan juga bahwa

kekahatan nitrogen menyebabkan pembelahan sel terhambat dan akhirnya

memperlambat pertumbuhan. Nitrogen dalam jumlah yang cukup akan

meningkatkan luas daun sehingga area fotosintesis meningkat. Pasokan nitrogen

dalam jumlah tinggi akan mempercepat perubahan karbohidrat menjadi protein.

Menurut Mas’ ud, (1992) fungsi nitrogen bagi pertumbuhan tanaman

adalah 1) menjadikan tanaman berwarna hijau, 2) meningkatkan pertumbuhan

daun dan batang, 3) menjadikan tanaman menjadi sukulen, 4) menahan

pertumbuhan akar, 5) memperlambat pematangan tanaman dengan membantu

pertumbuhan vegetatif yang tetap hijau walaupun saat masak sudah maksimum, 6)

meningkatkan kandungan protein, 7) mengurangi pengaruh buruk udara dingin.

Nitrogen diikat tanaman dalam bentuk nitrat atau amonium dan nitrogen

merupakan unsur yang mudah larut dan menguap, sehingga untuk mengatasi

kekahatan nitrogen bagi tanaman dapat dilakukan melalui empat cara yaitu sisa

tanaman, pupuk kandang, legum, dan pupuk buatan. Pada beberapa tanaman

pertanian kebutuhan nitrogen dipenuhi melalui pupuk buatan (Mas’ud, 1992).

Dari pemberian tiga unsur (NPK) sebagai pupuk, nitrogen memberikan

pengaruh yang paling nyata, terutama dalam merangsang pertumbuhan di atas

permukaan tanah. Hampir pada seluruh tanaman nitrogen merupakan pengatur

dari penggunaan kalium, fosfor dan penyusun lainnya (Soepardi, 1983).

Kandungan Senyawa pada Daun Jambu Biji

Senyawa kelompok sesquiterpen hidrokarbon terdapat pada daun jambu

biji seperti β-karyofilena, β-bisabolena, aromadendrena, β-selinena, nerolidiol,

karyofilena oksida, longisiklena, dan sel-11-en-4α-ol (Smith dan Siwatibau 1975). Kuersetin yang termasuk golongan flavonoid dapat berfungsi sebagai anti diare

(Lutterodt et al. 1999). Analisis fitokimia dari daun jambu biji memperlihatkan adanya tanin, fenol, triterpen, minyak atsiri, saponin, lektin, karotenoid, asam

askorbat, asam lemak, dan kuersetin (Garcia 2003).

Anti oksidan terkuat yang ditemukan pada daun jambu biji adalah asam

askorbat. Ditemukan pula di dalamnya kandungan total fenolik sebesar

(31)

8

fenolik dalam jumlah besar tersebut dapat menghambat reaksi peroksidasi pada

tubuh sehingga dapat mencegah penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan

serangan jantung (Qian dan Nihorimbere, 2004).

Senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang dihasilkan

dari metabolisme sekunder pada tanaman. Flavonoid telah ada di alam selama

lebih dari jutaan tahun (Swain, 1975). Pada tanaman, flavonoid disintesis dari

asam amino aromatik, yaitu tirosin dan fenilalanin, bersama-sama dengan unit

asetat melalui lintasan asetat dan sikimat (Bravo 1998; Middleton et al., 2000). Dengan bantuan enzim tirosin amonia lyase dan fenilalanin amonia lyase, tirosin

dan fenilalanin terkonversi menjadi sinamat yang kemudian berkondensasi dengan

[image:31.612.271.373.366.435.2]

asetat membentuk struktur flavonoid (Middleton et al. 2000). Struktur flavonoid dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Molekul Flavonoid

Flavonoid dibedakan berdasarkan ikatan molekulnya menjadi lima

golongan yaitu flavanol, antosianidin, flavon, flavanon, dan chalcon. Struktur

dasar flavonoid terdiri atas dua cincin benzene (A dan B) yang terhubung oleh

cincin piran atau pirone heterosiklik dengan ikatan rangkap di tengahnya (C).

Pembagian golongan tersebut berdasarkan ada atau tidak adanya ikatan rangkap

pada posisi 4, ikatan rangkap antara atom karbon pada posisi 2 dan 3 pada cincin

C, dan gugus hidroksil pada cincin B. Pada struktur flavonoid, gugus fenil

biasanya berikatan pada posisi 2 cincin B, sementara isoflavonoid pada posisi 3.

Nucleus (Bilyk dan Sapers 1985; Middleton et al., 2000).

Golongan flavonol terdiri dari kuersetin, kaempferol, galangin dan

myrcetin, (Vickery and Vickery, 1981). Kuersetin kebanyakan terdapat pada

(32)

Flavonoid memiliki banyak kegunaan, beberapa di antaranya masih belum

dapat dimengerti. Sebagai contoh, flavonoid berpengaruh dalam pertumbuhan

pada in vitro tetapi tidak demikian halnya pada percobaan in vivo. Flavonoid juga berfungsi sebagai enzim inhibitor, memberi warna pada tanaman, atraktan bagi

polinator, dan sebagai antibiotik terhadap serangan virus (Vickery and Vickery

1981). Pada manusia flavonoid memiliki kegunaan sebagai anti oksidan, anti

kanker, anti alergi, dan anti virus (Hertog et al., 1992; Middleton et al., 2000). Flavonoid juga sangat efektif dalam mengikat radikal bebas dari hidroksil dan

peroksil sehingga dapat mencegah penyakit kanker dan jantung (Manach et al., 1996). Konsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung flavonoid juga

(33)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada Oktober 2006 sampai dengan Maret 2007. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor, Leuwikopo Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium BALITRO dan BB-BIOGEN.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman jambu biji asal Sukabumi berumur sembilan bulan yang berasal dari biji (Gambar 2). Daun jambu biji dan bahan-bahan penunjang laboratorium untuk analisis kandungan bahan-bahan bioaktif secara kualitatif dan kuantitatif. Alat yang digunakan adalah polybag ukuran 60 cm x 60 cm, timbangan, gunting pangkas, oven, sprayer alat-alat penunjang laboratorium untuk analisis kandungan bahan bioaktif secara kualitatif dan kuantitatif.

(a) (b)

[image:33.612.148.488.436.648.2]
(34)

Metode

Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan perlakuan tinggi pangkasan (T) yang ditempatkan dalam petak utama dan dosis pupuk nitrogen (N) dalam anak petak.

Petak utama terdiri atas tiga taraf tinggi pangkasan: T1 = Tinggi pangkas 50 cm

T2 = Tinggi pangkas 75 cm T3 = Tinggi pangkas 100 cm

Anak petak terdiri atas empat taraf dosis pupuk nitrogen: N0 = 0 g urea/tanaman

N1 = 90 g urea/tanaman N2 = 180 g urea/tanaman N3 = 270 g urea/tanaman

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 unit percobaan (Lampiran 1). Setiap unit percobaan terdiri dari 4 tanaman.

Model matematika untuk rancangan yang digunakan adalah : Yijk= μ + Ti + βj + δ ij + Nk + (TN)ik + εijk, dimana

Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j, ulangan ke-k

μ : rata-rata hasil pengamatan untuk setiap satuan percobaan

Ti : nilai tambah karena pengaruh tinggi pangkasan pada taraf ke-i

βj : nilai tambah karena pengaruh ulangan ke-j

δ ij : pengaruh galat petak utama (tinggi pangkasan)

Nk : nilai tambah karena pengaruh pemupukan N pada taraf ke-k

(TN)ik : nilai tambah karena pengaruh interaksi petak utama ke-i dengan anak petak ke-k

εijk : pengaruh galat anak petak (dosis pupuk N)

i : 1, 2, 3 untuk tinggi pangkasan j : 1, 2, 3 untuk ulangan

(35)

12

untuk perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari pelaksanaan di lapang dan di laboratorium. Bagan alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Pembibitan

Pembibitan dilakukan pada bulan Desember 2005, media yang digunakan saat pembibitan adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Periode pembibitan ini dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap satu pembibitan dilakukan pada polybag ukuran 15 cm x 15 cm yang berisi 1 benih/polybag. Bibit tanaman jambu biji ditumbuhkan sampai umur 3 bulan. Pada tahap berikutnya tanaman dipindah pada polybag dengan ukuran 30 cm x 30 cm dan dibiarkan tumbuh sampai umur 3 bulan. Pemindahan ini dilakukan dengan tujuan agar perkembangan akar optimal yang akan mendukung pertumbuhan tanaman.

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah tanaman berumur sembilan bulan setelah semai. Bibit tanaman ditanam pada polybag ukuran 60 cm x 60 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Peletakan polybag perlakuan berjarak 2 m x 2 m satu dengan lainnya.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemberantasan hama dan penyakit. Selama masa pemeliharaan ini perlakuan diterapkan yaitu berupa pemangkasan dan pemupukan nitrogen. Perlakuan pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam (1 BST), sedangkan pemupukan nitrogen dilakukan setelah pemangkasan sesuai dengan dosis perlakuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Panen dan Pasca Panen

(36)

menurut perlakuan untuk analisis kandungan bahan bioaktif daun jambu biji. Analisis kandungan bahan bioaktif daun jambu biji dilakukan menggunakan tahapan-tahapan pelaksanaan di laboratorium.

Pengamatan

Pengamatan meliputi variabel pertumbuhan dan produksi tanaman. Peubah pertumbuhan

1. Pertambahan tinggi tanaman (cm), diukur dari batas ajir yang telah ditentukan (5 cm dari permukaan tanah) sampai dengan titik tumbuh tertinggi daun yang diluruskan ke atas. Diamati setiap dua minggu.

2. Pertambahan diameter batang (mm), diukur dengan menggunakan jangka sorong pada tiga titik yaitu batang utama bawah, batang tengah dan batang atas. Diamati setiap dua minggu.

3. Jumlah cabang, merupakan jumlah cabang yang tumbuh pada batang utama. Diamati setiap dua minggu.

4. Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB)

Pengukuran Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih sebagai berikut:

1 2 1 2 T -T W ln W ln ) g/hari ( = − LTR 1 2 1 2 1 2 1 2 2 T -T A ln A ln A A W W ) /har g/cm ( − − − = x i LAB

dimana LTR = Laju Tumbuh Relatif (g/hari) LAB = Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)

T1 = Waktu pengamatan awal T2 = Waktu pengamatan akhir

W1 = Bobot kering total pada waktu T1 W2 = Bobot kering total pada waktu T2

(37)

14

Peubah produksi

1. Bobot basah daun, merupakan hasil pengukuran bobot daun yang belum dikeringkan setelah dipanen. Diukur dalam satuan g.

2. Bobot basah batang, merupakan bobot basah cabang yang dipanen daunnya yang belum dikeringkan setelah dipanen. Diukur dengan satuan g.

3. Bobot kering daun, merupakan hasil pengukuran bobot daun yang telah dikeringkan pada suhu 1050 C selama 24 jam setelah dipanen. Diukur dalam satuan g.

4. Kandungan N daun, dilakukan melalui analisis daun di laboratorium dengan metode Kjedhal. Diamati setelah panen.

5. Analisis kandungan bioaktif secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan setelah pemanenan total dan setelah mengalami proses pengeringan.

Analisis kualitatif

Uji kualitatif digunakan untuk mengetahui apakah daun jambu biji mengandung senyawa bioaktif tanpa mengetahui jumlahnya secara kuantitatif. Prosedur analisis pengujian pada senyawa bioaktif secara kualitatif yang dilaksanakan pada laboratorium analitik sebagai berikut (Harborn , 2000):

1. Pembuatan ekstrak : 10 g sampel kering yang sudah dihaluskan lalu direndam dalam 100 ml metanol selama 24 jam. Kemudian ekstrak disaring dan diuapkan dengan alat rotavapor (30o – 40oC) hingga didapatkan residunya. 2. Pengujian alkaloid : 2 mg residu yang telah diekstrak lalu ditambahkan 10 ml

kloroform-amoniak dan disaring. Larutan hasil dari saringan (filtrat) ditambah beberapa tetes H2SO4 2 M kemudian dikocok sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan keruh dan lapisan tidak berwarna. Lapisan tidak berwarna diambil dengan pipet menjadi 2 bagian. Pada masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetas reagen Dragendorf dan Mayer. Uji positif alkaloid bila menghasilkan endapan berwarna jingga setelah ditambahkan reagen Dragendorf dengan dan putih kekuningan untuk Mayer.

(38)

warna hijau menandakan positif adanya steroid, sedangkan warna merah atau ungu, positif adanya triterpenoid.

4. Pengujian flavonoid, saponin dan tanin : 2 mg residu yang telah diekstrak lalu ditambahkan aquades secukupnya, kemudian pisahkan 3 ml filtrat ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan logam Mg, beberapa tetes HCl pekat dan larutan amil alkohol, kemudian kocok apabila timbul warna kuning kemerahan pada fraksi amil alkohol menandakan uji positif flavonoid. Pada tabung kedua dilakukan uji saponin dengan dilakukan pengocokan secara vertikal, bila timbul busa yang stabil setinggi + 1 cm selama 10 menit menandakan adanya positif saponin. Sisa campuran tadi lalu saring. Filtrat ditambahkan beberapa ml larutan FeCl3 1 %. Timbulnya warna biru tua atau kehitaman menunjukkan positif tanin.

Kriteria penilaian bahan bioaktif secara kualitatif dengan uji fitokimia ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria penilaian kandungan bioaktif dengan uji fitokimia

Senyawa Dasar penilaian Penilaian

Alkaloid Jumlah pereaksi 1 tetes :4+ 2 tetes : 3+ 3 tetes :2+ 4 tetes :1+ Steroid Perubahan warna

biru/hijau

Tua : 3 + Sedang : 2+ Muda : 1+

Triterpenoid Perubahan warna merah/ungu

Tua : 3 + Sedang : 2+ Muda : 1+

Saponin Pembentukan lapisan busa

3 cm : 3+ 2 cm : 2+ 1 cm : 1+

Flavonoid Jumlah pereaksi 1 tetes :4+ 2 tetes :3+ 3 tetes: 2+ 4 tetes :1+ Tanin Jumlah pereaksi 1 tetes :4+ 2 tetes :3+ 3 tetes: 2+ 4 tetes :1+ Keterangan : 4+ = sangat tinggi, 3+/ 3cm = tinggi , 2+/ 2 cm = sedang, 1+/ 1 cm = rendah

Analisis kuantitatif

Prosedur pelaksanaan di laboratorium melalui proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi, pemisahan fraksi senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer UV.

1. Ekstraksi Maserasi

(39)

16

dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 400 C untuk menghilangkan pelarut sampai volumenya + 1/10 volume semula. Proses maserasi, penyaringan, dan pemekatan dilakukan berulang-ulang sampai ekstrak yang dihasilkan tidak berwarna. Ekstrak yang diperoleh digabung dan dinamakan ekstrak kasar metanol.

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

(40)
[image:40.612.135.495.87.586.2]

Gambar 3. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian Penanaman

Bibit jambu biji yang telah berumur 9 bulan ditanam pada polybag ukuran 60 cm x 60 cm dengan media tanah : pupuk kandang 1 : 1

dengan jarak tanam 2 m x 2 m

Pengamatan

Dilakukan pengamatan pertumbuhan dan pengamatan setelah panen

Pengamatan pertumbuhan meliputi pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang dilakukan setiap 2 minggu sekali dan LTR, LAB dilakukan

di akhir panen

Pengamatan setelah panen meliputi pengukuran bobot basah daun dan batang, bobot

kering batang dan daun, analisis N, analisis bioaktif

Analisis data menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dan DMRT

Pemeliharaan

Meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma, pemberantasan HPT. Perlakuan pemangkasan saat tanaman telah berumur 1 bulan setelah

pindah tanam dilanjutkan dengan pemupukan N Pembibitan

Dilakukan pada polybag ukuran 15 cmx 15 cm dengan media tanah : pupuk kandang 1 : 1, setelah berumur 6 bulan bibit dipindah pada

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Departemen Tanah IPB (Lampiran 2), lahan penelitian tergolong masam dengan pH H2O sebesar 4.95. Lahan penelitian tergolong bertekstur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. KTK yang terdapat di dalamnya tergolong rendah yaitu 11.26 me/100g, sehingga kekuatan mengikat unsur H, N, K, Ca dan Mg juga sangat rendah. Pada Gambar 4 terlihat pertanaman jambu biji pada umur 16 MST (minggu setelah tanam).

Gambar 4. Pertanaman Jambu Biji Umur 16 MST

Penambahan pupuk kandang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Penambahan pupuk kandang ayam pada dosis 15 ton/ha telah mengubah pH tanah pada level agak masam yaitu 6.47. Tekstur tanah berubah menjadi golongan liat berdebu dengan KTK yang berada pada level sedang yaitu 18.39, sehingga diharapkan hara sudah tersedia bagi tanaman.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Maret 2007. Pada awal penanaman yaitu bulan Oktober curah hujan tergolong rendah yaitu 136 mm/bulan. Saat menjelang panen yaitu pada umur 18 MST di bulan Februari total curah hujan tergolong tinggi yaitu 519 mm/bulan. Rata-rata temperatur udara selama penelitian adalah 27.4 0C.

(42)

tanah (Coptotermes travians). Serangan belalang dan ulat tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gambar 5a). Belalang dan ulat menimbulkan kerusakan pada daun dengan meninggalkan bekas gigitan, sehingga daun menjadi berlubang. Sedangkan serangan rayap cukup mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman bahkan ada 3 tanaman yang mati akibat serangan rayap. Rayap menyerang akar tanaman selanjutnya batang tanaman, sehingga batang tanaman menjadi keropos dan akhirnya tanaman rebah dan mati gejala serangan lain adalah daun menguning dan ranting mengering, hal ini diduga karena translokasi hara dari akar ke daun dan dari daun ke seluruh bagian tanaman terhambat. Penyakit yang menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar yang disebabkan oleh jamur Botryo diplodia, akibat penyakit ini tanaman menjadi rebah dan mati dalam beberapa hari setelah timbul gejala serangan (Gambar 5b). Gejala awal adalah timbulnya kelayuan pada daun-daun jambu biji, beberapa hari kemudian batang berwarna coklat sampai hitam gosong terutama pada daerah di sekitar perakaran. Jika akar dicabut maka akan tercium bau busuk. Serangan Botryo diplodia merupakan serangan sekunder yang diduga dipicu oleh pemupukan N (urea) dengan dosis yang tinggi yang menyebabkan kerusakan akar akibat kondisi oksigen berada dibawah CPO(Critical Oxygen Presure), sehingga mengaktifkan jamur ini. Kondisi ini disebabkan karena pemberian pupuk dilakukan pada musim kemarau dan juga kondisi aerasi media tanam yang kurang baik, selain itu juga disebabkan karena tanaman jambu biji ditanam pada polybag sehingga pupuk yang diberikan menyebabkan tanaman mengalami cekaman. Hal ini terlihat dari serangan tebesar terjadi pada tanaman yang dipupuk dengan 270 g urea/tanaman sebanyak 91.67% atau hampir seluruh tanaman mati (Tabel 2). Sehingga tanaman dengan perlakuan pupuk 270 g/tanaman tidak ikut diolah secara statistik.

Tabel 2. Jumlah tanaman jambu biji yang mati pada berbagai dosis pupuk urea Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tanaman Mati (%)

(43)

20

Untuk mencegah serangan hama dilakukan pemeliharaan dengan memberikan Furadan dan penyemprotan Decis setiap satu minggu sekali. Pemberian Furadan dilakukan dengan menaburkan disekeliling tanaman sedangkan penyemprotan dilakukan pada pagi hari agar lebih efektif karena ulat dan belalang belum aktif bergerak. Pencegahan penyakit dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang selanjutnya dibakar.

Gulma yang tumbuh selama pertumbuhan tanaman jambu biji adalah rumput teki, alang-alang dan babadotan (Ageratum conyzoides), penyiangan gulma dilakukan secara manual dan dengan menggunakan mesin pemotong rumput dilakukan setiap dua minggu sekali.

(a) (b)

Gambar 5. Daun Jambu Biji Yang Terserang Ulat (a) dan Akar Jambu Biji Yang Terserang Jamur Botryo diplodia (b)

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi

Rekapitulasi hasil sidik ragam dan regresi komponen pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam dan regresi komponen pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji

Perlakuan KK

(%) A Regresi B Regresi AxB Regresi

Pertambahan tinggi tanaman 6 MST

** tn * y50= -0.0012x +

4.925 R2 = 0.097 y75 = -0.0038x +

4.4283 R2 = 0.8661* y100 = 0.001x +

4.6133 R2 = 0.1319

(44)
[image:44.612.131.510.98.703.2]

Tabel 3. Lanjutan

Pertambahan tinggi tanaman 8 MST

tn y = -0.0062x + 6.38

R2 = 0.453

tn y = 0.0019x + 5.75

R2 = 0.9601*

tn 10.271)

Pertambahan tinggi tanaman 10 MST

tn y = -0.0062x + 7.08

R2 = 0.6093

tn y = 0.0013x + 6.50

R2 = 0.9038*

tn 7.871)

Pertambahan tinggi tanaman 12 MST

* y = -0.0084x + 7.64

R2 = 0.4404

tn y = 0.0024x + 6.83

R2 = 0.8191*

tn 8.431)

Pertambahan tinggi tanaman 14 MST

* y = -0.0076x + 7.73

R2 = 0.3918

tn y = 0.0022x + 7.01

R2 = 0.9868*

tn 7.951)

Pertambahan tinggi tanaman 16 MST

* y = -0.0176x + 9.38

R2 = 0.4635

tn y = 0.0011x + 7.85

R2 = 0.1242

tn 11.421)

Pertambahan tinggi tanaman 18 MST

tn y = -0.0008x + 9.41

R2 = 0.0006

tn y = 0.0011x + 9.25

R2 = 0.0401

tn 24.841)

Pertambahan Diameter batang 4 – 6 MST

tn y = -0.0016x + 2.33

R2 = 0.1579

tn y = -0.0003x+ 2.25

R2 = 0.75*

tn 11.481)

Pertambahan Diameter batang 6 – 8 MST

tn y = 0.0062x + 2.085

R2 = 0.7982*

tn y = 0.0017x + 2.3

R2 = 0.7982*

tn 21.981)

Pertambahan Diameter batang 8 – 10 MST

tn y = 0.0036x + 2.5067

R2 = 0.3343

tn y = 0.0004x + 2.73

R2 = 0.8421*

tn 20.881)

Pertambahan Diameter batang 10 - 12 MST

tn y = -0.004x + 3.41

R2 = 0.8929*

tn y = 0.0005x + 2.98

R2 = 0.0544

tn 11.691)

Pertambahan Diameter batang 12 – 14 MST

tn y = -0.0038x + 3.49

R2 = 0.9991*

tn y = 3.1233 R2 = 0

tn 12.391)

Pertambahan Diameter batang 14 – 16 MST

tn y = -0.0066x + 3.955

R2 = 0.9973*

tn y = -0.002x + 3.59

R2 = 0.2183

tn 9.651)

Pertambahan Diameter batang 16 - 18 MST

** ** ** y50 = -0.0038x +

4.1417 R2 = 0.633

y75 = -0.0045x +

3.9717 R2 = 0.8143* y100 = -0.0042x +

3.6883 R2 = 0.9323*

6.491)

Jumlah cabang 6 MST

* y = 0.0162x + 3.3

R2 = 0.98*

tn y = 0.0017x + 4.41

R2 = 0.4626

tn 12.081)

Jumlah cabang 8 MST

* tn * y50= 0.0019x +

5.395 R2 = 0.6447 y75 = -0.0008x +

4.98 R2 = 0.0392

y100 = 4.7167

R2 = 0

(45)
[image:45.612.135.508.92.684.2]

22

Tabel 3. Lanjutan

Jumlah cabang 10 MST

tn y= 0.0112x + 4.97

R2 = 0.8421*

tn y = -0.0015x+ 5.95

R2 = 0.1709

tn 8.581)

Jumlah cabang 12 MST

tn y = 0.016x + 4.84

R2 = 0.8151*

* y = -0.003x + 6.39

R2 = 0.3626

tn 15.471)

Jumlah cabang 14 MST

tn y = 0.008x + 5.66

R2 = 0.5242

tn y = -0.0012x+ 6.57

R2 = 0.1225 tn

12.061) Jumlah cabang

16 MST

tn y = 0.0072x + 6.05

R2 = 0.9643*

* y = -0.0016x+ 6.73

R2 = 0.2185

tn

10.761) Jumlah cabang

18 MST

tn y = 0.0062x + 6.285

R2 = 0.9969*

* y = -0.0021x+ 6.96

R2 = 0.1207 tn

9.931) Laju asimilasi

bersih

tn ** ** y50 = -0.0004x +

1.435 R2 = 0.6447 y75= -0.0004x +

1.4233 R2 = 0.4948 y100 = -0.0004x +

1.4267 R2 = 0.6575

15.661)

Laju tumbuh relatif

tn ** ** y50 = -0.0043x +

3.1833 R2 = 0.6832

y75 = -0.0048x +

3.04 R2 = 0.5169 y100 = -0.0044x +

3.0617 R2 = 0.6383

1.511)

Bobot basah daun

** ** ** y50 = -0.0217x + 21.005

R2 = 0.3631

y75= -0.0048x +

17.727 R2 = 0.0315

y100 = -0.0114x +

17.062 R2 = 0.2239

8.461)

Bobot kering daun

* ** ** Y50 = -0.3774x +

104.5 R2 = 0.505 Y75= -0.2433x +

77.413

R2 = 0.2194R2 = 0.3553

Y100= -0.2102x +

62.195

R2 = 0.2994R2 = 0.4304

19.901)

Bobot basah batang dan cabang

* y = -0.0626x + 15.6

R2 = 0.6578

tn y = 0.0108x + 9.94

R2 = 0.8334*

tn 23.991)

(46)

Interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dengan dosis pupuk urea berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman pada 6 MST, diameter batang pada 16 - 18 MST, jumlah cabang pada 8 MST, LAB dan LTR. Komponen pertumbuhan lainnya yaitu tinggi tanaman 12, 14 dan 16 MST, jumlah cabang 6 MST hanya dipengaruhi oleh tinggi pangkas sedangkan jumlah cabang 12MST dipengaruhi oleh perlakuan pemupukan. Tinggi tanaman 8, 10 dan 18 MST, pertambahan diameter batang 4 – 6, 6 – 8, 8 – 10, 10 – 12 dan 12 – 14 MST, jumlah cabang 10 dan 14 MST tidak berbeda nyata pada semua perlakuan baik tinggi pangkas maupun dosis pupuk urea.

Komponen produksi yang dipengaruhi oleh interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea adalah bobot basah daun dan bobot kering daun, sedangkan bobot basah batang dan cabang hanya dipengaruhi oleh tinggi pangkas.

Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa tinggi pangkasan berpengaruh linier negatif terhadap pertambahan tinggi tanaman 6 – 18 MST, pertambahan diameter batang 10 – 18 MST, LTR, LAB, BBD dan BBK, sedangkan pada pertambahan diameter batang 4 – 8 MST dan jumlah cabang 6 – 18 MST tinggi pangkasan berpengaruh linier positif. Dosis pupuk urea berpengaruh linier positif terhadap pertambahan tinggi tanaman 6 – 18 MST, pertambahan diameter batang 6 – 14 MST dan jumlah cabang pada 6 MST. Dosis pupuk urea berpengaruh linier negatif terhadap pertambahan diameter batang 14 – 18 MST, jumlah cabang 8 – 18 MST, LTR, LAB, BBD dan BBK.

Berdasarkan hasil analisis regresi terlihat bahwa pemupukan hanya berpengaruh pada awal pertumbuhan tanaman jambu biji, sehingga jika kita akan melakukan pemupukan hendaknya dilakukan di awal pertumbuhan, selain itu hasil regresi juga menunjukkan bahwa dimungkinkan pupuk yang dibutuhkan tanaman jambu biji tidak hanya pupuk N. Sumber N yang digunakan hendaknya tidak hanya berasal dari pupuk urea saja melainkan berasal dari pupuk majemuk, sehingga kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman jambu biji selain N dapat terpenuhi.

(47)

24

menyatakan bahwa pemangkasan efektif untuk menumbuhkan tunas pada tanaman jambu biji akan tercapai jika tanaman jambu biji sudah mencapai diameter batang 0.75 cm – 1.5 cm atau pada saat tanaman telah berumur 2 – 3 tahun. Hal ini mungkin juga berhubungan dengan ukuran jaringan xylem dan floem tanaman jambu biji yang belum maksimal akibat ukuran diameter yang belum maksimal pula. Menurut Susilo (1991) ukuran jaringan xylem dan floem pada tanaman budidaya mengikuti ukuran kambium batang. Tanaman tua akan memiliki ukuran jaringan xylem dan floem yang lebih besar dibandingkan tanaman yang lebih muda.

Pertumbuhan

Pertambahan Tinggi Tanaman

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan tinggi pangkas berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 12, 14 dan 16 MST, sedangkan pada 8, 10 dan 18 MST tinggi pangkas tidak berbeda nyata. Tinggi pangkas 50 cm menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan tinggi pangkas 75 dan 100 cm.

Tabel 4. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Perlakuan Minggu setelah tanam

ke-6 8 10 12 14 1ke-6 18

Tinggi Pangkas (cm)

………. ..cm……….

50 4.82a 6.17 6.85 7.36a 7.49a 8.78a 9.83

75 4.08b 5.72 6.48 6.74b 6.89b 7.52b 8.45

100 4.72a 5.86 6.54 6.94ab 7.11ab 7.90ab 9.79

Dosis pupuk urea

(g/tanaman) ……….cm………

0 4.50 5.77 6.53 6.89 7.02 7.70 8.99

90 4.52 5.88 6.58 6.93 7.18 8.26 9.89

180 4.60 6.11 6.76 7.32 7.42 7.90 9.18

Interaksi * tn tn tn tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(48)

panjang (Gardner et al., 1991). Hal ini disebabkan adanya pergerakan auksin yang tinggi akibat pemangkasan batang menuju ujung batang dan pangkal batang menghambat tunas lateral atau tunas samping (Hartman & Kester, 1990).

Menurut Weaver (1972) pertambahan perpanjangan ruas merupakan akibat pembelahan sel meristem sub apikal. Selanjutnya Khrishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa perpanjangan batang ini disebabkan oleh dua proses yaitu pembelahan sel dan perpanjangan sel. Sel membesar dan mencapai ukuran maksimum, selanjutnya diikuti oleh pembelahan sel.

Hasil analisis ragam pada taraf 5 % menunjukkan bahwa pemupukan urea tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan. Meskipun demikian tanaman jambu biji yang mendapat perlakuan pupuk urea menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang dominan dibandingkan dengan unsur lainnya dalam pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya Fujita et al., (1991), menyatakan bahwa N merupakan komponen penyusun asam amino protein yang berfungsi dalam pembelahan sel dan pertumbuhan.

Tabel 5. Pertambahan tinggi tanaman jambu biji umur 6 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman)

Tinggi Pangkas (cm)

50 75 100

………..…6 MST (cm)………..

0 4.74ab 4.35abc 4.48abc

90 5.19a 4.24bc 4.97a

180 4.53ab 3.66c 4.66ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(49)

26

Pertambahan Diameter Batang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tinggi pangkas tidak berbeda nyata pada setiap 2 minggu pengamatan kecuali pada 16 – 18 MST tinggi pangkas berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang. Meskipun tidak berbeda nyata pertambahan diameter batang cenderung semakin berkurang dengan semakin meningkatnya tinggi pangkas. Tinggi pangkas 50 cm memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan pemangkasan 75 dan 100 cm. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa dosis pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang kecuali pada 16 – 18 MST.

Tabel 6. Pertambahan diameter batang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Perlakuan Minggu setelah tanam ke-

4 – 6 6 - 8 8 - 10 10 - 12 12 - 14 14 -16 16 - 18 Tinggi

Pangkas (cm)

………. ..mm………

50 2.31 2.44 2.76 3.23 3.31 3.62 3.72a

75 2.11 2.46 2.63 3.07 3.21 3.47 3.65a

100 2.23 2.75 2.94 3.03 3.12 3.29 3.31b

Dosis pupuk urea

(g/tanaman) ……….mm……….

0 2.24 2.44 2.72 2.89 3.01 3.40 3.63a

90 2.24 2.46 2.79 3.26 3.35 3.81 3.91a

180 2.18 2.75 2.80 2.98 3.01 3.04 3.08b

Interaksi tn tn tn tn tn tn **

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Interaksi antara tinggi pangkas dan dosis pupuk urea berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang terjadi pada umur 16 – 18 MST (Tabel 7). Hasil terbaik ditunjukkan pada interaksi tinggi pangkas 50 cm dosis pupuk urea 90 g/tanaman dan hasil terendah ditunjukkan oleh tinggi pangkas 100 cm dosis pupuk urea 180 g/tanaman.

Tabel 7. Pertambahan diameter tanaman batang jambu biji umur 16 – 18 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea Dosis Pupuk Urea

(g/tanaman)

Tinggi Pangkas

50 75 100

………16 – 18 MST (mm)………

0 3.99ab 3.86abc 3.63bcd

90 4.10a 3.79abc 3.43cde

180 3.30def 3.05ef 2.88f

(50)

Y50 = -0.0038x + 4.1417

R2

= 0.633

Y75 = -0.0045x + 3.9717

R2

= 0.8143*

Y100 = -0.0042x + 3.6883

R2 = 0.9323* 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 50 100 150 200

Dosis Urea (g/tanaman)

P er tam b ah an D iam ete r B at an g ( m m ) 50 cm 75 cm 100 cm Linear (50 cm) Linear (75 cm) Linear (100 cm)

Gambar 6. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Jambu Biji Umur 16 - 18 MST Pada Berbagai Interaksi Perlakuan Tinggi Pangkas dan Dosis Pupuk Urea

Jumlah Cabang

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah cabang dipengaruhi secara nyata oleh tinggi pangkas pada 6, 8 dan 18 minggu pengamatan. Jumlah cabang cenderung menurun dengan semakin tingginya pemangkasan pada setiap 2 minggu pengamatan.

Tabel 8. Jumlah cabang tanaman jambu biji pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Perlakuan Minggu setelah tanam

ke-6 8 10 12 14 1ke-6 18

Tinggi Pangkas (cm)

………... .……….

50 4.97a 5.70a 6.16 6.55 6.57 6.79 6.90

75 4.64ab 4.94a 5.67 5.82 6.04 6.55 6.76

100 4.16b 4.73b 5.60 5.75 6.17 6.43 6.59

Dosis pupuk urea

(g/tanaman) ………..………

0 4.32 5.03 5.78 6.19ab 6.40 6.58ab 6.68ab

90 4.75 5.33 6.16 6.54a 6.80 6.91a 7.36a

180 4.62 5.02 5.51 5.65b 6.18 6.29b 6.31b

Interaksi * * tn tn tn tn tn

(51)

28

Dosis pupuk urea pada 12, 16 dan 18 MST berbeda nyata terhadap kontrol. Dosis pupuk urea 90 g/tanaman meningkatkan jumlah cabang dibandingkan kontrol, namun dosis pupuk urea 180 g/tanaman menurunkan jumlah cabang tanaman. Gardner et al., (1991) dan Marschner (1995) menyatakan bahwa peningkatan jumlah cabang merupakan hasil pembelahan sel dalam jaringan meristem. Pembelahan dan pembeseran sel untuk membentuk cabang baru memerlukan jumlah hara organik dan mineral yang cukup.

Menurut Sukasman (1988) pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar menjadi berbatang banyak dan rendah, selain itu pemangkasan dapat mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan pada pucuk batang akan mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun. Perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami tersebut akan merangsang pertumbuhan tunas baru (Sutarno, 1982).

Tabel 9. Jumlah cabang tanaman jambu biji umur 8 MST pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman)

Tinggi Pangkas

50 75 100

……….8 MST ………..

0 5.32a 4.78b 4.60b

90 5.72a 5.31ab 4.95ab

180 5.67a 4.64b 4.60b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

(52)

Y50 = 0.0019x + 5.395

R2 = 0.6447

Y75 = -0.0008x + 4.98 R2 = 0.0392

Y100 = 4.7167 R2 = 0

0 1 2 3 4 5 6 7

0 50 100 150 200 Dosis Urea (g/tanaman)

Ju

m

la

h

C

ab

an

g

50 cm 75 cm 100 cm Linear (50 cm) Linear (75 cm) Linear (100 cm)

Gambar 7. Jumlah Cabang Tanaman Jambu Biji Umur 8 MST Pada Berbagai Interaksi Perlakuan Tinggi Pangkas dan Dosis Pupuk Urea

Rata – rata Laju Tumbuh Relatif

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata LTR jambu biji pada umur 4 – 18 MST pada pemupukan 90 g urea/tanaman tidak berbeda nyata dengan kontrol pada berbagai perlakuan tinggi pangkas, meskipun demikian pemupukan 90 g urea/tanaman menghasilkan nilai rata-rata LTR yang lebih tinggi dan meningkatkan LTR sebanyak 5.4 % dibandingkan kontrol. Nilai rata-rata LTR terendah ditunjukkan oleh dosis pupuk urea 180 g/tanaman pada berbagai perlakuan tinggi pangkas.

Tabel 10. Nilai rata-rata LTR tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman)

Tinggi Pangkas

50 75 100

……….4 – 18 MST (g/hari)………..

0 3.03a 2.80a 2.89a

90 3.10a 3.09a 3.01a

180 2.25b 1.94b 2.10b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

(53)

30

digunakan sebagai pembanding terhadap efisiensi produksi, baik antara genotipe tanaman maupun diantara tanaman-tanaman yang mendapat perlakuan atau karena pengaruh iklim yang berbeda.

Y50 = -0.0043x + 3.1833 R2 = 0.6832

Y75 = -0.0048x + 3.04

R2 = 0.5169

Y100 = -0.0044x + 3.0617

R2 = 0.6383

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

0 50 100 150 200

Dosis Urea (g/tanaman)

La ju Tu m b u h R el a ti f ( g /c m ) 50 cm 75 cm 100 cm

Linear (50 cm)

Linear (75 cm)

Linear (100 cm)

Gambar 8. Nilai Rata – rata LTR Tanaman Jambu Biji Umur 18 MST Pada Berbagai Interaksi Perlakuan Tinggi Pangkas dan Dosis Pupuk Urea

Rata-rata Laju Asimilasi Bersih

Tabel 11 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap nilai LAB. Nilai rata-rata LAB tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemupukan urea 90 g/tanaman dan kontrol pada berbagi tinggi pangkas. Hal ini diduga karena ukuran daun pada interaksi perlakuan tersebut lebih besar dibandingkan dengan interaksi yang lainnya, sehingga penangkapan energi matahari oleh daun lebih banyak dan laju fotosintesis akan meningkat.

Tabel 11. Nilai rata-rata LAB tanaman jambu biji pada periode umur 4 – 18 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea Dosis Pupuk Urea

(g/tanaman)

Tinggi Pangkas

50 75 100

...4 – 18 MST (g/hari)...

0 1.42a 1.40a 1.41a

90 1.43a 1.43a 1.42a

180 135b 1.32b 1.33b

(54)

Laju asimilasi bersih berkaitan dengan hasil bersih dari fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Salah satu faktor internal tanaman yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis adalah klorofil. Menurut Loveless (1991), peningkatan klorofil daun akan berperan dalam meningkatkan laju asimilasi bersih sehingga produk fotosintesis meningkat. Pada penelitian ini penambahan pupuk urea 90 g/tanaman memberikan unsur hara yang cukup terutama nitrogen yang berperan dalam sintesis klorofil. Klorofil merupakan molekul organik yang komplek dan nitrogen merupakan salah satu komponen penyusun klorofil (Taiz dan Zeiger, 2002).

Komponen Produksi Tajuk

Tabel 12 memperlihatkan bahwa produksi tajuk tertinggi pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea berupa bobot basah maupun bobot kering daun terdapat pada interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 50 cm dan dosis pupuk urea 90 g/tanaman, sedangkan hasil terendah pada interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 100 cm dan dosis pupuk urea 180 g/tanaman. Bobot basah batang dan cabang tertinggi ditunjukkan oleh interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 75 cm dan dosis pupuk urea 90 g/tanaman dan hasil terendah ditunjukkan oleh interaksi tinggi pangkas 100 cm tanpa pupuk.

Tabel 12. Produksi tajuk tanaman jambu biji (18 MST) pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman)

Tinggi Pangkas (cm)

50 75 100

………Bobot Basah Daun (g)………..

0 382 (19.51ab) 268 (16.35cd) 256 (15.96cd)

90 487 (22.04a) 403 (20.05ab) 334 (18.24bc)

180 244 (15.60cd) 240 (15.49cd) 195 (13.91d)

………Bobot Kering Daun (g)………..

0 86 (9.17ab) 54 (7.25b) 46 (6.67bc)

90 109 (10.41a) 103 (10.11a) 77 (8.70abc)

180 17 (4.02d) 10 (2.96d) 8 (2.58d)

...Bobot Basah Batang dan Cabang (g)...

0 108 (10.33ab) 124 (11.11ab) 59 (7.63b)

90 147 (12.07ab) 192 (13.82) 71 (8.37ab)

180 172 (13.09ab) 11.72ab (138) 125 (10.12ab)

(55)

32

Komponen bahan kering daun adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino, asam organik serta unsur tertentu seperti K. Komponen-komponen tersebut merupakan hasil asimilat yang memerlukan serapan hara dari larutan tanah dan translokasi ke tajuk (Salisbury dan Ross, 1995). Pemberian pupuk N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti jumlah batang dan cabang serta daun jambu biji. Jumlah daun yang banyak akan meningkatkan produksi biomassa. Produksi biomassa tersebut akan mengakibatkan pertambahan bobot kering. Biomassa adalah semua bahan kasar yang merupakan manifestasi dari semua proses yang terjadi dalam dalam pertumbuhan tanaman.

Saifudin (1986), menyatakan bahwa apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya, maka tanaman menghasilkan protein lebih banyak dan daun akan tumbuh lebih lebar sehingga fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis sebanding dengan jumlah nitrogen yang tersedia.

Y50 = -0.3774x + 104.5 R2 = 0.505

Y75= -0.2433x + 77.413

R2 = 0.2194

Y100= -0.2102x + 62.195 R2 = 0.2994

0 20 40 60 80 100 120

0 50 100 150 200

Dosis Urea (g/tanam

Gambar

Gambar 1. Struktur Molekul Flavonoid
Gambar 2.  (a) Tanaman Jambu Biji Sukabumi  (b) Buah Jambu Biji Sukabumi
Gambar 3.  Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.     Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.2.3 Penerapan TeknikBehaviorContract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Penerapan Behavior Contract pada kemandirian anak adalah pentingnya guru untuk dapat

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua yang tinggi akan membantu siswa dalam proses belajar sehingga siswa lebih termotivasi

Pakta Integritas yang ditandatangani oleh ULP/Pejabat Pengadaan pasal 12 ayat (2) huruf e Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 memuat isi ikrar untuk mencegah

dari hasil keterlaksanaan RPP dan respon siswa serta hasil data analisis yang peneliti peroleh terhadap proses pembelajaran pada kelas eksperimen dapat

secara sengaja mendorong seseorang ke jalur bus yang tengah lewat. Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar stasiun pompa bensin atau meledakkan gudang

Keputusan Ketua Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Nomor 082 Tahun 2016 Tentang Standar Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah

pergantian diperbolehkan atas keuntungan sekalian anak dan keturunan saudara laki-laki dan perempuan yang telah meninggal lebih dulu, baik mereka mewaris

Kebiasaan yang terjadi di dalam masyarakat adat Desa Pencong Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa harta warisan dibagi-bagi kepada ahli waris meskipun pewaris