• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan Dan Dora

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan Dan Dora"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

SKRIPSI

Oleh:

SEPT HAMONANGAN MANIK 060301056

BDP – AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

SKRIPSI

Oleh:

SEPT HAMONANGAN MANIK 060301056

BDP – AGRONOMI

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

(Ir. Hj.Sabar Ginting, MS) (Ir. Jasmani Ginting, MP ) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine the appropriate dose of organic fertilizer for crop growth and production in mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan and Dora. The research was conducted at the Simpang local government, Village Simpang Brief, Medan District Tuntungan with altitude + 25 meters above sea level in March-May 2011. The research was carried out by the method of factorial randomized block design in two varieties

with six treatments, namely R0 (control), R1 (1.25 g / plant), R2 (1.875 g / plant), R3 (2.5 g / plant), R4 (3.125 g / plant), R5 (3.75 g / plant). The parameters observed were

plant height, leaf area (cm2), number of leaves, total leaf chlorophyll (units / 6 mm3), Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), harvest index. The best organic fertilizer in plant height was observed at doses of 3.75 g / plant with a height of 21.13 cm, weight observations persampel plant biomass was highest at a dose of

3.125 g / plant with a weight of 407.50 g. fresh weight was the highest selling crop

varieties which amounted to 350.51 g tosakan.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan dan Dora. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial pada dua Varietas dengan enam perlakuan yaitu R0 (Kontrol), R1 (1,25 g/ tanaman), R2 (1,875 g/ tanaman), R3 (2,5 g / tanaman), R4 (3,125 g/ tanaman), R5 (3,75 g/ tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Daun, Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk organik yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada dosis 3,75 g/tanaman dengan tinggi 21,13 cm, pengamatan bobot biomassa tertinggi tanaman persampel adalah pada dosis 3,125 g/ tanaman dengan bobot 407,50 g. bobot segar jual tertinggi tanaman adalah pada varietas tosakan yakni sebesar 350,51 g.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Sept Hamonangan Manik dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 7 September 1986

yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari ayahanda Drs. Togar Manik,

Ak, CPA dan ibunda Ida Rostati Br. Lumban Tobing

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Cahaya Medan dan pada tahun 2006 masuk ke

Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa

Budidaya Pertanian (HIMADITA), sebagai asisten mata kuliah Tanaman Pangan

(2009-2010)

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 3 Kebun Silau Dunia

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Pemanfaatan

Pupuk Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica

juncea L.) Varietas Tosakan dan Dora ” tepat waktu. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai

tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga Skripsi ini tidak

mungkin disebut sebagai suatu Karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan

tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik

secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua

itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang

kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semua tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing penulis, Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS selaku ketua komisi

pembimbing penulis dan kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku anggota

komisi pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu yang banyak dan

memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini,

2. Orang tua penulis, St. Drs. Togar Manik, Ak, CPA dan Ida Rostaty br. Tobing, serta

kepada abang-abang dan kakak kandung penulis, Marthin Banzai Alwis Manik, SE,

Ak, Sarah Margareth br. Manik, S.Sos, dan Maria Ulfa Gabriella Manik yang telah

memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan studi penulis termasuk

(7)

3. Amangboru Ir Maroloan Simaibang yang telah membantu penulis dalam penelitian

untuk skripsi ini

4. Ruth Simanungkalit,SP dan Henny Pasaribu, SP yang telah menyemangati dan

mendoakan penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

penulis tuliskan, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi

ini. Penulis juga memohon maaf apabila ada kekurangan dalam skripsi ini . Kiranya Tuhan

Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada

penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, 7 Januari 2012

Penulis,

Sept H Manik

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian... 4

(9)

Pemeliharaan Tanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18

Panen ... 19

Parameter Pengamatan ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Luas Daun (cm2) ... 19

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 19

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 20

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 20

Indeks Panen ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi ... 10

2. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk organik

pada pengamatan 3-6 MST ………. 21

3. Luas daun tanaman sawi pada berbagai taraf

pupuk organik dan varietas ………... 22

4. Jumlah daun tanaman sawi pada berbagai taraf

pupuk organik dan varietas ………... 23

5. Jumlah klorofil daun tanaman sawi pada berbagai

taraf pupuk organik dan varietas ……….. 25

6. Bobot Biomassa per tanaman sampel sawi pada

berbagai taraf pupuk organik dan varietas ……… 27

7. Bobot Segar Jual per tanaman sampel sawi pada

berbagai taraf pupuk organik dan varietas ……… 29

8. Indeks panen tanaman sawi pada berbagai taraf

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan interaksi varietas dan pupuk organik terhadap

tinggi tanaman sawi ... 22

2. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organic terhadap luas daun ... 23

3. Hubungan jumlah daun tanaman sawi dengan berbagai taraf

pupuk organik ... 24 4. Hubungan jumlah daun tanaman sawi dengan kedua

perlakuan varietas ………... 25

5. Hubungan jumlah klorofil daun tanaman sawi dengan

berbagai taraf pupuk organik ……….. 26

6. Hubungan jumlah klorofil daun tanaman sawi terhadap

dua varietas yang berbeda ……….. 27

7. Hubungan bobot biomassa per tanaman sampel sawi dengan

berbagai taraf pupuk organik ………. 28

8. Hubungan antara bobot biomassa terhadap varietas yang berbeda ………... 29

9. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel sawi dengan

berbagai taraf pupuk ……….. 30

10. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel dengan

perlakuan dan varietas yang berbeda ………. 31

11. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

5. Data PengamatanTinggi Tanaman 5 MST (cm)... 41

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 41

15.Data Pengamatan Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 46

16.Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 46

17.Data Pengamatan Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 47

18.Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 47

19.Data Pengamatan Indeks Panen ... 48

(13)

21.Jadwal Penelitian ……….. 49

22.Plot Penelitian ………... 50

23.Bagan Penelitian ……….. 51

24.Deskripsi Sawi Varietas Tosakan ... 52

25.Deskripsi Sawi Varietas Dora ………..…. 53

26.Data BMG ... 54

27.Analisis Tanah ……… ……… 55

(14)

ABSTRACT

This study aimed to determine the appropriate dose of organic fertilizer for crop growth and production in mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan and Dora. The research was conducted at the Simpang local government, Village Simpang Brief, Medan District Tuntungan with altitude + 25 meters above sea level in March-May 2011. The research was carried out by the method of factorial randomized block design in two varieties

with six treatments, namely R0 (control), R1 (1.25 g / plant), R2 (1.875 g / plant), R3 (2.5 g / plant), R4 (3.125 g / plant), R5 (3.75 g / plant). The parameters observed were

plant height, leaf area (cm2), number of leaves, total leaf chlorophyll (units / 6 mm3), Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), harvest index. The best organic fertilizer in plant height was observed at doses of 3.75 g / plant with a height of 21.13 cm, weight observations persampel plant biomass was highest at a dose of

3.125 g / plant with a weight of 407.50 g. fresh weight was the highest selling crop

varieties which amounted to 350.51 g tosakan.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan dan Dora. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial pada dua Varietas dengan enam perlakuan yaitu R0 (Kontrol), R1 (1,25 g/ tanaman), R2 (1,875 g/ tanaman), R3 (2,5 g / tanaman), R4 (3,125 g/ tanaman), R5 (3,75 g/ tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Daun, Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk organik yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada dosis 3,75 g/tanaman dengan tinggi 21,13 cm, pengamatan bobot biomassa tertinggi tanaman persampel adalah pada dosis 3,125 g/ tanaman dengan bobot 407,50 g. bobot segar jual tertinggi tanaman adalah pada varietas tosakan yakni sebesar 350,51 g.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya

mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas.

Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sawi

mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Sawi diduga

berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu,

kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana, 2002).

Ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk

bisnis sayuran . Laju

pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis

sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan produksinya

merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya (Suwandi, 2009).

Sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau

diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar. Kelayakan

pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif

kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu,

umur panen sawi relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan

keuntungan yang memadai (Rahman dkk, 2008).

Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan

sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk,

2006).

Sawi hijau, sering kita temui dalam menu makan sehari-hari. Biasanya sawi diolah

(17)

manfaat. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan memiliki banyak vitamin. Menurut

pakar, sawi seperti juga sayur hijau lainnya berfungsi sebagai pencegah kanker. Bagi

perempuan sawi punya banyak manfaat di masa menopouse, karena bisa melindungi kaum

hawa dari penyakit jantung dan kanker payudara. Kandungan nutrisi seperti kalsium, asam

folat, dan magnesium juga dapat mendukung kesehatan tulang. Bagi Anda yang tak suka

makan sayur, tak perlu khawatir kehilangan semua manfaat sehat ini. Karena ternyata, sawi

tak hanya bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu menjadi minuman sehat yang

menyegarkan (Zatnika, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi sawi selama

periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami penurunan minus 1,44% per tahun, hal ini

terjadi karena berkurangnya luas lahan. Pada tahun 2008 produksi sawi sebesar 77.147 ton,

naik sebesar 2.036 ton, bila dibandingkan produksi sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton.

Sawi terdapat hampir di semua daerah di Sumatera Utara.

Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan hidup

tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya

efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah,

berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20%

(Suwandi, 2009). Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah

saja. Oleh karena itu, tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk

(Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat ditempuh melalui

prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi, dan berimbang sesuai

kebutuhan tanaman (Syafruddin dkk, 2009).

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran membutuhkan hara

(18)

penting sebagai sumber unsur harabagi tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut

di dalam tanah berbeda antar tanaman (Suwandi, 2009).

Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan melalui

tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi pupuk

dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani menjadi bingung hal

ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang

dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak

diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro

saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Pada hal meskipun dibutuhkan dalam

jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro

sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas

enzim (Lingga dan Marsono, 2007).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk Organik cap Dua Tani yang

terbaik untuk pertumbuhan dan produksi pada sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan

dan Dora.

Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh dosis pupuk Organik cap Dua Tani terhadap pertumbuhan dan

produksi sawi.

2. Ada pengaruh perbedaan varietas sawi terhadap pertumbuhan dan produksi sawi.

3. Ada interaksi antara pupuk organik cap Dua Tani dan jenis sawi terhadap

(19)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sawi (Brassicajuncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli

dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis

tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah

(polong) maupun bijinya.

Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat

gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa

dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam

berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam

penyakit (Cahyono, 2003).

Klasifikasi sawi dalam

Divisi : Spermatophyta

(Rukmana, 2002) sebagai berikut :

Kelas : Angiospermae

Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang

akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman

antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari

dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003).

Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini

(21)

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola

pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi

maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia)

yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas

empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat

helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

Syarat Tumbuh

Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah

berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya

adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006)

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah,

aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke dalam tanah.

Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat

kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara

langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro.

Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah

ketersediaan hara mikro semakin kecil (Hasibuan, 2010).

Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan

hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di

samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara

(22)

unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi

tanaman. Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam,

tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik

kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun

berkerut (Cahyono, 2003).

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling

baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang

mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang

cukup (Suhardi, 1990).

Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh

pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat

penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.

Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan

jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya.

Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu

sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3)

atau dolomit (CaMg(CO3)2)

Iklim

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup

tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Sawi hijau tergolong tanaman yang

tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan

(23)

1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. .

(Cahyono, 2003)

Sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan

terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada

kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002).

Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar

antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap

pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki

tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas

karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk

kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak

memadai. Akhirnya proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses

pertumbuhan pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003).

Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH

rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya

adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki

pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada

dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang

dihasilkan menyebabkan pH 5,6 (Madjid,2009).

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada

tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air

ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai

kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida, dengan demikian dapat

(24)

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini

berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk

pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari

21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno,

1996).

Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan sawi hijau tidak dapat

tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari

batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis

tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat)

juga terhenti, sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya

produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada

untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan

sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi sawi hijau pertumbuhannya tidak

subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah (Cahyono,

2003).

Sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim

kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam

pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila

ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang

menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim

penghuja

Kandungan gizi pada sawi serta manfaatnya

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup

lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh.

(25)

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada

penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi

ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.

Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe,

Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

Pupuk Organik

Pupuk organik sebagai kegiatan mikrobiologis bukanlah pupuk biasa ( kimia

anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan

nutrisi ke dalam tanah

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia

seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat.

Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu

(26)

kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman

)

kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh

kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kenci

mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak

mengandung unsur

pupuk kandang di antaranya

dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya darifaktor lain sehingga faktor lain

tersebut tertutupi dan masing-masing factor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya

dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi

pertumbuhan suatu tanaman ( Sutedjo dan Kartosapoetra, 1987 )

Varietas

Penggunaan varietas merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam

hal meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani. Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang

diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada

umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi. Tahan terhadap

organisme pengganggu tertentu dan memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta

mempunyai sifat-sifat agronomis penting lainnya. Dengan menggunakan varietas unggul

(27)

tanaman tanpa adanya kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam upaya

untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman senantiasa berusaha

menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok

untuk kondisi lingkungan tertentu (Fakultas Pertanian UNS, 2011).

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh

bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau

kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh

sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan masyarakat Jl.Setia Budi, Kelurahan

Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di

atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret – mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas Tosakan dan

Dora, pupuk Organik cap Dua Tani dan pupuk Kompos.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan membersihkan lahan,

handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan insektisida yang diaplikasikan, timbangan

analitik, gembor, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, leaf area meter

untuk mengukur luas daun, klorofilmeter untuk mengukur jumlah klorofil daun, alat tulis,

(29)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 2

Faktor perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan pertama adalah konsentrasi pupuk organik

cap Dua Tani, sedangkan perlakuan ke 2 adalah varietas.

Perlakuan Pertama : Pupuk Organik cap Dua Tani dengan 6 perlakuan,

R 0 = Kontrol

R 1 : ½ dosis anjuran = 1,25 g/ tanaman

R 2 : ¾ dosis anjuran = 1,875 g/ tanaman

R 3 : dosis anjuran = 2,5 g/ tanaman

R 4 : 5/4 dosis anjuran = 3,125 g/ tanaman

R 5 : 6/4 dosis anjuran = 3,75 g/ tanaman

Perlakuan kedua : Varietas 2 jenis yakni,

V1 = Varietas Tosakan

V2 = Varietas Dora

Dengan demikian didapat 12 kombinasi perlakuan yaitu :

R0V1 R0V2

R1V1 R1V2

R2V1 R2V2

R3V1 R3V2

R4V1 R4V2

(30)

Jumlah Ulangan : 4 ulangan

Jumlah Plot : 48 plot

Jumlah Tanaman/Plot : 25 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel/Plot: 5 tanaman

Jumlah Sampel Seluruhnya : 240 tanaman

Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1200 tanaman

Jarak Tanam : 25 cm x 20 cm

Jarak Antar Plot : 30 cm

Jarak Antar Ulangan : 50 cm

(31)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model

linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + βk +Єijk

Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi pupuk hijau pada taraf ke-j

µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian pupuk organik pada taraf ke-j

βk = Pengaruh penggunaan varietas pada taraf ke-k

Єijk = Pengaruh error pada blok ke-i komposisi dengan komposisi pupuk organik pada

taraf ke-j dengan varietas pada taraf ke-k.

Jika dari hasil sidik ragam diperoleh data yang berbeda nyata akan dilanjutkan dengan

uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Disiapkan lahan penelitian seluas 25 m x 7 m. Dibuat plot dengan ukuran 125 cm x 100

cm dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Kemudian tanah

dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman

30 cm.

Penyemaian Benih

Benih direndam dengan air ,dibiarkan 1 malam kemudian langsung di tanam di tempat

penyemaian dengan ukuran 2m x 3m yang telah diberi pupuk organik kompos terlebih dahulu

kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2 minggu, kemudian dibuka.. dan siap di

pindahkan ke lapangan.

Aplikasi Pupuk Dasar

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dilapangan. Pupuk yang diaplikasikan

adalah pupuk urea sebagai pupuk dasar. Dosis yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran

dilokasi penelitian yaitu 150kg/ha (18,75g/plot).

Penanaman

Bibit sawi yang telah berdaun tiga (berumur ± 14 hari) siap dipindahkan ke lapangan.

Penanaman bibit dapat dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman lubang

tanam 3 cm. Bibit ditanam dua bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm.

Sebelum bibit dimasukkan kedalam lubang tanam terlebih dahulu dimasukkan kompos

(33)

Penjarangan Tanaman

Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu di lapangan

dengan mencabut tanaman yang pertumbuhannya tidak sempurna, dan sisakan tanaman yang

pertumbuhannya baik.

Aplikasi Pupuk Organik cap Dua Tani

Pengaplikasian Pupuk Organik cap Dua Tani diberikan sebanyak 1 kali pemberian saja.

Pengaplikasian pupuk Organik ini dilakukan setelah tanaman berumur seminggu setelah

pindah tanam, dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab maka

penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan). Penyiangan ini

dilakukan sebanyak 2 kali seminggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman terserang dan terinfeksi.

Bila tanaman terserang hama maka dilakukan penyemprotan dengan menggunakan

insektisida matador sesuai dengan dosis anjuran yakni 3 g/l air . Sedangkan untuk

pengendalian penyakit menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l air. Hal ini

(34)

Panen

Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara membongkar

tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam tanah, setelah dicabut akar

di bersihkan dengan menggunakan air bersih agar akar bersih dari tanah. Sesuai dengan

deskripsi, panen dilakukan pada umur tanaman 45 hari untuk varietas tosakan dan 55 hari

untuk varietas dora.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi yang tegak

alami. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman sampel mulai saat tanaman berumur 7 HST

hingga 44 HST dengan interval pengamatan 7 hari sekali.

Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.

Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen.

Jumlah Daun Segar ( Helai )

Perhitungan jumlah daun segar dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan beberapa

daun yang segar tiap tanaman, yang layak untuk dikonsumsi.

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan alat klorofil meter.

Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik yaitu pada

pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan. Perhitungan jumlah

(35)

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

Bobot biomassa per tanaman sampel adalah seluruh bagian tanaman sampel termasuk

akar dan daun yang tidak layak dikonsumsi ditimbang bobotnya. Tanaman ditimbang setelah

dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan pada saat panen.

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Bobot segar jual per tanaman sampel adalah bagian tanaman yang layak untuk dijual

dengan kriteria membuang daun bagian bawah yang rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan

pada saat panen.

Indeks Panen

Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot biomassa. Dapat

ditulis dengan rumus :

Bobot Segar Jual Indeks Panen

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Data tinggi tanaman umur 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST dapat dilihat pada

Lampiran 1, 3, 5, 7 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6, dan Lampiran 8.

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pupuk organik dan varietas berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman pada 3-6 MST.

Tabel 2. Tinggi sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Perlakuan

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak .

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pengamatan tinggi tanaman V1R0 berbeda tidak

nyata terhadap V1R1,V1R2,V2R3 selain itu berbeda nyata terhadap

V1R3,V1R4,V1R5,V2R0,V2R1 dan V2R2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pengamatan paling tinggi diperoleh pada V1R5 yang

berbeda nyata terhadap pengamatan lainnya.

Pengaruh pupuk organik dengan varietas terhadap parameter tinggi tanaman dapat

(37)

Gambar 1. Hubungan interaksi varietas dan pupuk organik terhadap tinggi sawi

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pupuk organik berinteraksi nyata terhadap varietas

pada parameter tinggi tanaman, dimana interaksi tersebut tampak pada pengamatan R3 yakni

pada pemberian dosis pupuk organik sebanyak 1,25 gr/tanaman.

Luas Daun (cm2)

Data luas daun tanaman sawi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan sidik ragamnya

dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa peningkatan

pemberian pupuk organik terhadap pengamatan luas daun berpengaruh nyata .

Tabel 3. Luas daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 235.55cd 145.10a 190.33 R1 210.65bc 120.38a 165.51 R2 248.90de 119.03a 183.96 R3 281.70ef 225.28cd 253.49 R4 288.30f 178.48b 233.39 R5 304.45f 204.35bc 254.40 Rataan 261.59 165.43

(38)

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa luas daun sawi tertinggi pada R5V1 yaitu 304,45

cm2 dan terendah pada R2V2 yaitu sebesar 119,03 cm2. Pemberian pupuk organik pada

R5V1 berbeda nyata dengan perlakuan R0V1, R1V1, R2V1 tetapi berbeda tidak nyata

dengan perlakuan R3V1.

Pengaruh pupuk organik dengan varietas terhadap luas daun sawi dapat dilihat

melalui gambar dibawah ini,

Gambar 2. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik terhadap luas daun

DariGambar 2 dapat dilihat bahwa pupuk organik berinteraksi nyata terhadap varietas

pada parameter luas daun, dimana interaksi tersebut tampak pada pengamatan R3 yakni pada

pemberian dosis pupuk organik sebanyak 2,5 gr/tanaman.

Jumlah Daun

Data jumlah daun tanaman pada saat dipanen dapat dilihat pada Lampiran 11 dan

(39)

Tabel 4. Jumlah daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun sawi tertinggi pada perlakuan R4 yaitu

7,73 dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu sebesar 5,75. Pemberian pupuk

organik pada taraf R4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5 tetapi berbeda

nyata dengan perlakuan R0, R1 dan R2.

Tabel 4 juga menunjukkan jumlah daun sawi berbeda nyata pada kedua perlakuan

varietas dimana jumlah daun tertinggi pada perlakuan V1 (Varietas Tosakan) sebesar 7,40

dan terendah pada perlakuan V2 (Varietas Dora) sebesar 5,47.

Pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap peningkatan jumlah daun segar sawi dapat

dilihat melalui gambar 3 berikut ini,

(40)

Gambar 3. Hubungan jumlah daun sawi dengan berbagai taraf pupuk organik.

Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah daun sawi dengan berbagai

taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis pupuk organic yang

diberikan, maka jumlah daun juga akan semakin meningkat.

Perbedaan jumlah daun yang diperoleh antara varietas tosakan dan dora dapat dilihat

melalui histogram pada gambar 4 berikut dibawah ini,

Gambar 4. Hubungan jumlah daun tanaman dengan kedua perlakuan varietas.

Gambar 4 menunjukkan hubungan jumlah daun dengan perlakuan varietas dimana

(41)

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Data jumlah klorofil daun tanaman pada saat panen dapat dilihat pada Lampiran 13

dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa

pengaruh pemberian pupuk organik pada pengamatan jumlah klorofil daun berpengaruh

nyata.

Tabel 5. Jumlah klorofil daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah klorofil daun sawi tertinggi pada perlakuan

R5 yaitu 43,62 dan terendah pada perlakuan R0 yaitu sebesar 39,62. Pemberian pupuk

organik pada taraf R5 berbeda nyata dengan perlakuan R0, R1 dan R2 tetapi nyata dengan

perlakuan R3 dan R4.

Tabel 5 juga menunjukkan jumlah klorofil daun sawi berbeda nyata pada kedua

perlakuan varietas dimana jumlah klorofil daun tertinggi pada perlakuan V1 (Varietas

Tosakan) sebesar 43,65 dan terendah pada perlakuan V2 (Varietas Dora) sebesar 39,50.

Pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap peningkatan jumlah klorofil dapat

(42)

Gambar 5. Hubungan jumlah klorofil daun sawi dengan berbagai taraf pupuk organik.

Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah klorofil daun sawi dengan

berbagai perlakuan yang berbeda berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis pupuk yang

diberikan, maka jumlah klorofil juga akan semakin meningkat.

Untuk mengetahui perbedaan jumlah klorofil yang diperoleh antara varietas tosakan

dan dora dapat dilihat melalui histogram gambar 6 berikut dibawah ini,

(43)

Gambar 6 menunjukkan hubungan jumlah klorofil daun dengan varietas yang berbeda

dimana jumlah klorofil daun tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas Tosakan yaitu 43,65

dan terendah diperoleh pada perlakuan varietas Dora yaitu 39,50 .

Bobot Biomassa per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot biomassa tanaman per sampel dilakukan pada saat tanaman

dipanen. Data biomassa tanaman dapat dilihat pada Lampiran 15 dan sidik keragaman dapat

dilihat pada Lampiran 16. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk organik dan

perlakuan kedua varietas terhadap bobot biomassa berpengaruh nyata.

Tabel 6. Bobot Biomassa per tanaman sampel sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa bobot biomassa per tanaman sampel sawi tertinggi

pada perlakuan R4 yaitu 407,50 g dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu

sebesar 327,03 g. Pemberian pupuk organik pada taraf R4 berbeda nyata dengan perlakuan

R0,R1,R2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5.

Tabel 6 menunjukkan bobot biomassa per tanaman sampel sawi berbeda nyata pada

kedua perlakuan varietas dimana bobot biomassa per tanaman sampel sawi tertinggi pada

perlakuan V1 sebesar 396,14 g dan terendah pada perlakuan V2 sebesar 295,63 g.

Untuk melihat pengaruh pemberian pupuk organik terhadap peningkatan bobot

(44)

Gambar 7. Hubungan bobot biomassa per tanaman sampel sawi dengan berbagai tarafpupuk Organik

Gambar 7 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot biomassa per tanaman sampel

sawi dengan berbagai taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis

pupuk organik yang diberikan maka bobot biomassa yang diperoleh akan semakin tinggi.

Untuk dapat melihat perbedaan jumlah bobot biomassa yang diperoleh antara varietas

tosakan dan varietas dora dapat dilihat melalui histogram gambar 8 berikut dibawah ini,

Gambar 8. Hubungan antara bobot biomassa terhadap varietas yang berbeda

(45)

Gambar 8 menunjukkan hubungan bobot biomassa per tanaman sampel dengan

perlakuan varietas dimana bobot biomassa per tanaman sampel tertinggi diperoleh pada

perlakuan varietas Tosakan yaitu 396,14 g.

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot segar per tanaman sampel dilakukan pada saat tanaman

dipanen. Data bobot segar dapat dilihat pada Lampiran 17 dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 18. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk organik dan perlakuan

varietas terhadap bobot segar jual berpengaruh nyata.

Tabel 7. Bobot Segar Jual per tanaman sampel sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar jual per tanaman sampel sawi tertinggi

pada perlakuan R4 yaitu 370,18 g dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu

sebesar 288,78 g. Pemberian pupuk organik pada taraf R4 berbeda nyata dengan perlakuan

R0,R1,R2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5.

Tabel 7 menunjukkan bobot segar jual per tanaman sampel sawi berbeda nyata pada

kedua perlakuan varietas dimana bobot segar jual per tanaman sampel tertinggi pada

perlakuan V1 sebesar 360,51 g dan terendah pada perlakuan V2 sebesar 260,40 g.

Untuk dapat melihat pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap peningkatan

(46)

Gambar 9. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel sawi dengan berbagai taraf pupuk organik

Gambar 9 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot segar jual per tanaman sampel

sawi dengan berbagai taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin banyak

pemberian dosis pupuk organik maka bobot segar jual juga semakin meningkat.

Untuk melihat perbedaan jumlah bobot segar yang diperoleh antara varietas tosakan

dan dora dapat dilihat melalui histogram gambar 10 berikut dibawah ini,

(47)

Gambar 10 menunjukkan hubungan bobot segar jual per tanaman sampel dengan

perlakuan varietas dimana bobot segar jual per tanaman sampel tertinggi diperoleh pada

perlakuan varietas Tosakan yaitu 360,51 g.

Indeks Panen

Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot biomassa. Data

indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 19 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran

20. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi keduanya berpengaruh nyata

Tabel 8. Indeks panen sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT

Dari tabel 8 menunjukkan interaksi kedua perlakuan pupuk organik dengan berbagai

taraf dan varietas berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Indeks panen tertinggi pada

perlakuan R2V2 (pupuk organik dengan taraf 1,875 g/tanaman pada varietas Dora) yaitu

sebesar 95,67 yang berbeda nyata dengan perlakuan R1V2 tetapi berbeda tidak nyata dengan

(48)

Gambar 11. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik terhadap indeks panen

Gambar 11 menunjukkan bahwa terjadi interaksi pupuk organik dengan varietas

(49)

Pembahasan

Pupuk organik

Pengaruh pupuk organik terhadap Luas Daun (cm2), Klorofil Daun

(unit/ 6 mm3) di duga akibat pengaruh sifat fenotip tanaman yang tidak memerlukan suhu

yang tinggi pada proses pertumbuhan. Pada Lampiran 24 dapat dilihat bahwa suhu tergolong

tinggi saat penelitian ini berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang

mengungkapkan bahwa suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan sawi

hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna).

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh pengaruh pupuk organik dengan berbagai taraf

pada kedua varietas berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman 3-6 MST, luas daun,

jumlah daun, jumlah klorofil daun, bobot biomassa per tanaman sampel dan bobot segar jual

per tanaman sampel. Perlakuan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap

parameter indeks panen.

Pengaruh perlakuan pupuk Organik terhadap tinggi tanaman bersifat linear dimana

semakin banyak konsentrasi yang diberikan maka tinggi tanaman akan semakin meningkat.

Hal ini sesuai dengan hukum peningkatan hasil yang makin berkurang oleh Mitcherlich yang

menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus

dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah

nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis hasil justru menurun.

Varietas

Hasil pengamatan dan analisis data secara statistik, diperoleh perlakuan varietas

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil, bobot

(50)

statistik diperoleh bahwa Tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh varietas tosakan yakni

sebesar 36,01 cm, luas daun sebesar 304,45 cm2,jumlah daun segar sebanyak 8,75, jumlah

klorofil sebesar 46,29 unit/6mm3, bobot biomassa sebesar 450 gr, bobot segar jual sebesar

416,5 gr dan indeks panen sebesar 92,56. Hal ini dikarenakan varietas merupakan

sekelompok tanaman sejenis yang memiliki karakter yang sama. Hal ini dapat di lihat dari

rataan tinggi tanaman. Shvoong (2011) menyatakan Varietas adalah sekelompok tanaman

dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun,

bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan

dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan

dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan.

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa varietas berpengaruh nyata

terhadap bobot segar jual per tanaman. Rataan bobot segar jual per tanaman tertinggi

diperoleh dari varietas V1 yaitu 360,51 gram dan yang terendah pada varietas V2 yaitu 260,40

gram. Hal ini disebabkan karena bobot segar jual per tanaman merupakan sifat genetis

tanaman yang mampu dipengaruhi oleh faktor luar sehingga dalam pembudidayaan

tanamannya sebaiknya memakai benih varietas unggul. Hal ini dapat dilihat dari rataan bobot

segar jual per tanaman. Fakultas Pertanian UNS (2011) menyatakan Penggunaan varietas

merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi

pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh

karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang diinginkan memegang peranan

penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada umumnya memiliki sifat-sifat yang

menonjol dalam hal potensi hasil tinggi. Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan

memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifat-sifat agronomis penting

(51)

senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang

dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan tertentu.

Interaksi

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas dan pemberian dosis pupuk

organik berinteraksi terhadap tinggi tanaman pada pemberian dosis sebanyak 1,25 gr/tanaman

; luas daun pada pemberian dosis sebanyak 2,5 gr/tanaman dan indeks panen pada pemberian

dosis sebanyak 3,75 gr/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa antara varietas dengan

pemberian dosis saling mempengaruhi sehingga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

luas daun dan indeks panen pada sawi. Hal ini didukung oleh pernyataa

pupuk biasa (kimia anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan

menambahkan nutrisi ke dalam tanah.

Hasil analisis secara statistik menunjukkan varietas dan pupuk organik tidak

berinteraksi nyata terhadap jumlah daun, bobot biomassa dan bobot segar jual. Hal ini

menunjukkan bahwa antara varietas dan pupuk organik tidak saling mempengaruhi satu sama

lain yang dapat disebabkan oleh salah satu faktor perlakuan yang lebih besar pengaruhnya

dibandingkan factor yang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutedjo dan Kartosapoetra

(1987) yang menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain

sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing – masing faktor mempunyai sifat yang jauh

berbeda pengaruh dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun,

jumlah daun segar, bobot segar jual, bobot biomassa,jumlah klorofil dan indeks

panen.

2. Interaksi pupuk organik dengan varietas berpengaruh nyata terhadap pengamatan

parameter tinggi tanaman pada dosis pupuk 1,25 g/tanaman, luas daun tanaman pada

dosis pupuk 2,5 gr/tanaman dan indeks panen pada dosis pupuk 3,75 gr/tanaman .

3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas tosakan sebagai varietas terbaik yakni,

untuk tinggi tanaman sebesar 23,87 cm pada dosis 3,75 gr/tanaman, luas daun sebesar

304,45 cm2 pada dosis 3,75 gr/tanaman , jumlah daun segar sebesar 8,75 pada dosis

3,125 gr/tanaman, jumlah klorofil sebesar 46,29 unit/6mm3 pada dosis 3,75

gr/tanaman, bobot biomassa sebesar 450 gr pada dosis 3,125 gr/tanaman, bobot segar

jual sebesar 416,5 gr pada dosis 3,125 gram/tanaman dan indeks panen sebesar 0,92

pada dosis 3,125 gr/tanaman.

Saran

1. Untuk mendapatkan produksi terbaik pada sawi disarankan menggunakan varietas

tosakan dengan pemberian pupuk organik sebanyak 3,75 gr/tanaman.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara. 2009. Analisis Potensi Komoditas Unggulan Hortikultura Sumatera Utara.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1997. Daftar Komposisi Bahan Makanan Penerbit Bhatara Karya Aksara.

Fakultas Pertanian UNS. 2011. Proses Pelepasan Varietas Unggul.

Gomez dan Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta

Haryanto, W., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Medan

Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Gramedia. Jakarta.

Lingga, P. 2003 Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisis Revisi Penebar Swadaya, Jakarta

Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, (3) Teknologi Pupuk Hayati, dan (4) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri dan Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

(54)

Sastrahidajat, I, H dan Soemono. 1996. Budidaya Tanaman Association. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publishers. INC, Illinois

Suhardi, 1990. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. .

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147

Shvoong, 2011. Pengertian Varietas. Diakses

tanggal 21 Juli 2011

Syafruddin., Faesal, dan M. Akil. 2009. Pengelola Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Hal 205-215

Yulianti, N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43.

(55)

Lampiran 1. Tinggi tanaman pada pengamatan 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

(56)

Lampiran 3. Tinggi tanaman pada pengamatan 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

(57)

Lampiran 5. Tinggi tanaman pada pengamatan 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST

(58)

Lampiran 7. Tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST

(59)

Lampiran 9. Luas daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 10. Daftar sidik ragam luas daun

(60)

Lampiran 11. Data Jumlah Daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 12. Daftar sidik ragam jumlah daun

(61)

Lampiran 13. Data jumlah klorofil daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 14. Daftar sidik ragam jumlah klorofil daun

(62)

Lampiran 15. Bobot biomassa per tanaman sampel

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 16. Daftar sidik ragam bobot biomassa per tanaman sampel

(63)

Lampiran 17. Data bobot segar jual per tanaman sampel

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 18. Daftar sidik ragam bobot segar jual per tanaman sampel

(64)

Lampiran 19. Data indeks panen

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Lampiran 20. Daftar sidik ragam indeks panen

(65)

Lampiran 21. Jadwal Penelitian

Penyiraman Sesuai kondisi di lapangan Penyiangan Sesuai kondisi di lapangan Pengendalian Hama

6. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

x

(66)

Lampiran 22 : Plot Penelitian dan cara mengambil sampel secara acak

×

25cm

× × × ×

× × ×

× × × ×

× × ×

× × × × ×

10 cm

X

X

X X

X

100 cm

125 cm

12,5cm

(67)
(68)

Lampiran 24. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan

Nama Lain : Caisim (Bangkok)

Umur Tanaman : 40-50 Hari Setelah Tanam

Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas

Tangkai Bunga : Panjang dan langsing

Warna Tangkai Bunga : Hijau tua

Bentuk Daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata

Warna Daun : Hijau

Potensi Produksi : 400 g/ tanaman

(69)

Lampiran 25. Deskripsi Sawi Varietas Dora

Nama Lain : Sawi Pahit

Umur Tanaman : 50-60 Hari Setelah Tanam

Tinggi Tanaman : 30 cm

Warna Tangkai Daun : Hijau Muda

Ukuran Daun : 25 – 28 cm

Bentuk Daun : Agak Bulat

Warna Daun : Hijau Tua

Potensi Produksi : 800 gram per krop

(70)
(71)
(72)

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi
Tabel 2. Tinggi sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.
Gambar 1. Hubungan interaksi varietas dan pupuk organik terhadap tinggi sawi
Gambar 2. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik terhadap luas daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian hasil prediksi menggunakan algoritma time series dari perhitungan model single exponensial smoting yang menggunakan nilai alpa 0,9 yaitu dengan tingkat akurasi

[r]

penyuluhan yang diberikan oleh kepala panti dan kepala seksi secara bergantian. 5) Pelayanan ketrampilan yang diberikan panti kepada warga binaan meliputi pelayanan

(2) Pengelolaan Arsip Inaktif bagi arsip yang memiliki jangka simpan kurang dari 10 (sepuluh) tahun dilaksanakan oleh Unit Kearsipan unit utama, pusat-pusat, dan

Pada penampilan bangunan terminal Bandar Udara merupakan transformasi dari bentukan Lumbung itu dimana terdapat prinsip bentukan yang simetri pada bangunan. Pengambilan

Pada baterai, karbon aktif digunakan sebagai bahan anoda baterai litium dimana kemampuan sebagai karbon aktif dalam menyerap energi sangat baik karena memiliki luas

Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana hubungan ukuran ovarium dan diameter oosit terhadap kualitas morfologi oosit dari sapi Bali Timor yang dikoleksi secara

Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah darah mungkin mengandung parasit malaria, hanya aktif terhadap bentuk eritrosit dari parasit spesifik terhadap