• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titik suhu dan pengukuran suhu

Bab I.I : DASAR TEORI

2.9 Titik suhu dan pengukuran suhu

Titik tripel (triple point): temperatur dan tekanan tunggal air, uap air, dan es bersama-sama berada dalam kesetimbangan. Jika kita tempatkan air, es, dan uap air dalam wadah tanpa udara, maka sistem pada akhirnya akan mencapai suatu keadaan kesetimbangan ketika tidak ada es yang mencair atau menguap, tidak ada air yang membeku atau menguap, dan tidak ada uap air yang mengembun atau membeku. Ini terjadi pada tekanan 4,58 mmHg dan temperatur 0,010C atau 273,16K

∆L = αLo∆T

Tegangan Termal Sebuah benda memuai atau menyusut, diperlukan gaya untuk mengembalikan benda itu keadaan semula sebesar:

L=

α = F=αEA T. Hukum –hukum gas ideal

1) Hokum biyle : proses isotermik

2) Hokum Charles : proses isobaric

3) Hokum Gay –Lussac : proses isokhorik Hukum hokum gas ideal dan bilang Avogadro Bilangan Avogadro:

=6,02 x Molekul/Mol

Karena jumlah total molekul N dalam gas sama dengan jumlah permol dikalikan dengan jumlah permol dikalikan dengan jumlah mol atau N= n ,maka

PV =n RT= RT atau PV=NkT

K= = =1,38 x J/K

2.9.1 Pengertian Suhu Yang Lain

Pengertian suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).

Berdasakan hubungan: PV=2N( ) rata-rata

( ) rata-rata= kT

Maka, energi kinetik rata-rata molekul adalah 3/2kT, jadi temperatur absolut adalah ukuran energy kinetic translasi rata-rata molekul. Kita sertakan kata “translasi”, karena molekul juga mempunyai energi rotasi dan vibrasi.

2.9.2 Kalor Sebagai Transfer Energi

1. Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur.

2. Kalor itu semacam usaha mekanik pada mekanika yaitu sebagai energi yang ditransfer oleh gaya.

2.9.3Perbedaan Temperatur, Kalor, dan Energi Dalam

1. Temperatur (dalam Kelvin): merupakan ukuran dari energi kinetik rata-rata dari molekul secara individu.

2. Kalor (mengacu kepada) transfer energi (seperti termal) dari satu benda ke benda lainnya karena adanya perbedaan temperatur.

3. Energi dalam: atau energi termal mengacu pada energi total dari semua molekul pada benda. Contoh, energi dalam (u) n mol gas monoatomik (satu atom per molekul) ideal, merupakan jumlah energi kinetik translasi dari

semua atom U=N(( ) rata-rata.

2.9.4 Kalor Jenis

Jika kalor diberikan kepada suatu benda, maka temperaturnya akan naik. Besar kalor Q yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur benda tertentu sebanding dengan massa m dan perubahan temperatur:

Q =

Pada persamaan: Q =

Q = Kalor yang diterima suatu zat (joule, kilo joule, kaori, kilo kalori) M = massa zat (gram, kilo gram)

C = kalor jenis (joule/kilo gram ˚c,kalori gram˚c) ∆T = prubahan suhu (˚c) → (t1-t2)

2.9.5Kalor Laten

1. Ketika sebuah materi berubah fase dari padat ke cair atau dari cair ke gas, maka sejumlah tertentu energi terlibat pada perubahan fase ini,

2. Kalor yang dibutuhkan untuk merubah 1 kg zat dari padat menjadi cair disebut Kalor Lebur,

3. Kalor yang dibutuhkan untuk merubah 1 kg zat dari fase cair ke uap disebut Kalor penguapan

4. Nilai-nilai untuk kalor lebur dan kalor penguapan itu disebut kalor Laten. Tentu saja kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor laten, tetapi juga bergantung pada massa total zat tersebut, sehingga kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan selama perubahan fase adalah Q=mL

Perpindahan Kalor

Ada 3 cara perpindahan kalor, yaitu:

1. Konduksi

=kA

T1 = suhu lebih tinggi (derajat Celcius) T2 = suhu lebih rendah (derajat Celcius) D = panjang atau tebal benda (m). A = luas penampang (m²).

K = konduktifitas kalor (J/s m Derajat celcius). H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu

DT/L = gradien temperatur (ºK/m) L = panjang benda (m) 2. Konveksi =hA K=koefisienkonveksi DT=kenaikansuhu(ºK)

3. Radiasi kecepatan sebuah benda meradiasikan energi sebanding dengan pangkat enoat temperatur Kelvin . Kecepatan radiasi juga sebanding dengan luas A dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi

meninggalkan benda adalah A .

Jika sebuah benda dengan emisivitas e dan luas A berada pada temperatur T1, benda ini meradiasikan energi dengan kecepatan A . Jika benda tersebut dikelilingi oleh lingkungan dengan temperatur T2 dan emasivitas tinggi

pangkat empat dari temperatur T2, dan kecepatan energi yang diserap oleh benda sebanding dengan pangkat empat dari temperatur T2 , dan kecepatan energi yang diserap oleh sebanding dengan pangkat empat dari temperatur T2. Kecepatan total

aliran kalor radiasi dari benda dinyatakan A - .)

e = emisivitas (o < e < 1) T = suhu mutlak (ºK)

σ = Konstanta Stefan-Boltzman = 5,67 x 10−8 W/mK4 T = suhu (Kelvin)

R = Intensitas radiasi ε = Emisivitas bahan

W = intensitas/energi radiasi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu

s = konstanta Boltzman =5,672 x 10-8 watt/cm2.ºK4

2.9.6Teori Dasar Sensor Thermal

AC Srivastava (1987), mengatakan bahwa temperatur merupakan salah satu empat besaran dasar yang diakui oleh sistem pengukuran internasional (International Measuring System).

Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan skala temperatur termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana fase padat, cair dan uap bersama equilibrium, angka ini adalah 273,160K (derajat Kelvin) yang juga merupakan tiitk es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai berikut:

0F = 9/5 0C + 32 atau 0C = 5/9 (0F - 32 ) atau 0R = 0F + 459, 69

Yayasan I.B. mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan “panas adalah salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu substrat”. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran perbandingan dari panas tersebut.

Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga dimensi benda yaitu: 1. Benda padat,

2. Benda cair dan 3. Benda gas (udara)

1. Konduksi yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar) secara kontak langsung

2. Konveksi yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontak langsung 3. Radiasi yaitu pengaliran panas melalui media udara atau gas secara kontak

tidak langsung

Pada aplikasian pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan:

1. Penampilan (Performance), 2. Kehandalan (Reliable), dan 3. Faktor ekonomi (Economic).

2.9.7Pemilihan Jenis Sensor Suhu

Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu adalah: (Yayan I.B, 1998) Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur. Jangkauan (range) maksimum pengukuran konduktivitas kalor dari substrat linieritas sensor jangkauan temperatur kerja selain dari ketentuan di atas, perlu juga diperhatikan aspek fisik dan kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.

2.9.8 Cara Kerja Sensor Temperatur

Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk pengukuran suhu di sekitar kamar yaitu antara -35° sampai 150° C, dapat dipilih sensor NTC, PTC, transistor, diode dan IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu antara 150°C sampai 700°C, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu yang lebih tinggi sampai 1500°C, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan dengan menggunakan cara radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin di bawah 65°K = -208°C (0°C=273,16°K) dapat digunakan resistor karbon biasa karena pada suhu ini karbon berlaku seperti semi konduktor. Untuk suhu antara 65°K sampai -35°C dapat digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi, diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad XVII, terdapat 30 jenis yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu.

berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842-1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala Kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membeku pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.

Berikut ini perbandingan skala dari termometer di atas:

Yang menjadi masalah dalam bab suhu adalah kebanyakan orang kesulitan untuk mengubah dari satu skala ke skala lainnya. Berikut ini adalah contoh mengubah dari skala Celcius ke skala Fahrenheit.

t0F – 32 = 180 t0C – 0 100 t0F – 32 = 9 t0C 5 t0F – 32 = 9 5 t0F – 32 = t0C t0F = t0C + 32

Untuk skala yang lain caranya sama dengan contoh di atas. Termometer menurut isinya dibagi menjadi: termometer cair, termometer padat, termometer digital. Semua termometer ini mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sedangkan berdasarkan penggunaannya termometer bermacam-macam sebagai termometer klinis dan lain-lain.

Yang menjadi masalah dalam bab suhu adalah kebanyakan orang kesulitan untuk mengubah dari satu skala ke skala yang lainnya. Berikut ini adalah contoh mengubah dari skala celcius ke skala Fahrenheit Untuk skala yang lain caranya sama dengan contoh diatas. Termometer menurut isinya dibagi menjadi: termometer cair, termometer padat, termometer digital. Semua termometer ini mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sedangkan berdasarkan penggunaannya thermometer bermacam-macam sebagai thermometer klinis dan lain-lain.

2.9.9 Jenis-jenis dan Prinsip Kerja Termometer

Alat yang dirancang untuk mengukur suhu adalah termometer. Terdapat banyak jenis termometer, tetapi prinsip kerjanya sebenarnya sama. Biasanya, kita memanfaatkan materi yang bersifat termometrik (sifat materi yang berubah terhadap temperatur). Maksudnya, kalau suhu materi tersebut berubah, bentuk dan ukuran materi tersebut juga ikut-ikutan berubah. Kebanyakan termometer menggunakan materi yang bisa memuai ketika suhunya berubah.

Termometer yang sering digunakan saat ini terdiri dari tabung kaca, dimana terdapat alkohol atau air raksa pada bagian tengah tabung. Ketika suhu meningkat, alkohol atau air raksa yang berada di dalam wadah akan memuai sehingga panjang kolom alkohol atau air raksa akan bertambah. Sebaliknya, ketika suhu menurun, panjang kolom alkohol atau air raksa akan berkurang. Pada bagian luar tabung kaca terdapat angka-angka yang merupakan skala termometer tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh ujung kolom alkohol atau air raksa merupakan nilai suhu yang diukur. Lihat gambar!

Jenis termometer lain yang biasa digunakan adalah termometer yang menggunakan lembaran bimetal (dua logam yang jenisnya berbeda dan kecepatan pemuaiannya juga berbeda). Pada saat suhu meningkat, salah satu logam mengalami pemuaian yang lebih besar dari logam lain. Akibatnya keping tersebut melengkung. Biasanya keping bimetal berbentuk spiral, dimana salah satu ujung keping tetap, sedangkan ujung lain dihubungkan ke penunjuk skala. Ketika suhu berubah, penunjuk akan berputar. Termometer yang menggunakan lembaran bimetal biasanya digunakan sebagai termometer udara biasa, termometer ruangan, termometer oven dan lain-lain.

Termometer yang lebih akurat alias lebih tepat, biasanya menggunakan sifat elektris suatu materi, misalnya termometer hambatan. Pada termometer hambatan, biasanya diukur perubahan hambatan listrik suatu kumparan kawat tipis atau silinder karbon atau kristal germanium. Karena hambatan listrik biasanya dapat diukur secara tepat, maka termometer hambatan bisa mengukur suhu secara lebih tepat daripada termometer biasa.

2.9.10 Pembahasan Macam-macam Termometer

Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564-1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula dipanaskan sehingga udara dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka kemudian dicelupkan ke dalam cairan berwarna. Ketika udara dalam tabung menyusut, zat cair masuk ke dalam pipa tetapi tidak sampai labu. Beginilah cara

juga berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu. Tetapi dimasa ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair misalnya raksa. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda.

Raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai keunggulan:

1. Raksa penghantar panas yang baik, 2. Pemuaiannya teratur,

3. Titik didihnya tinggi, 4. Warnanya mengkilap, dan 5. Tidak membahasi dinding.

2.9.10.1 Termometer Ruangan

Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C.

2.9.10.2 Termometer Digital

Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer digital yang prinsip kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Termometer digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa dibaca.

2.9.10.3 Termokopel

Termokopel merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang koefisiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda.

Sensor adalah sebuah alat yang dapat mengubah suatu isyarat atau keadaan menjadi sinyal-sinyal listrik. Terdapat beragam jenis sensor, seperti: sensor cahaya, sensor gaya, sensor suhu, sensor suara, sensor kelembaban, sensor getaran atau vibrasi, sensor kecepatan, sensor gas, sensor ledakan, dan masih banyak lagi.

Termokopel terdiri dari dua konduktor atau ”termoelemen” yang berbeda, dihubungkan menjadi satu rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 1. Dua termoelemen A dan B dihubungkan (junction) dan jika temperatur antara junction pertama (cold junction) dan kedua (hot junction) berbeda maka akan timbul arus akibat gaya gerak listrik (EMF).

Gambar 2.8 Diagram Skematik Termokopel

Gambar 2.9 Pengukuran EMF

Jika cold junction dan open circuit dihubungkan dengan voltmeter dengan impedansi yang tak terhingga (besar sekali), seperti yang terlihat pada gambar 2, maka akan terbaca tegangan pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan Seebeck. Laju perubahan nilai tegangan akibat perubahan temperatur disebut dengan koefisien Seebeck.

Hubungan tegangan antara termo elemen A dan B dengan perbedaan temperatur adalah

= Δ [1]

Dimana : EAB(T) adalah tegangan Seebeck

S(T) adalah koefisien Seebeck, ΔT adalah perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold junction.

Prinsip Kerja : Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck.

Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel: a. Tipe E (kromel-konstantan)

c. Tipe K (kromel-alumel)

d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium) e. Tipe T (tembaga-konstantan)

Tegangan keluaran emf (elektro motive force) thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi (reference temperature). Bila thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net voltage (Vnet).

Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus: Vnet = Vh – Vc

Keterangan :

Vnet = tegangan keluaran thermokopel Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi Vc = tegangan referensi

Gambar 2.10 Grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R

2.9.11 Sensor Suhu

Sensor untuk suhu adalah thermistor yang dijelaskan pada artikel sebelumnya. Nilai tahanan thermistor akan semakin berkurang dengan meningkatnya suhu. Cara terbaik untuk menggunakan komponen ini adalah dengan menyambungkannya ke sebuah rangkaian pembagian tegangan.

Selanjutnya informasi mengenai suhu akan muncul sebagai tegangan pada persambungan (junction) rangkaian pembagi tegangan. Dengan kata lain, suhu direpresentasikan dalam bentuk sinyal tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan. Di bawah ini merupakan rangkaian pembagi tegangan untuk thermistor sebagai sensor suhu.

Gambar 2.11 IC LM 35

Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi tegangan tertentu yang sesuai dengan perubahan suhu.

Gambar 2.12 Rangkaian dasar IC LM 35

Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/0C. Dengan memberikan tegangan referensi negatif (-Vs) pada rangkaian, sesor ini mampu bekerja pada rentang suhu -550C – 1500C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 V pada suhu 00C dan ketelitian sensor ini adalah ± 10C.

2.9.12 Mikrokontroler ATMega

sistem minimum yang berbasis pada mikrokontroller ATmega16, digunakan ATmega16 karena bahasa pemrograman AVR tersebut adalah bahasa C yaitu bahasa pemrograman tingkat menengah (bahasa instruksi program mendekati bahasa manusia) sehingga lebih mudah untuk membuat atau menerapkan suatu algoritma program. Kelebihan lainnya adalah setiap pin dalam satu port dapat kita tentukan sebagai input atau output secara mudah karena didalamnya sudah dilengkapi fasilitas tersendiri untuk inisialisasi. Rangkaian I/O dari mikrokontroller mempunyai kontrol direksi yang tiap bitnya dapat dikonfigurasikan secara individual, maka dalam pengkonfigurasian I/O yang digunakan ada yang berupa operasi port ada pula yang dikonfigurasikan tiap bit I/O. Berikut ini akan diberikan konfigurasi dari I/O mikrokontroller tiap bit yang ada pada masing-masing port yang terdapat pada mikrokontroller. Ø Port A Port A ini dalam perancangan sistem digunakan untuk input dari sensor.

Dari 8 bit yang ada digunakan 7 bit untuk MSB difungsikan sebagai aktif low, sedangkan LSB difungsikan sebagai aktif high. Ø Port B Ø Port C ini dalam perancangan sistem difungsikan sebagai output LCD. Ø Port D dan PIND.0 dikonfigurasikan sebagai output aktuator lampu. Jika logika “0” maka aktuator tersebut mati (tidak menyala), sedangkan logika “1” berarti aktuator tesebut sedang menyala (hidup). Sedangkan pengambilan data dari sensor SHT 11 tersebut akan di up date setiap 1 detik untuk mendapatkan nilai suhu maupun kelembaban yang kemudian ditampilkan pada LCD, dimana pengambilan data dari sensor SHT 11 secara bergantian dalam waktu 1 detik tersebut. Dengan mikrokontroller dapat mengendalikan suatu peralatan agar dapat bekerja secara otomatis. Untuk mengakses LCD 2x16 harus mengkonfigurasikan pin dari LCD dengan pin I/O mikrokontroller tersebut. Pada gambar menunjukkan konfigurasi dari pin-pin LCD tersebut

2.9.13 Skala Suhu

Agar termometer bisa digunakan untuk mengukur suhu maka perlu ditetapkan skala suhu. Terdapat dua skala suhu yang sering digunakan, antara lain skala Celcius dan skala Fahrenheit. Skala yang paling banyak digunakan saat ini adalah skala celcius (nama lain skala Celcius adalah skala Centigrade. Centigrade = seratus langkah). Skala Fahrenheit paling banyak digunakan di Amerika Serikat, mungkin ingin beda sendiri. Skala suhu yang cukup penting dalam bidang sains adalah skala mutlak alias skala Kelvin.

Titik tetap skala Celcius dan skala Fahrenheit menggunakan titik beku dan titik didih air berada dalam keseimbangan (tidak ada perubahan wujud zat).Sebaliknya, titik suatu suatu zat merupakan temperatur dimana wujud cair dan wujud gas berada dalam keseimbangan .Perlu diketahui bahwa titik beku dan titik didih selalu berubah terhadap tekanan udara, karenanya tekanan perlu ditetapkan terlebih dahulu. Biasanya kita menggunakan tekanan standart yakni 1atm (satu atmosfir).

2.9.14 Skala Celcius

Untuk skala Celcius temperatur titik beku normal air (disebut juga sebagai titik es) dipilih sebagai nol derajat Celcius C) dan temperatur titik didih normal air (disebut juga seebagai titik uap) dipilih sebagai sertus derajat Celcius

C). Di antara titik es dan titik uap terdapat 110 derajat. Pada termomter yang menggunakan skala Celcius, temperatur yang lebih rendah dari temperatur titik es biasanya ditandai dengan angka negatif.

2.9.15 SkalaFahrenheit

Fahrenheit menghendaki agar semua temperatur yang diukur bernilai positif. Karenanya, ia memilih F untuk temperatur campuran es dan air garam (temperatur terdingin yang bisa dicapai air). Ketika mengukur temperatur titik es dan titik uap, angka yang ditunjukan pada skala Fahrenheit berupa bilangan pecahan. Akhirnya, ia mengkonversikan lagi skalanya sehingga temperatur titik es dan titik uap berupa bilangan bulat. Untuk skala Fahrenheit, temperatur titik beku normal air (titik es) dipilih sebagai 32 derajat Fahrenheit, temperatur titik didih normal air (titik uap) dipilih sebagai F) dan temperatur titik-titik didih normal air (titik uap) dipilih sebagai 212 derajat Fahrenheit F). Di antara titik es dan titik uap terdapat 180 derajat normal maksudnya di dalam air tidak ada unsur lain, tidak ada unsur lain murni h 0.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Kalibrasi

Akurasi suatu instrumen (INKUBATOR PRAWATAN) tidak sendirinya timbul dari suatu rancangan yang baik, tetapi dipengaruhi oleh kinerjanya (performance), stabilitas kehandalan dan biaya yang tersedia (pemeliharaan). Akurasi hanya timbul dari kalibrasi yang benar, artinya hasil pengukurannya dapat ditelusuri melalui pengujian dan kalibrasi terhadap instrumen dengan teratur.

Sekalipun alatnya masih baru, tetap harus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antar-nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran, atau yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dengan kondisi tertentu.

Dewan Standarisasi Nasional (DNS/1990) mendefinisikan bahwa kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkannya terhadap standart ukurannya yang ditelusuri (traceable) ke standart Nasional atau Internasional. Definisi lain kalibrasi adalah kegiatan penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan data bahan ukur, (definisi : Permenkes No. 363 Tahun 1998).

Sedangkan pengujian adalah keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan standart untuk satuan ukur sesuai guna menetapkan sifat ukurnya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan atau proses mengaitkan angka secara empiris dan obyektif kepada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sedemikian rupa sehingga angka tadi dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian tersebut, (definisi: Permenkes No . 363 Tahun 1998).

Setiap peralatan terlebih lagi alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan manusia dan sangat kritis (berhubungan dengan nyawa) wajib dilakukan kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran dan keselamatan atau kalibrasi

pengujian dan kalibrasi alat kesehatan wajib dikalibrasi secara berkala pula oleh Institusi Penguji Rujukan (seperti LIPI).

Adapun untuk alat kesehatan, pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian dan kalibrasi

Dokumen terkait