• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan penentu dalam jalannya cerita. Tokoh atau figur memiliki perwatakan. Pelukisan tokoh dalam sebuah cerita memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Dalam teori Marquaß, tokoh termasuk ke dalam unsur pembentuk prosa, yaitu der Stoff (materi) yang bersanding dengan alur, latar tempat, dan latar waktu.

Pengertian tokoh menurut Marquaβ (1997: 36) adalah

Die Figuren, besonders die Hauptfigur, stehen im Zentrum des Leserinteresses. Ihr Verhalten und ihr Schicksal finden (zumindest beim ersten Lesen) die gröβte Aufmerksamkeit. Mit dem Begriff

alle Wesen, die ein menschenähnliches Bewusstsein zeigen (Fabeltiere, sprechende Dinge im Märchen usw).

(Tokoh terutama tokoh utama, berada pada pusat minat pembaca. Tingkah laku dan nasib mereka menjadi perhatian besar dari pembaca (terutama pada saat pembacaan yang pertama kali). Selain manusia, tokoh di dalam teks-teks prosa juga digambarkan sebagai makhluk hidup yang menunjukan kesadaran yang mirip dengan manusia (hewan-hewan dalam fabel, benda-benda yang berbicara dalam cerita dongeng, dan lain-lain).

Menurut Marquaß (1997:36) pembentukkan seorang tokoh memiliki 3 cara, yaitu

1. Karakterisasi Tokoh(Die Charakterisierung der Figuren)

Tokoh memiliki karakter tertentu, sehingga pembaca bisa membedakan tokoh satu dengan yang lainnya, semisal apakah tokoh itu simpatik atau tidak simpatik. Dengan kombinasi sifat-sifat dalam satu tokoh atau dengan kata lain bermacam-macam karakter, dari situ pembaca memiliki satu gambaran sendiri, bagaimana seorang tokoh dapat menjalankan alur cerita.

Tokoh dikarakterisasikan ke dalam bentuk langsung dan tidak langsung melalui satu kesatuan ciri-ciri. Di dalam teks prosa terdapat banyak ciri yang bisa dikategorikan sebagai berikut:

a) Ciri-ciri yang tampak atau ciri-ciri lahiriah (Äuβere Merkmale) Ciri-ciri yang tampak merupakan kategorisasi dari karakterisasi tokoh. Äuβere Merkmale atau ciri-ciri lahiriah meliputi umur, bentuk tubuh, penampilan dalam berpakaian, dan segala sesuatu yang digambarkan secara jelas)

Soziale Merkmale merupakan salah satu karakterisasi yang dimiliki suatu tokoh dalam cerita. Hal itu berhubungan dengan pekerjaan, pendidikan, kedudukan di masyarakat, hubungan dengan tokoh lain.

c) Tingkah Laku(Verhalten)

Tingkah laku merupakan hal yang paling lazim dilakukan oleh tokoh.Tingkah laku juga bisa menjadi cerminan suatu sifat cirri khas dari tokoh.Tingkah laku terdiri dari kebiasaan, pola tingkah laku, dan cara bicara

d) Pikiran dan Perasaan(Denken und Fühlen)

Pikiran dan perasaan suatu tokoh bisa mencerminkan karakternya. Pendirian atau sikap ketertarikan, cara pikir, keinginan, dan ketakutan merupakan contoh bagian dari pikiran dan perasaan.

Menurut Marquaβ (1997: 37), pengarang memiliki dua teknik untuk menyampaikan atau menggambarkan karakter tokoh, yaitu:

a. Penokohan Secara Langsung(Die direkte Charakterisierung)

Ada beberapa cara yang dilakukan oleh pengarang untuk menjelaskan karakter tokoh secara langsung pada prosa. Pertama penokohan yang digambarkan secara langsung oleh pencerita. Kedua adalah melalui deskripsi atau ucapan secara langsung dari tokoh lain, yang berbicara mengenai tokoh tersebut, juga pujian, kritik, membandingkan dengan yang lain, menghormati perasaannya, dll. Yang terakhir adalah melalui pernyataan tokoh itu sendiri. Hal ini dapat diketahui melalui monolog. b. Penokohan Secara Tidak Langsung(Die indirekte Charakterisierung)

Pengarang memiliki beberapa cara untuk mengungkapan karakter tokoh secara tidak langsung, yakni melalui gambaran dari tingkah laku tokoh, melalui deskripsi dari penampilan, dan melalui penggambaran hubungan tokoh tersebut dengan tokoh yang lain

2. Konstelasi Tokoh(Die Konstellation der Figuren)

Tokoh-tokoh dalam teks literatur tidak terisolir. Seperti halnya di dalam dunia nyata, tokoh-tokoh dalam dunia cerita juga memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Mereka juga terhubung melalui kekerabatan, pekerjaan, dll. Tokoh-tokoh ini semisal merasakan antipati atau simpati, dalam keadaan kenyataan atau mengkhayal. Struktur hubungan ini bisa berubah seiring jalannya alur cerita. Agar dapat memahami Figurenkonstellation ini, maka dapat diajukan pertanyaan berikut:

a. Tokoh mana yang terhubung kekerabatan? Welche Figuren sind parnterschaftlich verbunden?

Atas dasar persamaan yang mana? Aufgrund welcher Gemeinsamkeiten?

b. Apakah tokoh-tokoh itu terangkai di dalam sebuah kelompok secara hierarki? Lassen sich die Figuren innerhalb einer Gruppe hierarchisch ordnen?

c. Tokoh yang mana atau kelompok yang mana yang berdiri sebagai penentang? Kepentingan apa? Welche Figuren oder Figurengruppen stehen sich als Gegner gegenüber?Aufgrund welcher Interessen?

d. Apakah kontelasinya stabil? Atau kekerabatan, pertentangan dan jalinan kekuasaan berubah? Ist die Konstellation stabil? Oder ändern sich Partnerschaften, Gegenschaften und Machtverhältnisse?

Ada beberapa konstelasi yang sering muncul dalam cerita, contohnya:

a) Permusuhan (Typische Gegnerschaften):

Ada tiga contoh konstelasi permusuhan, yaitu Protagonist und Antagonist (tokoh utama dan tokoh penentang), Intrigant und Opfer (penghasut atau pengintrik dan korban), dan LiebhaberIn und NebenbühlerIn (penggemar dan saingan)

b) Persekutuan (Typische Partnerschaften):

Ada dua contoh konstelasi persekutuan, yaitu HerrIn und DienerIn (majikan dan pembantu) dan Lieber und Geliebte (orang yang mencintai dan dicintai)

3. Konsepsi Tokoh(Die Konzeption der Figuren)

Seorang tokoh dibangun oleh pengarang berdasarkan suatu pola yang pasti. Konsep ini meliputi:

a. Statis atau Dinamis (Statisch oder dynamisch)

Seorang tokoh di dalam alur cerita dikatakan statis apabila stagnan atau tidak memiliki perubahan karakter, sedangkan tokoh itu dinamis apabila ia memiliki perubahan sikap, dengan kata lain, tokoh tersebut tidak hanya berkutat dalam satu perwatakan saja dan seiring dengan jalannya cerita watak itu dapat berubah.

b. Sederhana atau Kompleks (Typisiert oder komplex)

Hal ini berhubungan dengan seorang tokoh yang memiliki sifat individu yang banyak dan rumit (komplex), misalnya seorang tokoh yang memiliki karakter yang baik hati namun suka mencuri, sedangkan tokoh itu sederhana jika memiliki hanya sedikit watak dan tidak mempunyai kerumitan pada sifat tokoh (typisiert).

c. Tertutup atau Terbuka (Geschlossen oder offen)

Tokoh dengan pola tertutup (geschlossen) apabila tokoh itu tidak ada ruang bagi pembaca untuk menginterpretasikan sendiri karakter dari tokoh dalam roman, sehingga karakternya sudah bisa ditebak baik secara implisit maupun ekspilisit. Sebaliknya, tokoh dengan pola terbuka (offen) memberi keleluasaan bagi para pembaca untuk menentukan apa karakter yang dimiliki tokoh dalam roman, sehingga pembaca memiliki pandangan tersendiri. Pembaca juga dituntut untuk jeli untuk menentukan karakter tokohnya.

Konsepsi tokoh Marquaß ini diperkuat lagi oleh teori Martínes dan Scheffel (1999:148), “Literarische Figuren können unterschiedlich

konzipiert sein. Das kann man Figuren im Hinblick auf ihre (a) Komplexität und ihre (b) Dynamik erfassen.“ Figur atau tokoh dikonsepsikan dengan berbagai macam. Perbedaannya berhubungan dengan kompleksitas dan juga mencakup dinamikanya. Seorang tokoh dapat memiliki karakter yang kompleks atau sedikit karakter saja. Selain itu figur dapat menjadi statis (datar) dan juga dinamis. Figur dapat dikatakan dinamis apabila dalam jalannya cerita tidak hanya memiliki satu karakter yang tetap, akan tetapi

tokoh tersebut juga memiliki karakakter yang suatu saat bisa berubah. Seorang tokoh yang tetap statis, sederhana dan tertutup. cocok dengan teks-teks sederhana (contohnya Micky Mouse dan Kater Karlo).

Figurenkonzeption memainkan sebuah peranan, antara lain menuntut pemahaman intelektual pembaca. Dengan tokoh yang kompleks dan dinamis, pembaca harus lebih intensif untuk mengaitkan karakter satu sama lainnya, apa yang membuat tokoh-tokoh itu lebih menarik.

Dokumen terkait