• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tokoh Utama Protagonis: Meage

BAB II STRUKTUR ROMAN ISINGA: ROMAN PAPUA

2.3.2 Penokohan

2.3.2.2 Tokoh Utama Protagonis: Meage

Secara penokohan, Meage digambarkan sebagai anak laki-laki dari kampung Aitubu. Latar belakangnya berbeda dari tokoh-tokoh lainnya dalam novel ini. Sejak bayi Meage hidup sendiri bersama ibunya dan nenek dari bapaknya. Kedua kakak laki-lakinya dan bapaknya meninggal saat berperang, sedangkan kakak perempuannya meninggal karena wabah kelaparan. Hingga

akhirnya, Meage diasuh oleh Dokter Leon dan Mama Lea. Meage merupakan anak yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan teman sebaya lainnya. Semua pengetahuan itu didapatkan dari kedua orang tua angkatnya. Berikut bukti kutipan di bawah ini.

23)Meage ditinggal bapaknya sejak ia bayi. Ia hanya tinggal dengan mamanya. Nenek Meage dari pihak bapak juga tinggal bersamanya (Herliany, 2015:11)

24)...Saat itu, sedang ada wabah kelaparan. Banyak orang meninggal...

Tak lama setelah itu, terjadi peperangan antar perkampungan. Mama Meage baru saja melahirkan anak. Bayi laki-laki. Itulah Meage. Dua kakak laki-laki Meage juga meninggal dalam perang. Sedang kakak perempuannya meninggal tahun lalu karena wabah itu. jadi sebetulnya bapak Meage pasti senang ia punya anak lagi. Sayang ia meninggal dalam perang itu. Meage lalu diangkat sebagai anak asuh oleh Dokter Leon. Lea, istrinya sudah mendambakan anak sejak lama. Jadi, sejak bayi, Meage diasuh bersama-sama oleh keluarganya sendiri dan keluarga Dokter Leon. Ia diberi susu botol oleh Mama Lea dan susu ibu dari mamanya sendiri (Herliany, 2015:12)

Meage merupakan laki-laki yang mengerti sopan santun. Ketika Meage mulai jatuh hati kepada Irewa, ia tidak menggunakan cara curang untuk mendapatkan hati Irewa. Meage menggunakan tata cara mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis yang sudah menjadi tradisi Aitubu untuk mengetahui perasaan seorang perempuan. Meage memberikan betatas dan sayur-sayuran kepada Irewa.

25)Hati Meage sudah mantap mengatakan ia mencintai Irewa. Ia ingin melamar gadis cantik itu. Tapi sebelum itu, ia harus mengetahui dulu bagaimana isi hari Irewa padanya. Ia tahu juga suka padanya. Tapi ia ingin tambah yakin. Betatas dan sayuran adalah sarana dalam tradisi Aitubu untuk mengetahui isi hati perempuan yang dicintai (Herliany, 2015:26-27) Setelah cinta Meage diterima oleh Irewa, Meage langsung melamar Irewa. Mereka berdua mengikuti serangkaian upacara adat. Namun, Irewa diculik Malom dan menyebabkan peperangan antara Kampung Aitubu dan Kampung Hobone.

Meage tampak sangat marah dan ketika dua kampung berperang, Meage meninggalkan perang lalu pergi begitu saja.

Meage berkelana kemudian menemukan seorang perempuan yang terluka di hutan. Ia membawa perempuan tersebut hingga sampai di kampung Yebikon dan menolongnya. Di Yebikon, Meage membagi hal-hal positif yang merubah kampung tersebut. Siapapun orang pasti ditolong olehnya, Meage selalu ingat pendidikan yang diajarkan orang tua angkatnya bahwa menolong orang sakit adalah tugas utama. Berikut kutipannya.

26)Diam-diam, kaki Meage melangkah. Menyelinap keluar dari kelompoknya. Masuk ke dalam hutan (Herliany, 2015:39)

27)Meage yang menggendong perempuan luka terkena panah itu tak mengira harus berjalan sangat jauh untuk bisa mencapai pemukiman penduduk (Herliany, 2015:92)

28)..Meage mengelap luka-luka panah dengan hati-hati. Setelah itu, memijat pelan-pelan tangan dan kaki perempuan itu. Meage juga minta dicarikan kayu pohon yang berbau wangi. Selanjutnya Meage akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menolong perempuan itu. sampai akhirnya perempuan itu membuka mata. Lalu muntah. Ia sudah sadar kembali. Setelah itu Meage turun sendiri mencari daun-daunan di sekitar yang kira- kira bisa dipakai menyembuhkan luka-luka bekas panah. . . (Herliany, 2015:93)

29)Sejak itu, Meage dibantu Silak menjadi guru di perkampungan itu. Sebelumnya, Meage dengan cepat belajar bahasa orang setempat. Meage mengajarkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah diketahuinya. Membaca, menulis, berhitung, pengetahuan di bidang kesehatan, pertanian, dan agama. Silak sudah punya sebuah kebun percontohan di tempat tak jauh dari pemukiman penduduk. Meage dibantu Silak dan laki- laki Mbireri lain membangun pondok untuk tempat tinggal Meage di situ. Meage lalu mengembangkan perkebunan yang sudah ada dengan memperluas lahan pertanian. Lalu menanami dengan sayur-sayuran, juga buah nanas dan pepaya (Herliany, 2015:95)

Kehidupan Meage terus berlanjut sampai Meage bergabung dengan salah satu grup musik tradisional bernama Farandus. Meage memang termasuk sangat mahir dalam bermain tifa. Hal inilah yang membuat Irewa mengagumi Meage. Meage mulai bergabung bersama grup musik tradisional ini ketika ia memainkan alat musik tifa dan diajak bergabung oleh Bapa Rumanus. Bapa Rumanus merasa Meage mempunyai jiwa pemimpin dan nanti dapat menggantikan Bapa Rumanus.

30)“Suatu saat akhirnya mungkin aku akan ditangkap, Meage. Lalu

dimasukkan ke penjara,” kata Bapa Rumanus dengan nada datar.

“Kalau itu terjadi. Aku percayakan Farandus padamu. Teruskan apa yang sudah aku lakukan,” katanya lagi. (Herliany, 2015:122)

31)Sejak itu, Meage mulai menjadi pencatat untuk semua hasil yang didapatkan oleh Bapa Rumanus. Menjelang akhir bulan November selesai, tercatat pada buku Meage, ada pejabat penting dari Jakarta, salah satu orang terkuat, datang ke Pulau Papua. Ia datang bersama istri dna para anggota-anggotanya para tentara. Farandus diminta tampil menghibur. Mereka bermain dengan sebaik-baiknya. Memakai pakaian nyanyi yang sebagus-bagusnya. Menghias badan dengan seindah-indahnya (Herliany, 2015:122-123)

32)Meage terus bermain bersama musik dengan kelompok Farandus. Kini ia bermain dengan tifa miliknya sendiri. . . (Herliany, 2015:161)

Setelah Bapa Farandus meninggal, Meage dipanggil oleh pihak polisi karena kelompok musik Farandus dianggap menentang pemerintah. Meage ditangkap, dipenjara dan disiksa. Mendengar semua masalah tentang Meage, orang tua angkatnya menyuruh Meage untuk pergi ke Jerman dan tinggal bersama mereka. Tetapi, saat di Jerman, Meage selalu ingat tentang Papua.

33)Ternyata kesempatan lain keamanan yang berbeda juga meminta Meage datang ke kantor polisi dan bertanya macam-macam. Yang dialami Bapa Rumanus dulu, kini terjadi pada Meage. Tapi selalu saja polisi tak bisa membuktikan bahwa tuduhan terhadap Meage benar. Melalui Farandus, Meage dicurigai ia dan musiknya bermaksud melawan pemerintah (Herliany, 2015:168)

34)Akhirnya, bila dirangkai, ada banyak macamnya tindakan buruk yang pernah dialami Meage. Diseret. Ditampar. Dipukul. Ditendang. Tidak diberi makan berhari-hari. Ditodong pistol. Direndam. Disundut. Dijepit jarinya. Dengan menggunakan beberapa alat yang ada saat itu. pentungan. Kursi. Bambu. Kayu balok. Besi. Atau, sepatu. Rotan. Pistol. Ikat pinggang. Bagian tubuh yang dilukai adalah wajah, punggung, lutut, kepala. Akibatnya, Meage mengalami patah tulang, pendarahan, cacat pada bagian tubuh, sering merasa sakit kepala, pendengaran menurun, dan sakit pada bagian dalam (Herliany, 2015:169)

35)Melalui rantai komunikasi yang sama, Meage disiapkan untuk secara diam-diam dibawa ke Jerman. Tak mudah. Yang paling awal saja, Meage tidak memiliki bukti diri resmi pemerintah. Juga bukti bahwa pernah lahir di dunia. Di Indonesia kedua hal itu penting untuk mengurus surat jalan. Bapa Leon sudah menyiapkan surat kelengkapan dari Jerman. Untung saja, istri Bapa Rumanus mendengar ini dan mengulurkan tangan. Meage dimasukkan sebagai anggota keluarganya. . . (Herliany, 2015:171)

36)Kehidupan Meage di hutan Papua telah berakhir. Meage mengawali hidupnya di ladang pertanian yang berbeda. Tempat itu terletak di daerah pegunungan Eifel. Tempat yang indah. Sejauh mata memandang, memandang, menghampar warna hijau. . . (Herliany, 2015:172)

37)Meage termangu. Merasa tidak cocok berada di mana-mana. Badannya ada di dunia. Tapi pikirannya jauh di Papua. Tak bisa lepas dari itu. apakah karena Irewa? Atau mama dan neneknya? Telinga Meage mendengar suara. Hanya sayup. Mama-mama Papua memanggil namanya (Herliany, 2015:209)

Berdasarkan penjelasan di atas yang disertakan dengan bukti kutipan- kutipannya, dapat disimpulkan bahwa Meage adalah tokoh utama protagonis. Secara penokohan Meage digambarkan sebagai laki-laki yang sangat penyayang dan menghargai perempuan. Meage juga termasuk laki-laki yang peka dengan keadaan orang lain, saat ia menolong seorang perempuan yang sakit dan banyak membawa perubahan positif di tanah Yebikon. Namun, di sisi lain Meage bisa dikatakan seorang pengecut ketika ia meninggalkan gadis yang ia cintai, dan

membiarkan untuk direbut orang lain. Masalah inilah yang tidak tuntas diatasi Meage.

Dokumen terkait